Inspirasi

TAWA TAPI TAHU -“Lentera Cinta Sebelum Tidur : Filosofi Lampu Tidur & Nasehat Bijak Sebelum Merem”

ist

PERNAHKAH kau menatap lampu tidur yang remang-remang sambil merenungi hidup, lalu tiba-tiba sadar “Eh, colokan listrik belum dicabut!”
Itulah kekuatan lampu tidur, ia bukan sekadar benda menyala di pojok kamar, ia adalah lentera kehidupan, saksi bisu atas segala drama malam dari bantal basah air mata hingga kentut yang tak sengaja terdengar pas semua hening.

Lampu tidur itu ibarat ibu-ibu arisan, kecil, diam-diam, tapi bikin suasana adem dan tenteram. Ia tak pernah jadi sorotan utama seperti lampu disko atau ring light selebgram. Tapi tanpanya, malam terasa hambar. Tak ada cahaya lembut yang menyambut mata lelah setelah seharian menghadapi atasan yang nyinyir dan grup WA keluarga yang isinya cuma kiriman “Assalamualaikum” pakai bunga-bunga GIF.

Dari lampu tidur, kita belajar…lampu tidur mengajarkan kita ilmu meredup dengan elegan bahwa dalam hidup, tak semua harus terang-benderang, kadang, yang redup justru memberi kenyamanan.

“Terang-terang dikit bikin silau, redup-redup cantik malah bikin rindu,” kata pepatah gombal dari anak kos yang suka merenung di kasur sambil nonton YouTube motivasi.

Coba bayangkan tidur dengan lampu utama yang menyala terang, rasanya kayak tidur di bawah sorotan spotlight konser dangdut. Panas, silau, dan kalau ada nyamuk pun dia bisa selfie dulu sebelum gigit. Sementara lampu tidur? Lembut… hangat…. penuh cinta, seperti  virtual  sudah move on, tapi masih doain kamu tiap malam (katanya, sih).

Filosofi dari sebuah lampu di pojok kamar, lampu tidur yang kecil mengajarkan bahwa tak perlu menjadi besar untuk memberi terang, seperti ibu di kampung yang diam-diam masakin rendang pas anaknya pulang, ttau seperti dosen yang walaupun galak, tapi nilainya tiba-tiba A.

Lampu tidur juga simbol keberadaan yang setia, tak peduli seberapa sering kamu pindah gaya tidur dari posisi punggung ke tengkurap lalu ke gaya cacing kepanasan, ia tetap di sana memberi cahaya kecil agar kamu tak terjebak menyandung meja atau jatuh gara-gara cari charger di kegelapan.

Kata pepatah “Lebih baik lampu tidur menyala, daripada gelap tapi berharap mantan kembali”

Pernah ngalamin lampu tidur mati pas malam-malam? Tiba-tiba semua berubah jadi film horor. Bayangan bantal jadi pocong, gantungan baju jadi genderuwo. Dan colokan listrik yang tadinya di pojokan pun jadi seperti portal ke alam gaib.

Dari sini kita belajar, bahwa hal kecil seperti lampu tidur bisa jadi penjaga malam paling setia, bahkan lebih konsisten dari jadwal hidup kita yang suka ngacak kayak remote TV hilang tombolnya. Ia nyala terus tanpa banyak gaya, nggak pernah izin cuti, dan nggak pernah marah walau kita sering lupain dia pas liburan.

Cahayanya yang redup itu, seperti sop buntut yang diracik pelan-pelan nggak ngegas, tapi nyusup ke jiwa. Di saat dunia gelap gulita dan sandal jepit entah kemana, dialah satu-satunya cahaya harapan di ujung colokan.

Jadi, wahai kamu si lampu tidur mungil berbentuk silinder warna-warni seperti pelangi yang lagi diet, ketahuilah… kamu bukan sekadar barang elektronik. Kamu adalah simbol dari ketenangan, kehangatan, dan harapan sebelum merem, filosofi hidup bisa lahir dari benda kecil seperti kamu.

“Jadilah seperti lampu tidur: kecil, tak banyak bicara, tapi membawa damai”

Dan untukmu yang membaca ini sambil siap-siap tidur, ingat! hidup tak selalu harus terang benderang. Kadang, sedikit cahaya saja sudah cukup untuk melihat jalan pulang, baik jalan ke kasur, maupun jalan kembali ke hati seseorang (kalau masih ada pintunya).

Akhir kata, jangan lupa colokin lampu tidurmu malam ini, biar tidurmu damai, dan mimpimu lucu seperti narasi ini. Dan kalau lampunya pakai motif pelangi seperti di foto tadi, ya… itu tandanya kamu tidur dalam festival cahaya dan tawa.[***]

Terpopuler

To Top