Uncategorized

Tak Sebatas Judul yang Dibaca

foto : ist

“Buku adalah jendela dunia dan membaca adalah media untuk membukanya”. Ungkapan lama dan acap kali diulang-ulang sebagai motivasi untuk meningkatkan pengetahuan. Ungkapan di atas menjelaskan atau menyuruh kita untuk melihat isi dunia ini yang dikemas dalam ilmu pengetahuan. Sebagaimana layaknya rumah yang mempunyai jendela. Fungsi jendela dari sebuah rumah adalah untuk membuka dan mengetahui isi dunia luar. Artinya, kita tidak terkurung dalam sebuah ruang yang itu saja. Kita tidak tahu apa yang terjadi di luar rumah kita. Dengan membacalah, kita dapat mengetahui isi informasi yang tersebar di dunia ini.

Perkembangan informasi sekarang sangat cepat, baik melalui media cetak, elektronik maupun media internet. Agar tidak ketinggalan dengan berbagai informasi yang begitu cepat itu, membacalah salah satu upaya yang harus kita lakukan. Nah, minat membaca di Indonesia inilah yang masih rendah dan membutuhkan proses yang panjang untuk menumbuhkannya. UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca!

Membaca adalah sebuah proses yang kompleks dan rumit. Kompleks artinya dalam proses membaca akan terlibat berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor dari dalam (internal) dapat berupa intelegensi, minat, sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca dan sebagainya. Sementara itu, faktor dari luar (eksternal) dapat berupa sarana, teks bacaan, lingkungan, latar belakang pembaca, dan tradisi masyarakat pembaca (Nurhadi, 2008:13).

Dalam masyarakat Indonesia, membaca belum menjadikannya sebagi kebutuhan .  Masyarakat akan membaca jika ada perlunya saja. Siswa dan mahasiswa akan membaca jika ada tugas yang diberikan gurunya yang memaksa mereka untuk membaca. Apalagi masyarakat di luar lingkup dunia pendidikan, sangat sedikit sekali minat mereka membaca.

Pada saat ini literasi sangat dibutuhkan. Literasi  sebagai kemampuan membaca dan menulis. Literasi semacam ini ini hanya dasar bagi kegiatan keterampilan berbahasa. Dalam artian, literasi ini perlu dikembangkan lagi. Literasi tidak hanya tentang sebuah buku. Sehubungan dengan perkembangan dunia di era digital sekarang ini, bahan bacaan tidak hanya terbatas dengan buku. Di era keterbukaan (transparan), media online, baik media massa maupun media sosial sangat berperanan penting dalam menyebarkan informasi. Sedetik saja informasi telah bertambah dan menyebar ke seluruh pelosok negeri.

Literasi media menjadi sangat penting. Kemampuan seseorang berliterasi media adalah kemampuan untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan mengomunikasikan pesan dalam berbagai bentuk medium. Informasi dari media cyber atau media online sangatlah banyak, apalagi media sosial. Informasi tersebut terkemas dalam bentuk berita.

Sebagaimana sebuah wacana tulis, sebuah berita terdiri dari judul, isi dan penutup berita. Seorang pembaca untuk dapat memahami sebuah informasi atau berita haruslah membaca keseluruhan berita tersebut. Nah, terkadang pembaca hanya membaca judul dari sebuah berita tersebar di media online atau media sosial. Belum memahami isi wacana tersebut, tetapi pembaca telah memberi komen atau tanggapan terhadap berita tersebut. Menariknya, hal tersebut menjadi viral karena saling komen atau saling menanggapi. Hal inilah terkadang menyebabkan sebuah berita yang tersebar menjadi sebuah berita yang viral, tetapi tidak lagi sesuai dengan isi awalnya.

Sejatinya, seorang pembaca haruslah menjadi pembaca yang bijak. Artinya, pembaca yang memahami isi dari bacaan. Bukan hanya membaca sekilas. Lalu, seolah-olah telah membaca semuanya. Judul dalam sebuah berita memang dibuat menarik dan terkadang bombastis agar permbaca tertarik untuk membacanya. Jika hanya membaca sebuah judul sebuah tulisan, mengabaikan isi akan menyebabkan informasi tak terserap sempurna.

Segala sesuatu pun bisa menjadi viral atau terkenal di media sosial. Mulai dari informasi biasa hingga luar biasa. Kemampuan membaca seseorang, dalam hal ini literasi media inilah yang harus ditingkatkan. Kemudian, bijak menanggapi berita yang ada di media cyber tersebut. Jangan sampai judul berita yang berbeda dengan isi berita pun turut ditanggapi.[***]

 

Penulis:

Dr. Darwin Effendi, M.Pd.

Dosen Universitas PGRI Palembang

 

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com