Uncategorized

Refleksi 73 Tahun Kemerdekaan RI, Apakah Rakyat Semuanya Merdeka!

foto : istimewa

HUT Kemerdekan RI ke 73 tahun ini tinggal hitungan hari lagi. Semua rakyat baik di kota maupun dipedesaan pasti ikut merayakan hari jadi kemerdekaan RI.

Bendera merah putih pun mulai ramai berkibar menghiasi halaman rumah dan jalan disentero negeri. Gemerlap lampu yang berwarna warni turut mempercantik dan memperindah suasana meyambut Dirgahayu Kemerdekaan.

Bahkan masyarakat pun rela merogoh koceknya sendiri guna membangun Gapura di lorong kampungnya. Berbagai perlombaan dari musik hingga permainan, seperti tarik tambang dan panjat pinang sudah menjadi tradisi memeriahkan hari jadinya republik ini.

HUT RI yang jatuh pada 17 Agustus,  ibaratnya sangat sakral bagi bangsa ini, Merah Putih pun akan dikibartinggikan sembari diiringi  lagu Indonesia Raya dengan khidmat. Hampir disetiap kantor instansi pemerintah/swasta serta sekolah melakukan hal yang sama.

Hal itu dilakukan semata-mata sebagai bentuk penghormatan jasa para pahlawan yang telah gugur dalam merebut kemerdekaan. Selain itu pula bukti rakyat Indonesia sangat cinta dengan Tanah Airnya.

Lantas bagaimana dengan pejuang kita terdahulu,? Mereka [pejuang] rela mengorbankan harta demi kemerdekaan, apalagi saat ‘menaikkan’ Sang Merah-Putih selama berpuluh tahun, mereka bukan sekedar dalam hitungan menit, seperti saat upacara seperti saat ini.

Mereka juga tak pilih jalur nyaman dan aman. Mereka juga masih muda, namun tidak ada kata terlalu muda untuk turun tangan bagi bangsa. Jangan berpikir ada yang terlalu muda, hanya akan membawa kita berpikir ada yang terlalu tua untuk turun tangan.

Mereka adalah orang-orang yang mencintai bangsanya, melebihi cintanya pada dirinya. Oleh sebab itu di HUT RI ke -73 ini sudah selayaknya kita merefleksi diri, bukan saja dirayakan untuk  bersenang-senang.

Namun yang lebih penting lagi  merefleksi diri,  agar kita merasakan betapa sulitnya merebut kemerdekaan dari penjajah dan memberikan terbaik untuk bangsa ini sesuai harapan dan  cita-cita para perintis kemerdekaan yang rela menghibahkan hidupnya untuk memperjuangkan, agar bangsa ini merdeka dan Republik ini berdiri.

Wujudkan keadilan

Kini, kemerdekaan itu sudah berumur 73 tahun, dan  kita juga masuk di era keterbukaan demokrasi, disetiap era pasti ada yang positif maupun negatif, yang terpenting bahwa kita harus menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Selain itu, pemerataan pembangunan harus dilaksanakan demi mewujudkan keadilan sosial seluruh rakyat Indonesia, itulah salah satu cita-cita para pejuang kita. Namun demikian, apakah saat ini  semua rakyat di negeri ini semuanya  merdeka ?  Jawabnya mungkin tidak juga, karena masih banyak yang harus diperbaiki dan dicarikan solusinya.

Mulai kemiskinan, ketahan pangan, kualitas dan ekualitas pendidikan, insfrastruktur, seperti akses jalan, air bersih serta berbagai macam permasalahn bangsa lainnya.

Tak usah  jauh-jauh saya mencontohkan, cukup di depan mata saya saja, [berdomisili], tepatnya Jalan KH. Azhari, Kelurahan Kalidoni, Kecamatan Kalidoni Palembang, Sumatera Selatan.

Dimana pembangunan infrastruktur, seperti akses jalan yang mulus, distribusi air bersih dari PDAM Tirta Musi belum merata dinikmati warganya.

