KALAU dulu yang penting check-in, sekarang yang penting make sense, kalau dulu wisata cuma buat healing, sekarang harusnya juga meaning.
Begitu kira-kira pesan yang diangin-anginkan Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana saat membuka Indonesia Tourism Marketing Week (ITMW) di Maya Resort & Spa Sanur, Bali, Sabtu (11/10/2025).
Bu Menteri ini ngomongnya nggak kaleng-kaleng, katanya, Indonesia ini udah kayak paket lengkap punya laut biru, gunung hijau, budaya kental, dan senyum warga yang bisa bikin turis betah kayak ketemu mantan yang udah tobat. “Dengan lahan dan lautan yang terbentang luas serta budaya yang begitu kuat, kekayaan yang kita miliki bukan hanya menjadi cerita masa lalu, tetapi juga modal besar untuk masa depan pariwisata Indonesia,” ujar beliau dengan gaya kalem tapi mantap.
Widiyanti menegaskan, zaman kejar target turis sebanyak-banyaknya udah lewat, sekarang yang diburu bukan jumlah kepala, tapi kualitas pengalaman. “Fokus kita bukan pada kuantitas, melainkan pada kualitas,” tegasnya mengutip laman resmi kemenpar.go.id.
Artinya, pemerintah nggak mau lagi pariwisata cuma rame tapi nggak berfaedah, biarin aja yang datang nggak sebanyak dulu, asal mereka pulang bawa kesan, bukan sampah plastik.
Karena, kata pepatah lama “Banyak tamu tanpa manfaat, sama aja kayak hajatan tanpa nasi”.
Bu Menteri juga nyindir halus soal gaya wisata masa kini yang kadang lebih sibuk ngatur angle kamera daripada ngerti makna budaya. “Pertumbuhan ekonomi harus berjalan beriringan dengan inklusi sosial serta keberlanjutan lingkungan,” katanya.
Dalam bahasa warung kopi, jangan karena mau konten, sawah orang diinjak, laut dijadikan tong sampah, dan budaya lokal dilupakan.
Kemenpar sekarang lagi ngebut dorong program-program biar wisata kita naik kelas, antara lain, yakni Gerakan Wisata Bersih (biar tempatnya bersih, bukan cuma caption-nya), Kharisma Event Nusantara, Wonderful Indonesia Gastronomy & Wellness, sampai pengembangan Desa Wisata dan rancangan Dana Pariwisata Berkualitas (IQTF).
Nah, yang terakhir ini keren banget, yakni IQTF alias Indonesia Quality Tourism Fund.
Jadi, bukan cuma dananya pariwisata, tapi pariwisatanya punya dana sebab biar nggak cuma niat, tapi juga kuat.
Mantan Menteri Pariwisata Arief Yahya juga sempat kasih wejangan di acara itu, begini katanya, branding itu investasi, kalau citra Wonderful Indonesia naik 10%, dampaknya ke pariwisata bisa 11%. Ibarat parfum, kalau wanginya enak, orang bakal cari sumbernya. “Branding ‘Wonderful Indonesia’ sejatinya adalah bentuk investasi strategis,” kata Arief alias jangan cuma ganti logo, tapi beneran jadi wonderful di lapangan.
Pariwisata kita memang harus mendunia, tapi jangan sampai kehilangan akar, kita ini kaya, tapi kadang lupa menghargai kekayaan sendiri, ada budaya yang udah ribuan tahun, tapi kalah tenar sama kafe yang baru buka tiga minggu. Padahal, pariwisata sejati itu bukan cuma tentang datang dan foto, tapi tentang belajar, menghargai, dan menjaga.
Oleh sebab itu, Indonesia punya segalanya, seperti pantai, gunung, budaya, makanan, dan senyum yang nggak dijual di e-commerce mana pun. Tapi semua itu cuma jadi cerita kalau nggak dikelola dengan bijak. Makanya, langkah Menpar Widiyanti untuk fokus ke pariwisata berkualitas ini kayak angin segar di tengah wisata yang makin ribut tapi makin dangkal.
Karena sejatinya, pariwisata yang hebat bukan soal seberapa banyak orang datang, tapi seberapa banyak yang ingin kembali, dan yang lebih penting lagi, seberapa banyak yang mau ikut menjaga.
Mau berwisata? boleh…..tapi ingat, bukan cuma buat healing, tapi juga buat helping yaitu diri sendiri, masyarakat, dan alam kita, karena Indonesia ini udah wonderful tinggal kitanya aja yang jangan forgetful.[***]