Pendidikan

Bulan Ramadhan, Pesantren Laa Roiba Ajak Jemaah Bersihkan “Duri”

foto : ist

Sumselterkini.co.id, TANJUNG ENIM : Seperti biasa, suasana shalat tarawih di Mushola Al-Istiqomah

Bara Lestari 2 RT 40 Dusun 5 Desa Keban Agung, Tanjung Enim diiikuti puluhan jemaah setempat. Diantaranya ada anak-anak, remaja dan sebagian lagi orang tua, baik laki-laki dan perempuan.

Sore itu, (Minggu, 10/03/2025), terlihat juga sejumah jemaah ibu-ibu dari majelis taklim Mushola Al-Istiqomah sejak menjelang berbuka sudah menyiapkan takjil dan beberapa makanan kecil untuk berbuka puasa Ramadhan 1446 H.

Puluhan cangkir berisi minuman segar, gorengan, model, buah jeruk dan lainnya sudah terhidang di meja yang terletak di teras mushola. Di sebelahnya ada beberapa kursi plastik berwarna coklat dibariskan, sebagai tempat duduk jemaah yang akan berbuka puasa sore itu.

Sejak pukul 17.00 WIB, beberapa anggota majelis taklim dan sebagian jemaah laki-laki lainnya, sudah berada di teras Mushola Al-Istiqomah, menungu beduk maghrib. Mereka duduk di kursi yang berada samping hidangan takjil yang tersedia.

Tak lama kemudian, sekitar pukul 18.25 WIB, Ketua Pengurus Mushola Al-Istiqomah, Jun Supriadi, mendampingi Ustad Imron Supriyadi, S.Ag, M. Hum, Pengasuh Pondok Pesantren Laa Roiba Muaraenim datang dan menyalami beberapa jemaah yang sudah hadir lebih dulu.

Bedug Maghrib tiba. Tak terkecuali, semua jemaah yang hadir, sore itu langsung berbuka puasa bersama. Takjil dan beberapa hidangan yang sudah disiapkan jemaah majelis taklim ibu-ibu menjadi santapan awal pembuka di Mushola Al-Istiqomah, sebelum shalat maghrib ditunaikan.

Mengantarkan kultum, usai shalat Isyak, sebelum shalat tarawih, Jun Supriyadi mengajak kepada jemaah Mushola Al-Istiqomah agar bisa mengikuti kultum sejenak, yang akan disampaikan, sekaligus dapat mengambil hikmah dari isi kultum malam itu.

Pada kultum-nya, Ustadz Imron Supriyadi mengawali dengan mengjak jemaah untuk bersyukur atas nikmat Allah Swt, yang berupa napas, detak jantung, paru-paru, penglihatan, kesehatan dan lainnya.

“Semua fasilitas dari Allah itu diberikan secara gratis, dan inilah yang patut kita syukuri. Kalau kita hitung detak napas, sejak bayi sampai sekarang, akan berapa banyak kita harus membayar. Tapi Allah tidak menuntut itu. Semua gratis. Kita hanya diwajibkan untuk beribadah, sebagai bentuk kesadaran kehambaan kita. Inilah yang wajib kita syukuri, karena kita masih diberi ruang dan waktu untuk bertanam kebaikan di dunia, guna persiapan menuju alam akhirat. Kalau sudah masuk kubur tak ada gunanya lagi, kecuali amal jariyah yang kita tanam di dunia, anak shaleh yang mendoakan, dan ilmu yang bermanfaat,” ujarnya.

Pada ulasan berikutnya, Ustadz Imron menyampaikan kisah seorang pemuda yang menanam pohon berduri di pinggir jalan. Sementara ada orang tua yang selalu menegur anak muda itu, agar menghentikan menanam pohon berduri di pinggir jalan.

“Namun ketika orang tua itu menegur, anak muda itu selalu mengatakan : nantilah, pohonnya masih kecil. Lagi pula Pak Tua ndak usah urusi pohon ini. Urusilah dirimu saja, pohon ini urusan aku. Kalau dalam bahasa daerah kite : pacaklah aku, wak!” kisahnya.

