Uncategorized

Refleksi Diri di Penghujung 2018

foto : istimewa

SEBENTAR Lagi kita akan meninggalkan tahun 2018 dan membuka lembaran 2019, biasanya menyambut pergantian tahun hampir di penjuru dunia merayakan hari pergantian tahun baru,  Acara Seremonial ini memang sudah menjadi tradisi.

Di Tanah Air kita sendiri, perayakan pergantian tahun baru dirayakan beraneka ragam, ada yang merayakan bergadang semalam suntuk bersama teman-teman sembari membakar jagung, ayam ataupun sate kambing.

Ada merayakannya bersenang-senang di areal pertunjukan, hotel, cafe  dan lain sebagainya sembari meniup terompet dan meluncurkan kembang api berwarna warni saat detik-detik pergantian tahun, bahkan ada pula yang tidak sama sekali menanggapi [cuek ]pergantian 2018-2019. Yang jelas pada umumnya hampir semuanya bergembira.

Namun dibalik keceriahan dan kegembiraan menyambut pesta tahun baru itu, ada yang lebih penting yang harus kita lakukan,yakni merefleksi diri kita, menengok kembali dan mengintropeksi diri hari, pekan hingga bulan selama 2018 seharusnya menjadi hal yang utama harus kita lakukan.

Suka duka di 2018 menjadi pembelajaran untuk kita menatap ke 2019, peristiwa, tragedi, kepedihan di dunia ini maupun capaian yang terbaik harus menjadi pegangan.

Apalagi saat bencana yang kerap terjadi di Indonesia selama 2018, seharusnya menjadi refleksi diri. Merefleksi diri bukan saja berlaku untuk para pemimpin di negeri ini. Sebagai rakyat Indonesia, terutama generasi muda [milenial] wajib juga melakukan perubahan, baik itu segi mental, moral dan etika.

Hidup di Dunia hanya sementara, semuanya generasi milenial juga akan menghadapi hari-hari tua, yang tua pun akan bertambah tua dan jompo, akhlak yang baik dan kewajiban kita di dunia harus kita jalani sebaik mungkin, jangan membuat kita terjerumus, karena tak selamanya kita senang.

Tak selamanya kita bahagia, pasti ada pasang surutnya. Itu semua sudah menjadi hukum alam yang akan semua manusia hadapin.

Sebagai manusai, musibah bencana pada 2018 harus menjadi refleksi diri, sebab kita tidak tahu lagi dinamika kehidupan yang akan terjadi pada  2019, hanya Allah SWT yang mengetahuinya,yang terpinting kita harus berupaya baik dan mendekatkan diri kita  kepada-Nya. Saatnya kita Eling kepada Allah SWT [istilah orang Jawa] akan membuat kita selalu pasrah dan tenang menghadapi, cobaan baik itu pedih maupun senang.

Pondasi keimanan

Melakukan refleksi, dalam bahasa Inggris reflect (kata kerja) artinya think deeply or carefully about.  Saat berefleksi seseorang berpikir dalam-dalam atau berhati-hati. Dalam tataran personal, refleksi penting karena manusia mengambil jarak dengan kehidupannya yang sering kali berjalan terlalu cepat, untuk memberi jeda.

Jeda waktu digunakan untuk Jeda waktu digunakan untuk menilai apakah hidup yang dijalani sesuai dengan harapan dan rencana-rencana yang sudah ditetapkan di awal tahun. Atau bila tak ada target khusus, apakah si empunya hidup merasa puas dan bahagia.

Ada banyak pertanyaan lain yang bisa ditambahkan untuk membantu merefleksikan apa yang telah terjadi sepanjang tahun. Dalam area yang lebih luas dan menyangkut kebangsaan, tentu banyak hal terjadi. Misalnya, bagaimana melihat perjalanan Indonesia dalam satu tahun terakhir. Pew Research Center menyebut 95% penduduk Indonesia.[DW.com]

Tatanan agama harus menjadi pondasi dalam keimanan kita yang sangat penting dalam menjalani kehidupan. Ketua DPD Partai Gerindra Sumsel, Saifundin Aswari Rivai dalam dalam chat WA –nya memberikan pandangannya terkait malam pergantian tahun 2018 -2019. Menurutnya  tahun ini,  begitu banyak peringatan yang diberikan Allah SWT kepada kita dalam bentuk bencana dan sebagainya, sebagai umat  agama Islam sebaiknya kita merubah pola dan kebiasaan kita dalam perayaan Tahun Baru Masehi.

Seperti contoh, lebih baik di malam tahun baru, kita melaksanakan doa dan istigsha bersama berdoa dan memohon ampun kepada Allah SWT sebgai sang pencipta.  Tinggalkan semua Hura hura, tundukan kepala dan dan sujudkan serata memohon ampun.

“Mudah2an bumi kita yang semakin tua ini akan terjaga dan menjadi tempat tinggal yang baik bagi kita dan anak cucu kita kelak. Sesunggunya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan menetapi kesabaran” (Qs Al-Ashr; 1-3). Semoga pada 2019 serta tahun-tahun selanjutnya, kita dapat merubah diri menjadi lebih baik lagi, dalam segala hal. Wallahu a’lam bish-shawab…. .

Redaksi Sumsel Terkini.co.id

 

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com