Pojok Fisip UIN Raden Fatah

Optimisme

Ist

 ALI BIN ABI THALIB pernah berkata: “Jika yang masuk surga itu hanya satu orang, maka yang seorang itu adalah saya”. Begitulah gambaran optimisme dalam Islam. Optimis artinya berpengharapan baik, lawannya adalah putus asa. Banyak hal dalam kehidupan yang menyebabkab seseorang kehilangan harapan dan cenderung berputus asa, menganggap hidup ini tidak ada lagi gunanya, semua usahanya selalu gagal, orang-orang tercinta semua meninggalkannya, hari-harinya tidak pernah lepas dengan masalah yang menyebabkan hidupnya penuh dengan kegelisahan.

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Sang Khalik (Q.S.Adz-Dzariyat:56). Beribadah artinya ketundukan, kepatuhan, dan penyerahan diri sepenuhnya hanya kepada Allah Swt. sebagai Zat yang Maha Menguasai segala sesuatu. Hanya kepada-Nya lah tempat meminta segala hajat yang diinginkan dan Dia berjanji bahwa setiap permintaan pasti dikabulkan (Q.S.Al-Mukmin:60).

Sesulit apapun masalah hidup yang dihadapi seseorang, masyarakat, bangsa dan negara harus tetap optimis bahwa ada Allah Yang Maha memberi pertolongan tentu saja dengan terlebih dahulu menolong agama-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya (taqwa), dan itu artinya bahwa kunci penyelesaian persoalan hidup, baik secara personal maupun sosial adalah taqwa (Q.S.Al-A’raf:96).

Orang yang baik iman dan taqwanya, pasti hidupnya tentram karena semua urusannya sepenuhnya ‘diserahkan’ hanya kepada Yang Maha menyelesaikan urusan yakni Allah Swt. Dia tidak akan pernah putus asa menghadapi kesulitan hidup karena dia yakin bahwa dibalik kesulitan pasti ada kemudahan (Q.S.Al-Insyirah:5) dan meyakini bahwa kesulitan itu merupakan bagian dari ujian yang diberi Sang Khalik.

Optimisme adalah modal dasar yang sangat penting dan menentukan dalam menghadapi kehidupan dunia dengan segala dinamikanya. Optimis dapat mengantarkan sesorang meraih apa yang sebelumnya tidak dia  duga, dan sikap berputus asa justru hanya akan menjerumuskan seseorang dalam kehidupan yang suram dan penuh dengan kesengsaraan. Sengsara di dunia, dan di akhirat menunggu kesengsaraan yang lebih dahsyat. [***]

 

 

Oleh: Taufik Akhyar

Dosen Ilmu Politik UIN Raden Fatah Palembang

 

 

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com