Perbankan & Keuangan

“Scam Digital 2025, Jangan Sampai Uang Kita Liburan Sendiri ke Rekening Penipu”

ist

PERNAHKAH kamu merasa uang di rekening tiba-tiba hilang begitu saja? Tidak, bukan karena lupa tarik di ATM, atau karena dompet ketinggalan di ojek online. Tapi karena uang itu liburan sendiri ke tangan penipu digital. Ya, dunia scam digital kini sudah sedemikian canggihnya modusnya beragam, korban tersebar di seluruh lapisan masyarakat, dan IASC /Indonesia Anti-Scam Center siap jadi “polisi super” yang menangkap rekening-rekening nakal sebelum uang kita benar-benar lenyap.

Hingga 17 Agustus 2025, tercatat 225.281 laporan scam masuk ke IASC, dengan 359.733 rekening terverifikasi dan 72.145 rekening sudah diblokir. Kerugian korban mencapai Rp4,6 triliun, dan dari jumlah itu, Rp349,3 miliar berhasil diselamatkan. Kalau dihitung-hitung, uang Rp4,6 triliun itu bisa membuat puluhan ribu warung kopi lengkap WiFi gratis, atau cukup untuk beli motor bebek bagi seluruh kampung. Tapi sayangnya, uang itu justru “jalan-jalan” ke rekening scammer.

Fenomena ini menegaskan satu hal kewaspadaan itu lebih berharga daripada emas batangan, pepatah lama bilang, “Sedia payung sebelum hujan,” dan di dunia digital, payung itu adalah literasi keuangan dan kewaspadaan masyarakat. Tanpa itu, kita ibarat menyeberang jalan tol saat lampu merah menyala, risiko kehilangan besar, apalagi kalau modusnya semakin licik.

Ngomong-ngomong modus, dunia scam digital sekarang bak sirkus alien. Ada yang pura-pura jadi pejabat luar negeri minta transfer, ada yang menjual NFT antargalaksi, ada pula tawaran investasi yang terdengar seperti sihir “Investasi ini cuannya bisa 10x lipat dalam semalam!” Semua modus ini terekam rapi di IASC. Bisa dibilang, scammer sekarang lebih kreatif daripada tim kreatif iklan minuman bersoda, dan kita, masyarakat, harus lebih cerdas.

Itulah sebabnya OJK bersama Satgas PASTI meluncurkan Kampanye Nasional Berantas Scam dan Aktivitas Keuangan Ilegal. Kampanye ini bukan sekadar seremoni, tapi langkah nyata untuk membangun ekosistem keuangan yang aman, inklusif, dan berkeadilan.

Ada tiga kunci utama pertama, sinergi lintas sektor antara regulator, kementerian, lembaga, dan industri jasa keuangan, kedua, literasi publik sebagai benteng pertama dan ketiga, partisipasi masyarakat.

Kampanye ini seperti memasang pagar listrik virtual di dunia maya, kalau ada penipu nekat masuk, rekening mereka langsung diblokir. Strategi ini disebut co-location, penanganan laporan cepat supaya dana korban bisa diselamatkan sebelum scammer sempat bikin TikTok challenge dengan hasil curiannya.

Yang menarik, kampanye ini juga menyasar ranah internasional, seminar global menghadirkan pakar dari Singapura dan UNODC. Jadi, penipu lintas negara bukan lagi ancaman kecil, tapi permainan global yang harus dilawan dengan strategi global juga. Kalau tidak, Indonesia cuma menonton sementara scammer parade hasil curian mereka di dunia maya.

Namun, semua langkah resmi ini hanya efektif jika masyarakat mau ikut berperan aktif, jangan sampai pepatah digital baru muncul “Uangmu, masalahmu, tapi penipumu, masalah kita semua”. Artinya, setiap laporan korban sangat penting untuk pelacakan.

Sekecil apa pun kecurigaan, segera laporkan ke IASC, sebab di dunia digital, uang bisa berpindah lebih cepat daripada kita selesai ngopi sambil scroll media sosial.

Di tengah semua angka, data, dan strategi itu, pesan moralnya jelas: wawasan dan kewaspadaan adalah benteng utama melawan penipuan. Scam digital bukan hanya soal kehilangan uang, tapi juga soal percaya dan tidaknya kita terhadap ekosistem keuangan. Jika masyarakat cerdas, sistem pun aman. Jika kita lalai, Rp4,6 triliun bisa bertambah tiap tahun tanpa kita sadari.

Jadi, sebelum ada yang menawari investasi antargalaksi atau janji cuan instan, ingatlah “Sedikit waspada lebih baik daripada menangis di kemudian hari”.

Gunakan literasi keuangan, manfaatkan Anti-Scam Center, dan jangan biarkan uang kita liburan sendiri. Humor boleh, dagelan boleh, tapi jangan sampai kita jadi korban kebodohan digital sendiri.[****]

Terpopuler

To Top