Lama-lama, pohon berduri itu tumbuh besar. Sementara Pak Tua yang biasa menegur anak muda ini sudah meninggal.

Begitu juga anak muda itu setelah sekian belas tahun berlalu, usianya kian tua dan badannya makin renta. Anak muda yang sudah tua ini baru sadar, ketika pohon berduri yang ditanam itu sudah tumbuh besar dan sebagian ranting durinya jatuh menganggu orang yang berjalan.

Kali itu, anak muda yang sudah tua ini baru sadar dengan apa yang sudah diperbuat. Maka, anak muda renta ini, kemudian mengambil kampak dari rumahnya, hendak menebang pohon berduri yang sudah tumbuh besar. Di tengah perjalanan, anak muda renta ini, kakinya tertusuk duri, dan terduduk tanpa daya.

“Jangankan untuk menebang pohon, hanya sekadar mencabut duri dari kakinya saja, anak muda renta ini pun tak mampu lagi. Tangannya sudah gemetar. Ini akibat sikap anak muda yang dulu selalu mengabaikan saran dari Pak Tua. Anak muda ini dulu selalu mengatakan : nanti…nanti…karena pohon masih kecil,” kisah Ustadz Imron yang menukil dari Kitab Mastnawi, karangan sastrawan dan tokoh sufi dunia, Jalaludin Rummi.

Dari kisah itu, Ustad imron memberi gambaran kepada jemaah Mushola Al-Istiqomah, tentang sikap umat sebagian yang selalu ingin menunda berbuat baik dengan menjawab : nanti saja, saya masih muda. Urusan akhirat itu urusan nanti, sekarang urusan dunia dulu.

“Begitulah jawaban diantara sebagian orang ketika diajak berbuat baik, selalu jawabannya : nanti saja, saya masih muda, kamu duluan saja yang ke masjid, saya nanti saja, saya masih banyak urusan, jadi nanti saja. Begitulah mungkin yang sering kita dengar atau juga sering kita katakan pada diri sendiri dari sebagian kita,” kisahnya lagi.

Sementara, umur terus berjalan sebagaimana anak muda yang kian renta, tak lagi bisa menebang pohon berduri, hingga akhirnya duri itu melukai dirinya sendiri, yang ia sendiri tak kuasa mencabut duri yang tertancap di kakinya.

Hikmah dari kisah ini, dijelaskan Ustadz Imron, waktu adalah kehidupan yang akan terus berjalan. Sementara kematian kapan saja akan datang tanpa kompromi.

“Oleh sebab itu, sejak hari ini jangan pernah lagi berkata : nanti, atau saya masih muda, urusan akhirat itu nanti dan lainnya. Itu juga bagian duri dalam diri kita yang harus kita bersihkan. Sebab duri kemalasan, duri banyak alasan : nanti dan nanti, itu akan menjadi racun, ketika menjadi duri yang tumbuh besar dalam diri kita. Akhirnya, ketika napas sudah di tenggorokan kita baru ingat, akan datangnya panggilan Allah Swt. Sementara, duri itu sudah tertancam dalam dalam tubuh kita, dan menutup semua peredaran darah, penglihatan, pendengaran dan mengunci hati kita, Naudzubillah min dzalik,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, ustadz Imron juga menyampaikan tentang Pondok Pesantren Laa Roiba yang sedang membuka pendafataran bagi santri Yatim-dhuafa.

“Bagi warga di sini atau ada sanak saudara yang akan menyekolahkan putra-purtrinya ke pesantren, silakan titipkan kepada kami. Ada kelas yang khusus yatim dan dhuafa, kiat akan survei, dan tahun ini ada juga yang berbayar di Laa Roiba Dua, di Desa Panang Jaya Ujan Mas,” ujarnya.

Usai menyampaikan kultum, dilanjutkan shalat tarawih bersama, dan Ustadz Imron diminta Jun Supriyadi, untuk menjadi imam shalat tarawih pada malam itu. Usai shakat selesai dilakukan ramah tamah sebentar dengan majelis taklim ibu-ibu untuk sharing tentang pentingnya menyekolahkan anak-anak di pesantren.[***]/TIM MEDIA LAA ROIBA

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com