BIASANYA naik kereta identik dengan stasiun, nyari bangku, hingga ketiduran pas melewati hamparan sawah, karena menikmati pemandanganya.
Kini beda urusannya, kereta jarak jauh sekarang bukan cuma mengangkut badan dan ransel, tapi juga ide, cerita, dan karakter animasi bernama Jumbo. Iya, Jumbo. Bukan gajah, bukan bakso urat level 10, tapi tokoh animasi lokal yang mendadak naik kelas dari layar bioskop ke livery kereta api.
Inilah babak baru dalam sandiwara ekonomi kreatif Indonesia, karakter animasi lokal yang bukan hanya jadi bintang di film, tapi juga jadi ‘penumpang tetap’ kereta Argo Bromo Anggrek dan Argo Dwipangga. Disambut sama stempel-stempel lucu di 10 kota, livery ini kayak mengingatkan kita bahwa kreativitas itu bisa jalan-jalan juga, bukan cuma diam di laptop anak desain grafis.
Bayangkan, kamu naik kereta, niatnya ke Solo buat kondangan, eh.. di dalam gerbong ketemu wajah Jumbo yang senyum-senyum manis di balik tirai. Ini bukan sekadar hiasan stiker, tapi strategi branding. Kayak pepatah zaman digital “Yang viral bukan yang tercepat, tapi yang paling nyentuh hati dan Instagrammable”.
Dan di sinilah peran Kementerian Ekonomi Kreatif (Ekraf) meroket layaknya roket Elon Musk mengorbitkan IP lokal ke jalur utama transportasi publik. Dulu IP lokal cuma tampil di pojok acara komunitas atau mural gang sempit. Sekarang? Naik kereta, coy! Udah kayak selebgram yang endorse vitamin tiap pagi.
Kolaborasi ini disebut-sebut sebagai praktik hexahelix, sebuah istilah yang kalau dibaca sekilas kayak nama band Korea. Tapi jangan salah, ini soal serius. Pemerintah, dunia usaha, komunitas, akademisi, media, dan masyarakat semuanya diajak joget bareng di panggung kreatif bernama “kereta api”.
Kalau Inggris bisa bangga dengan Paddington Bear naik Tube, kenapa Indonesia gak bisa bangga sama Jumbo naik Argo?. Bahkan Jepang udah duluan bikin Shinkansen dengan karakter Hello Kitty sampai Pikachu. Nah, Indonesia sekarang gak mau ketinggalan, dan kita semua patut tepuk tangan pakai kaki.
Media ekspresi
Direktur Niaga PT KAI, Hadis Surya Palapa, menyebut kereta sebagai media ekspresi. Dan kita sepakat. Soalnya sekarang, naik kereta tuh udah kayak masuk pameran berjalan bahkan anak kecil senang, emak-emak senyum-senyum, bapak-bapak? tetap cari colokan dan kopi panas, tapi sesekali intip livery juga kok.
Anggia Kharisma dari Visinema nambah bumbu manis “Jumbo bukan cuma tontonan, tapi teman perjalanan”. Duh, itu bukan tagline, itu puisi. Kalimat yang cocok dicetak di mug, kaos, bahkan di hati mantan.
Kalau kita mau serius ngomongin IP lokal, kita perlu tengok ke tetangga dan para suhu dunia. Walt Disney pernah bilang, “All our dreams can come true, if we have the courage to pursue them” . [“Semua impian kita bisa menjadi kenyataan, jika kita memiliki keberanian untuk mengejarnya”].
Nah, keberanian memindahkan karakter animasi ke livery kereta ini adalah bukti bahwa mimpi kreatif bangsa gak cuma numpang lewat, tapi punya tiket pulang-pergi.
Atau lihat Hayao Miyazaki, maestro Ghibli dari Jepang, yang ngasih pesan dalam film Spirited Away “Once you’ve met someone, you never really forget them”. [“Sekali kamu bertemu seseorang, kamu sebenarnya tak pernah benar-benar melupakannya”].
Dan itu juga berlaku buat karakter lokal sekali rakyat kenal sama Jumbo di kereta, mereka akan ingat dan mungkin beli merchandise-nya!.
Pemerintah menegaskan bahwa IP lokal adalah the new engine of growth. Tapi ingat! mesin juga perlu bensin dan rute yang jelas. Jangan sampai kreativitas kita cuma berputar di konten receh TikTok atau nunggu viral dengan drama. Harus ada struktur, pendanaan, dan yang terpenting keberanian melawan rasa malu.
Coba tengok Korea Selatan. Mereka gak ragu investasi besar-besaran buat Hallyu Wave. Dari BTS sampai Parasite, semua ditata, dipoles, dan dipasarkan ke seluruh dunia. Masa kita kalah sama drama yang durasi episodenya bisa ngalahin magrib?
Begini, kawan, ketika kereta berangkat, kita biasanya lihat rel, pemandangan, dan kadang kenangan. Tapi sekarang, kita juga bisa lihat harapan bahwa ekonomi kreatif tak lagi ngemper di pinggir jalan, tapi udah naik kelas dan duduk manis di gerbong VIP.
Jumbo bukan hanya karakter, tapi simbol simbol bahwa karya anak bangsa bisa menembus batas-batas biasa. Dari layar ke livery. Dari studio ke stasiun. Dari ide ke inspirasi nasional.
Dan seperti kata pepatah gaul hari ini “Kalau kamu gak bisa ngejar kereta, kejar aja mimpi kreatifmu—siapa tahu nanti bisa naik bareng Jumbo di gerbong depan”
“Creativity is intelligence having fun” [“Kreativitas adalah kecerdasan yang sedang bersenang-senang”] kata Albert Einstein.
Jadi yuk, kita jangan cuma jadi penonton. Jadilah penumpang yang kreatif. Naik kereta sambil mimpi, tapi jangan lupa bayar tiket dan bawa ide. Karena siapa tahu, ide kita berikutnya yang akan jadi livery selanjutnya!.[***]