KALAU orang Sumatera Selatan ngomong soal sungai, ujung-ujungnya pasti nyambung ke Musi, sungai ini bukan cuma panjang, tapi juga panjang ceritanya. Dari kisah cinta legenda sampai cerita perekonomian, dari mandi bebek sampai lomba bidar. Nah, kali ini sungai jadi saksi gegap gempita Hari Ulang Tahun TNI ke-80, lewat Lomba Bidar Tradisional Piala Pangdam II/Sriwijaya.
Jangan salah, bidar bukan sekadar balap perahu, kalau dilihat dari pinggir, memang isinya orang rame-rame ngaduk air sambil teriak “ayoo, cepet-cepet!”. Tapi kalau diteliti lebih dalam, bidar itu cerminan hidup. Sama kayak TNI, kalau barisan nggak kompak, habis sudah. Mau sekenceng apa ngayuh, kalau nggak serentak, perahu bisa belok sendiri kayak mantan yang tiba-tiba ghosting.
Wakil Gubernur Sumsel, H. Cik Ujang, waktu buka lomba ini bilang bahwa bidar itu warisan budaya. Dan betul, budaya lokal tuh kalau nggak dijaga, bisa jadi kayak piring pecah, tinggal kenangan, susah direkatin lagi. TNI masuk dengan gayanya yang khas, yakni disiplin, solid, tegas. Jadi lomba bidar ini kayak perkawinan dua dunia, budaya rakyat yang cair ketemu semangat militer yang keras.
Hasilnya? Ya unik! TNI yang biasanya identik dengan barisan kaku ala defile, kali ini duduk manis di perahu, basah-basahan bareng rakyat. Itu lho, wajah humanis TNI yang sering kita harapkan, bukan cuma jago di darat, laut, dan udara, tapi juga jago main air. Kalau TNI bisa dekat dengan rakyat lewat lomba bidar, dijamin tambah dicintai. Kata Cik Ujang, “setuju ya kalau semakin dicintai rakyat?”. ya jelas setuju, masa enggak?.
Mayjen TNI Ujang Darwis, Pangdam II/Sriwijaya, ngasih laporan, ada 55 tim, total 715 peserta. Kalau dihitung-hitung, jumlahnya bisa bikin stadion mini penuh, tapi yang bikin menarik bukan cuma jumlahnya, melainkan filosofi di baliknya.
Misalnya 13 orang dalam satu perahu, kalau ada satu yang males ngayuh, pasti jadi beban. Kalau ada yang sok jago, perahu bisa miring. Intinya, semua harus nyatu. Ini kan mirip sama kehidupan berbangsa.
Indonesia punya 270 juta penduduk, beda-beda suku, bahasa, hobi, bahkan beda selera sambal. Tapi kalau semuanya kompak, Indonesia bisa ngacir kenceng kayak bidar 1000 meter. Kalau nggak kompak? Ya cuma muter-muter di tengah sungai, capek doang, nggak nyampe-nyampe ke garis finish.
Pepatah bilang “Bersatu kita teguh, bercerai kita galau”. Eh, salah… runtuh, tapi intinya sama, jangan pecah belah.
Jangan lupa, lomba bidar juga punya efek domino, pariwisata, venue-nya di Jakabaring Sport City, yang sudah sering jadi tuan rumah event Internasional.
Kalau bidar ini dikemas kece, bisa jadi atraksi tahunan, wisatawan datang, ekonomi jalan, rakyat senang, pemerintah riang. Bayangin turis luar negeri nonton lomba bidar sambil bilang, “Wow, traditional rowing is so lit!”- kan bangga kita.
Lagi pula, sungai Musi itu living heritage, dari zaman nenek moyang, orang sudah hidup dari sungai. Lomba bidar ini kayak time machine, ngingetin generasi muda bahwa budaya itu bukan cuma tari dan lagu, tapi juga olahraga rakyat.
Jujur, kalau lihat lomba bidar, saya jadi mikir, hidup ini kok mirip ya?. Kalau jalan sendiri-sendiri, kita cuma muter-muter, kalau kompak, kita bisa melesat bareng-bareng dan kalau ada yang cuma duduk manis nggak ngayuh, ya bisa bikin kapal berat.
Sama kayak bangsa ini, ada yang ngayuh (kerja keras), ada yang nyetir (pemimpin), ada yang teriak ayoo semangat (motivator), ada juga yang… numpang makan aja. Nah, tipe terakhir ini yang bikin perahu kebangsaan kita berat.
Dari lomba bidar, kita belajar bahwa budaya lokal itu bukan sekadar hiburan musiman. Ada filosofi, ada kebersamaan, ada identitas. TNI paham betul bahwa dekat dengan rakyat itu bukan cuma soal operasi militer, tapi juga soal berbagi panggung di arena budaya.
HUT ke-80 TNI kali ini bukan hanya selebrasi kekuatan, tapi juga perayaan kedekatan, dan Sumsel sudah memberi contoh lewat air sungai, kita bisa bersatu.
Seperti kata pepatah, “Air tenang menghanyutkan, air bergelombang membangkitkan”, lomba bidar ini membangkitkan semangat kita semua. Jadi, mari ngayuh bersama. Biar Indonesia nggak cuma melaju, tapi juga melaju cepat, jauh, dan kompak.
Selamat ulang tahun TNI ke-80. Terus kuat, terus dicintai rakyat, dan jangan lupa… kalau capek ngayuh, gantian dong sama yang lain!.[***]