Pendidikan

“Bingung, Tapi Sombong: Dagelan Star Syndrome Edisi 2025 Lebih Tajam dari Akal Sehat”

ist

Sumselterkini.co.id,- Di suatu negeri bernama Republik Nyentrik, ada Komplek namanya Dagelan..ya bisa juga dinamakan Perumahan Banyolan,  hiduplah segerombolan manusia yang punya satu kesamaan bingung, tapi sombong. Lebih parah isinya ada juga tingkat pendidikan lebih dari lulusan SMA, tapi otaknya masih kaki lima.

Nah, yang ngerti jadi bingung apalagi dengan orang -orang yang bikin bingung ini, bahkan mereka bingung lagi hidupnya mau ke mana, tapi ampun dech, sombongnya level langit ketujuh. Bingung isi kepala kosong, tapi gaya ngomong kayak pembicara TEDx yang baru lulus pelatihan motivasi dua jam di TikTok. Dunia semakin gelapkah?.

Penyakit ini bukan lagi langka. Namanya star syndrome. Dulu cuma menjangkiti selebriti dan pesohor, sekarang menyebar ke siapa saja yang pernah viral, trending, atau sekadar masuk FYP karena jatuh dari kursi saat joget. Bahkan menular juga ke kampung-kampung makin gawat!!.

Ciri khas penderita star syndrome edisi 2025 antara lain baru diwawancarai podcast teman, langsung update bio “Public Figure,  Speaker Visionary”, baru menang lomba makan kerupuk di RT, langsung bikin seminar “How to Stay Focus in Life.”  pak RT nanti ya..duduk yang manis jangan tampil dulu, teken aja kalau kami suruh bak narasi di dalam film G-30 S PKI he..he teken jenderaaaalll !!. masih ingatkan?

Literasi sangat minim meski pendidikan strata-1, belum pernah baca buku, tapi kalau ngomong. “Menurut saya, secara eksistensial kita ini adalah frekuensi energi semesta yang sedang trauma kolektif.”
Lah… yang trauma justru pendengarnya.

Logikanya nggak sinkron, tapi gayanya meyakinkan.Ni surat pemohonan kita bawa ajukan, waduh isinya parah, jangankan tatanan bahasanya  saja lebih huruf….fatalllll!!.

Pernah liat orang debat dengan penuh percaya diri, tapi isi argumennya cuma “karena menurut saya aja gitu”?
Itulah dia. Akal sehat ke mana, gaya sok tahu ke mana-mana. Paling sibuk semua, yang lain kayak ngontrak, bahkan lebih ngeri kita punya negara, tercatat di KTP asli pribumi….tapi terbalik seperti dunia mau terbalik yang domisili lebih mendominasi kekuasaan, kayak masih di jajah aja..he..he.

Mereka ini tipe orang yang, kalau ditanya soal harga cabai, jawabnya malah nyalahin kapitalisme dan menyuruh kita meditasi.
Padahal cabai naik karena pasokan kurang, bukan karena aura chakra belum seimbang.

Jangan remehkan kebingungan yang dibungkus sombong. Dampaknya lebih dahsyat daripada kecap expired karena seperti mempertontonkan kebodohan diri, menelanjangi diri sendiri di depan umum..alias aib sendiri dibuka….malu dong kalau punya akal sehat!.

Orang yang nonton jadi ikut-ikutan, merasa bodoh itu normal asal percaya diri. Akhirnya, ruang publik jadi ajang debat ngawur antar manusia sok paham. Yang dihargai bukan lagi kerja keras atau ilmu, tapi jumlah followers dan seberapa sering masuk explore.
Dokter sungguhan kalah pamor sama selebgram yang baru baca Wikipedia satu paragraf. Alih-alih debat sehat, semuanya jadi baperan. Kritik dianggap serangan pribadi. Yang ngasih saran, dikatain haters. Akhirnya semua orang ngomong sendiri, mendengar sendiri, dan bangga sendiri.

Daripada sibuk cari angle wajah tirus, lebih baik cari sudut pandang yang waras. Baca buku, dengerin yang lebih ngerti, dan sadar bahwa kita bukan pusat galaksi.

Jangan buru-buru pingin tampil. Dunia nggak kekurangan orang yang bicara, tapi kekurangan orang yang mikir dulu sebelum mangap. Biar tahu bahwa hidup itu bukan soal views dan likes. Kalau bisa bantu bersihkan selokan bareng warga, siapa tahu ego ikut hanyut.

Kalau baru lulus pelatihan dua hari, jangan langsung ngaku coach. Kalau baru ngerti 1 bab, jangan langsung ceramah.
Ingat!! kerupuk mentah kalau digoreng terlalu cepat bisa meledak.

Dalam dunia serba digital, siapa pun bisa terkenal. Tapi terkenal itu beda sama pantas. Jangan sampai karena haus sorotan, kita mengorbankan akal sehat. Karena yang naik ke panggung tanpa isi, jatuhnya bukan hanya lucu tapi menyedihkan.

Ingatlah petuah bijak dari kakek di warung kopi “kalau nggak tahu jalan, jangan sok jadi penunjuk arah. Bisa-bisa semua orang nyasar ke kebon singkong.”

Orang bijak itu ibarat termos, diam, tapi isinya panas. Yang kebanyakan ngomong biasanya cuma ceret kosong berisik doang.

Kalau kamu merasa terkena gejala ini, jangan panik. Masih bisa sembuh, asal jangan ngotot bikin konten tiap hari ngomongin hal yang kamu aja belum ngerti. Ingat, bijak itu nggak harus keras suara cukup keras logika.

Banyak-banyak Introspeksi diri, Ightifar dan melihat kebawah ya…[***]

Terpopuler

To Top