Sumselterkini.co.id, – “Padi ditanam di sawah luas, panen datang jangan lupa dibagi. Bila kinerja sudah jelas, tambahan rezeki jangan ditangguhkan lagi.”
Begitulah kira-kira pepatah baru yang cocok menggambarkan gebrakan Pemkab Musi Banyuasin (Muba) yang siap menaikkan Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) bagi ASN. Ini kabar baik, setara dengan nemu dompet hilang setelah tiga hari puasa. Tapi ingat, jangan sampai TPP ini cuma jadi “penggembira” seperti bonus stiker di ciki-cikian. Ada duitnya, tapi tak ada greget kinerjanya.
TPP ini ibarat sambal dalam sepiring nasi goreng. Bisa menambah nikmat, tapi kalau kebanyakan malah bikin kepedesan, apalagi kalau tidak diimbangi dengan kerja nyata. Maka, tunjangan ini jangan hanya jadi “tambahan penghasilan”, tapi harus jadi “tambahan semangat dan keteladanan”.
ASN itu bukan singkatan dari “Asal Santai Nggaji”, melainkan garda depan birokrasi yang harus siap kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas. Jangan sampai setelah TPP naik, semangat kerja justru malah turun kaya baterai hape jadul dipakai sejam, dicas seminggu.
Sekda Muba, Pak Apriyadi, sudah mengumumkan dengan penuh semangat bahwa persetujuan dari Kemendagri telah dikantongi, dan rancangan Perbup sedang dikebut. Ini ibarat kue sudah matang, tinggal ditaburi keju dan disajikan. Tapi awas, jangan sampai ada oknum yang malah rebutan topping, bukan fokus membagi rasa manisnya untuk semua.
Kalau kata pepatah lama, “Di mana ada gula, di situ semut berkumpul.” Nah, jangan sampai program ini malah mengundang semut-semut nakal yang doyan manis, tapi ogah kerja keras. Harus ada mekanisme pengawasan yang kuat, agar tak ada ASN yang cuma modal absen pagi, tidur siang, lalu pulang teng go!
Bahkan Kepala Bagian Hukum pun sudah bilang, regulasinya masih mirip Perbup lama, hanya dirombak sedikit biar lebih cocok zaman. Tapi ingat, jangan cuma peraturan yang direvisi mental dan budaya kerja juga wajib di-update!, ASN yang hebat itu bukan yang paling dulu datang rapat, tapi yang paling bermanfaat bagi masyarakat.
Bayangkan seorang ASN bernama Pak Dul, yang kerjanya lebih sibuk ngerawat bonsai di kantor ketimbang urus berkas warga. Dikasih TPP baru, bukannya semangat kerja, malah daftar kursus online. “Cara Tidur Efektif di Meja Kerja”. Lah, ini yang salah siapa? Sistemnya udah benar, tapi manusianya masih kayak kasur empuk enak buat rebahan tapi nggak buat kerjaan.
Maka dari itu, kenaikan TPP ini harus dibarengi dengan kenaikan integritas, etos kerja, dan pelayanan publik. Jangan sampai rakyat cuma dapat “pelayanan senyum” tanpa solusi. ASN yang hebat bukan yang banyak tambahan, tapi yang banyak manfaatnya di lapangan.
Kenaikan TPP di Muba adalah langkah yang patut diapresiasi, tapi mesti diiringi dengan komitmen memperbaiki pelayanan publik. Jangan sampai tunjangan naik, tapi senyum ASN makin pelit, dan keluhan warga makin sulit. Kalau bisa kerja lebih giat dan bersih, TPP ini bukan cuma Tambahan Penghasilan Pegawai, tapi juga Tambahan Pahala Pasti.[***]