SETELAH kejadian sayur lodeh bikin robot juri baper dan gagal shutdown, Sarip mendadak jadi selebritas kuliner luar angkasa. Di Planet Karmelia, wajahnya muncul di bungkus minuman serbuk santan instan. Di Planet Marsupilak, namanya dijadikan nama menu di restoran “Nasi Campur Rasa Rindu by Sarip”.
Popularitas ini membuncah seperti santan yang kelamaan direbus, Undangan wawancara, podcast lintas planet, bahkan endorsement dari merek sabun cuci piring orbit terus berdatangan. Tapi yang paling bikin Sarip bingung adalah surat undangan berlogo elegan, hologramnya bersinar warna ungu unyu. “Anda diundang sebagai Juri Tamu di MASTERCOOK URANUS GALAXY, Episode Masakan Emosional vs Masakan Molekular”.
Sarip yang waktu itu sedang nyetrika celana training di kontrakan orbit, langsung mangap.”Lha wong aku masak aja ngira oregano itu daun jeruk. Sekarang disuruh jadi juri?”
Bruntalox, tetangga aliennya, hanya nyengir. “Justru itu. Lidah rakyat harus punya suara. Selama ini juri mastercook terlalu elit. Mereka bilang sup rasa tarikan gravitasi itu ‘umami’. Kita bilang ‘amis’. Sudut pandangmu penting!”
Sarip tiba di studio Mastercook Planet Uranus. Lokasinya di tepi danau es berbentuk spageti melingkar. Setnya megah kompor melayang, chef alien berseragam perak, dan satu pembawa acara yang mirip gabungan Raffi Ahmad dan segitiga bermuda.
Duduk di meja juri, Sarip ditemani dua sosok Chef Zlarfon dari Planet Z-Z-Z (yang kalau ngomong selalu berdengung) dan Lady Cukinara, seorang kritikus kuliner legendaris yang lidahnya konon bisa membedakan 42 rasa berbeda dari satu tetes kuah.
Chef Zlarfon bilang “Kami harap Anda bisa memberi sudut pandang… primitif…”
Sarip nyaut “Jangan sebut primitif, Bos. Itu lidah jujur. Nggak bisa dibayar pakai NFT rasa kemenyan!”
Dua finalis tampil, dari Planet Gleggleg Chef Nanu, yang menyajikan Ramen Plasma dengan Kaldu Neutron dan Telur Antimateri.
Dari Planet Bumi (perwakilan komunitas TKI orbit) Chef Tuminah, tetangga jauh Sarip, dengan sajian Sayur Lodeh Asap Daun Jati dengan Tempe Terselubung.
Presentasi pertama bikin Sarip pusing. Chef Nanu menjelaskan teknik memasaknya “Pertama, kami memanaskan kuah menggunakan frekuensi otak burung hitam Pluto. Lalu mie dibentuk lewat lubang cacing kecil yang steril.”
Sarip ngangguk-ngangguk sambil nyatet. “Catatan, jangan makan sambil mikirin lubang cacing. Bisa mules ideologis.”
Pas gilirannya Chef Tuminah, dia cuma senyum “Ini sayur lodeh resep ibu saya. Dimasak pakai api kompor nyata, bukan sinar gamma. Tempenya saya bungkus cinta”.
Sarip mulai ngiler.
Lady Cukinara icip Ramen Plasma dan bilang, “Cita rasanya… kompleks. Ada ledakan rasa uranusium”
Sarip icip. Hening.
“Rasanya kayak jilat baut AC”
Selanjutnya, ia coba lodeh. Diam. Matanya berkaca-kaca.
“Ini… ini mengingatkanku waktu kecil, ngumpet di bawah kolong meja, ngintip emak masak sambil nyanyi lagu Koes Plus”
Chef Zlarfon tergagap.
“Subyektif! Masakan harus ilmiah!”
Sarip berdiri.
“Rasa itu bukan rumus. Rasa itu kenangan. Kalau makanan bikin kita inget rumah, berarti itu masakan beneran. Bukan percobaan laboratorium pakai uap uranium!”
Penonton heboh. Alien berkepala tiga lempar topi. Drone kameramen joget TikTok antariksa.
Chef Tuminah menang mutlak. Ramen Plasma dicoret dari buku resep, karena bikin satu juri muntah pixel. Tapi kekacauan muncul dari sponsor acara Perusahaan Makanan Sintetis GalaxyCorp™, yang tersinggung dan mengancam menarik dana acara.
Produser panik. Rating acara naik, tapi pendanaan turun. Sarip diminta klarifikasi.
“Saya cuma juri, bukan ahli diplomasi intergalaksi.”
Tapi publik sudah cinta padanya. Meme “Sarip vs Ramen Molekular” tersebar di seluruh jagat. Tagar baru viral:
#LidahRakyatLidahKebenaran
#SayurLodehMelawanKapitalismeRasa
Malam itu, Sarip duduk sendiri di balkon orbit. Di tangannya, mangkuk lodeh sisa kompetisi. Di telinganya, kaset ngaji emak terus berputar.
“Besok katanya ada demo buruh lintas planet. Mereka mau aku ikut orasi. Ah, semesta ini makin absurd”
Ia mengelus perut kenyang.
“Tapi ya sudahlah. Kalau lidah kampungku bisa bikin perubahan, mungkin suara kampung juga bisa bikin robot-robot itu denger jeritan gaji rendah”
Sarip mengangguk pelan.
“Besok kita demo. Tapi pagi-pagi… kita bikin oseng mercon dulu”
Bersambung bab 7