Catatan Kaki Bukit

Ini Perlu Dicontoh, Menularkan “Virus” Kebaikan

Ist

 

HARTONI (46) kaget bukan kepalang setelah mengetahui anak pertamanya dinyatakan positif COVID-19. Warga Perumahan Permata Depok ini pun langsung mengontak Ketua RT setempat. Setelah berkoordinasi dengan Satgas COVID-19 RT, Andri Sastrawan, Ketua RT 007/011 langsung menghubungi dokter Puskesmas. Keesokan harinya, Hartoni, istri, dan anak keduanya menjalani tes PCR.

Hasilnya? Ketiga orang itu dinyatakan positif. Hartoni bingung. Meski tak bergejala berat, ia lekas meminta kepada Satgas RT agar dicarikan tempat isolasi mandiri. Sebab, dengan kondisi rumahnya yang tak begitu besar, mereka tak mungkin melakukan isolasi mandiri di rumah.

Beruntung, saat itu masih ada slot isolasi mandiri di Depok. Hartoni dan anak pertamanya akhirnya mendapat tempat di Pusat Studi Jepang Universitas Indonesia. Sementara istri dan anak keduanya, melakukan isolasi mandiri.

Keluarga ini bingung bagaimana memenuhi kebutuhan hariannya. Sebab, sebagai pasien positif COVID-19 mereka tak diizinkan keluar rumah. Untung, warga di Perumahan Permata Depok sejak awal Covid-19 melanda Indonesia sudah siap.

Sebulan setelah Indonesia menemukan kasus COVID-19 pada Maret 2020, Surahono, salah satu warga perumahan ini juga ada yang positif COVID-19. Karena saat itu masih awal, Surahono langsung diminta isolasi di RS Brimob Kelapa Dua, Depok.

Meski dalam rumah tangga itu, hanya Surahono yang positif, namun Satgas COVID-19 RT saat itu meminta keluarga yang tinggal di rumah itu untuk tidak keluar rumah.

Untuk memenuhi kebutuhan harian keluarga, warga RT 007/011 perumahan ini bergotong royong membantu. Posko dibuka. Tetangga dekat secara bergiliran menyumbang kebutuhan makan sehari-hari dan belanja kebutuhan dapur mereka. Jika keluarga ini butuh sesuatu, mereka tinggal telepon ke Satgas RT, anggota Satgas dengan senang hati akan membelikan kebutuhan yang diminta. Aktivitas itu berlangsung kurang lebih dua minggu.

“Kami ingin meringankan beban keluarga. Siapa lagi kalau bukan kita yang membantu,” kata Ketua RT 007/011, Andri Sastrawan, beberapa waktu lalu.

Hartoni dan Surahono hanyalah dua dari ribuan pasien COVID-19. Kini, saat COVID-19 merajalela, banyak pasien COVID-19 yang bergejala ringan melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah. Hal ini karena tempat-tempat isolasi yang disediakan pemerintah penuh.

Kekompakkan warga Perumahan Permata Depok itu juga hanyalah satu dari puluhan atau bahkan ratusan gerakan peduli yang dilakukan warga terhadap tetangganya.

Di daerah Cilendek, Bogor Barat misalnya, gerakan serupa juga muncul. Jika ada warga yang dinyatakan positif COVID-19 dan melakukan isoman di rumah, warga yang lain langsung ramai-ramai membantu kebutuhan hariannya. Mulai dari makanan hingga vitamin.

“Buah-buahan di rumah kami sangat berlimpah, diberi para tetangga tiap hari,” kata seorang ibu berinisial IR yang melakukan isoman di rumahnya.

Kepedulian terhadap warga yang melakukan isoman juga dilakukan Gufron, seorang pemilik bubur ayam Alan Jaya Bandung. Sejak awal pandemi COVID-19 melanda Indonesia, Gufron sudah memikirkan tentang bantuan kepada pasien yang isoman di rumah atau rumah kontrakan.

“Gimana mau bisa isoman kalau tidak ada yang menyuplai makanan,” ujar Gufron dalam keterangan tertulis KPC PEN, beberapa waktu lalu.

Berawal dari keinginan membantu pasien yang isoman itu, ia ersama istri dan ibu-ibu di lingkungan sekitar tempat tinggalnya mulai menggalang dana kebutuhan untuk pasien COVID-19 yang tengah melakukan isoman. Sedangkan Gufron berinisiatif mulai menyediakan sarapan dan makan malam dengan menu bubur serta kebutuhan lainnya.

Bantuan itu terus ia lakukan termasuk saat pemerintah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Saat kebijakan ini diberlakukan, Gufron malah memperluas bantuannya. Melalui media sosial ia woro-woro. Kepada masyarakat Kota Bandung yang melakukan isoman di rumah, ia bersedia mensuplai sarapan dan makan malam.

“Ini gratis untuk makan yang sedang isolasi mandiri, kami antarkan langsung melalui layanan antar,” kata Gufron.

Gerakan peduli dan berbagi seperti yang dilakukan Gufron ini juga dilakukan Nadya Rizki Amatullah. Nadya melakukan gerakan berbagi ini karena sebelumnya ia pada akhir Juni lalu divonis terpapar COVID-19 tapi dengan gejala ringan. Karena bergejala ringan, ia memutuskan isoman di rumahnya di Jakarta.

Selama isoman, Nadya tidak terlalu kesulitan memenuhi kebutuhan harian lantaran suaminya negatif hingga bisa tetap beraktivitas.

Namun di hari keenam masa isoman, Nadya mulai memikirkan orang-orang yang sedang isoman, tapi tidak seberuntung dirinya, seperti anak kos atau sopir ojek online yang menjadi tulang punggung keluarga. Dari situlah, Nadya terpikir membantu orang-orang yang kesulitan saat menjalani isoman. Ia pun lekas mengunggah idenya di akun instagramnya.

Tak diduga, ternyata postingannya itu direspons banyak orang. Ada yang ingin menyumbang, membuat gerakan serupa di daerahnya, juga berkolaborasi. Gerakan ini pun kemudian menular di Bandung, Cibinong, Solo, dan Yogyakarta.

“Itu banyak banget yang mau nyumbang,” kata Nadya.

Nadya mencatat, hingga kini ada 130 orang dari Bandung dan Jakarta telah mendapat bantuan. Nadya menerapkan sistem orang tua asuh, yakni satu orang donatur membantu kebutuhan harian satu orang atau satu keluarga selama masa isoman.

Tentu, gerakan saling peduli di antara sesama ini sangat membantu mereka yang sedang dilanda musibah. Gerakan baik ini tentu bisa kita tularkan.InfoPublik (***)

Ril

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com