Obyek Wisata

Batik, Belanja & Bus Listrik, Ketika Delegasi Lupa Pulang!

kemenpar.go.id

Sumselterkini.co.id,- Belum lama ini, Jakarta tidak biasa-biasa saja. Awan tampak lebih bulat, pohon trembesi di pinggir jalan seolah bersolek, dan udara mendadak beraroma internasional. Bukan karena parfum mewah, tapi karena rombongan delegasi UN Tourism dari Asia Timur dan Selatan sedang keliling kota!

Pukul 15.25 WIB, pintu bus Royaltrans terbuka, dan para delegasi melangkah masuk dengan penuh semangat. Di dalam bus, seorang pemandu wisata bernama Dwinanda sudah siap sedia. Dengan suara sehangat teh tarik, ia memandu perjalanan sambil menunjuk gedung-gedung dan patung ikonik Jakarta.

“Yang itu Patung Jenderal Sudirman!” ujar Dwinanda.
“Oh! Dia seperti superhero?” tanya seorang delegasi sambil mengabadikan pakai kamera 4K.
“Iya. Superhero zaman kemerdekaan,” jawab Dwinanda, bangga.

Tapi momen tak terduga datang saat mereka melihat bus Transjakarta warna oranye melintas.

“Why is the bus orange? Is it spicy?” bisik salah satu delegasi India.
Dwinanda menjelaskan dengan sabar bahwa itu adalah bus listrik ramah lingkungan bukan cabe rawit raksasa.

Tujuan pertama Museum Nasional Indonesia. Di sinilah para delegasi jatuh cinta pada koleksi arca, alat musik Sasando, dan sejarah Indonesia yang kaya bagaikan rendang nenek.

Salah satu delegasi, yang katanya tidak pernah suka sejarah, tiba-tiba terdiam di depan arca Garuda.
“This is… majestic,” bisiknya, seperti bertemu mantan yang sudah sukses.

Mereka memotret, bertanya, dan bahkan ingin tahu arti semua motif batik yang mereka lihat di pajangan. Seseorang bahkan nyeletuk,
“Can we stay here longer? Maybe till dinner?”

Setelah puas menjelajah masa lalu, mereka dibawa ke Sarinah mall legendaris yang sekarang sudah di-upgrade jadi butik nasional rasa global.

Setibanya, setiap orang dikasih voucher diskon 10%, dan seketika suasana berubah seperti Black Friday. Ada yang beli tas rotan, ada yang borong kopi lokal, dan satu delegasi asal Bhutan terlihat mencocokkan baju batik dengan sepatu sneakers-nya.

Tapi highlight hari itu bukan belanja. Membatik adalah puncaknya. Semua dikasih kain bulat, canting, dan malam (lilin batik), lalu disuruh bikin motif sendiri.

Wakil Menteri Pariwisata, Ni Luh Puspa, juga ikut mencanting. Ia serius sekali, sampai delegasi Korea memotret diam-diam dan bilang,
“She is now my batik queen.”

Beberapa delegasi tampak frustrasi karena lilinnya tumpah, ada juga yang motifnya malah mirip peta benua Afrika. Tapi semua tertawa, bahagia, dan… lupa waktu.

Saat diumumkan waktu sudah habis dan bus siap kembali ke hotel, terdengar suara,
“Nooo… just five more minutes!”
“Saya belum beli sambal, please!”
“Kain batik saya belum kering!”

Verna Buensuceso, Wakil Menteri dari Filipina, dengan jujur berkata,
“Next time, extend the shopping time, please. Museum was great, but the batik… stole my heart!”

Wakil Menteri Ni Luh Puspa menutup hari itu dengan senyum hangat.“Semoga pengalaman ini jadi kenangan indah yang dibawa pulang, bersama oleh-oleh dan batik hasil tangan sendiri.

”Delegasi akhirnya pulang… tapi di dalam hati, beberapa dari mereka mungkin masih terjebak di lorong batik Sarinah, memikirkan motif yang gagal tapi bermakna.

Karena di hari itu, lewat bus listrik, arca museum, dan canting panas, Indonesia tidak hanya memamerkan pariwisata tapi juga keramahan, kreativitas, dan cinta yang dikemas dalam diskon 10 persen.[***]

Terpopuler

To Top