Jalan KH. Azhari butuh perhatian karena selama lima tahun belakanga, baru satu kali sepanjang jalan tersebut dicor, dan saat ini rusak parah, dan kondisinya sudah berlangsung selama tiga tahun.

Selain itu Warga Parumahan Pesona Harapan – Nirvana berada jalan tersebut belum menikmati air bersih PDAM Tirta Musi sejak mereka menempati rumah bersubsidi itu berdiri. Padahal air bersih termasuk  sebagai sumber kehidupan yang paling utama juga.

Mirisnya lagi,  mereka hanya mengandalkan air sumur yang kondisinya berkarat, kuning dan bau. Saat ini musim kemarau, mereka khawatir sumur yang berkarat, bau busuk dan kuning tersebut mengalami kekeringan.

Dari contoh di atas, apakah 73 tahun kemerdekaan bangsa ini dapat dirasakan oleh mereka ? mungkin jawab nya lagi tidak, karena mereka masih berjuang untuk mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-harinya.

Mereka masih berjuang untuk menghindari jalan rusak parah, bahkan licin disaat musim hujan, agar tidak terpeleset ketika menggunakan kendaraan roda dua, seperti motor dan sepeda. Hal ini tentu harus menjadi perhatian serius, dan perlu merefleksi diri dari segenap pemimpin di Palembang.

Kita boleh bangga Infrastruktur seperti  jalan tol, transportasi monorel (LRT) dan lain sebagainya sudah dimiliki Palembang. Patut diakui Palembang hebat berkat kerja keras gubernurnya menjadikan Palembang ibukota Palembang sejajar dengan kota-kota besar di Indonesia.

Bahkan ajang besar Internasional Sea Games sudah menjadi sejarah Palembang, dan Asian Games yang tinggal hitungan hari juga akan mencatat Kota Palembang dibuku sejarah. Warga Palembang punya komitmen ikut serta dalam mensukseskan Asian Games.

Warga Palembang juga dari tinggal diperkotaan hingga marjinal pun telah turut  juga berpartisipasi dan menjaga ketertiban pilkot Palembang kemarin dengan damai tanpa SARA.

Tinggal sebaliknya, warga Palembang terutama yang belum merasakan kemerdekaan  sesungguhnya menanti kerja para pemimpinnya agar pemerataan pembangunan dan kesejahteraan dapat  benar-benar terasa hingga ke masyarakat marjinal.

Siapapun kita, marilah kita terus berkontribusi dalam membangun Palembang khususnya dan umumnya Sumsel-Indonesia sehingga mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa ini benar-benar  adil dan merata, seperti mereka memerdekaan negeri ini secara merata dari  Sabang – Maroeke.

Tentunya dengan cara-cara kita yang beragam. Walikota harus dapat melayani dan memberikan kejahteraan merata bagi warganya. Para pendidik harus terus berusaha mendidik anak bangsa dengan sebaik-baiknya, para politisi harus terus berusaha menghasilkan kebijakan publik yang efektif dan bermanfaat.

Para pemuda yang harus terus berinovasi dan berkiprah dalam pembangunan negara, semuanya harus bergerak untuk mengisi kemerdekaan dan memajukan bagsa.

Bung Hatta pernah berpesan, “Indonesia merdeka bukanlah tujuan akhir kita. Indonesia merdeka hanya syarat untuk bisa mencapai kebahagiaan dan kemakmuran rakyat. Indonesia merdeka tidak ada gunanya bagi kita, apabila kita tidak sanggup mempergunakannya memenuhi cita-cita rakyat”

Dirgahayu Kemerdekaan RI ke- 73, semoga Indonesia lebih berdaulat, semoga para pemimpin di negeri ini lebih matang dan dewasa, saat menunjukan perubahan yang berkualitas.

 

Redaksi Sumselterkini.co.id

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com