Sumselterkini.co.id, – Ibarat ketupat yang sudah dijerit-jéritin daun kelapanya, tinggal nunggu digodok, begitulah nasib Piala Presiden 2025. Turnamen pramusim paling bergengsi seantero Republik Bola ini bakal digelar 6-13 Juli nanti. Tapi sebelum kick-off, panitianya udah tancap gas nyebar pesona duluan di ajang Car Free Day (CFD) Sudirman-Thamrin. CFD yang biasanya penuh emak-emak olahraga sambil ngegosip, mendadak berubah jadi lapangan promosi, lengkap dengan stand, permainan penalti, sampai hadiah tiket gratis.
Wah, kalau kayak begini mah, CFD bukan lagi Car Free Day, tapi Car Free Defenders karena yang nendang bola ke gawang itu lebih banyak daripada yang lari ngejar bus Transjakarta.
Bayangkan, pagi-pagi buta saat orang baru netesin kopi dari teko, legenda Timnas udah nongkrong di jalanan. Ada Kurniawan Dwi Yulianto, si ‘Kurus’ lincah macam cicak di tembok, Hamka Hamzah yang kepalanya lebih akurat dari GPS, hingga Ismed Sofyan yang tendangan bebasnya bikin jantung wasit deg-degan. Semua kumpul, bukan untuk reuni SMP, tapi buat nyemangatin rakyat biar nonton Piala Presiden. Indra Sjafri pun ikut manggung. “Ayo dong nonton ke stadion, ini bukan sekadar uji coba. Ada tim luar negeri lho, bukan tim ecek-ecek!” katanya.
Dan benar saja, Piala Presiden 2025 ini nggak main-main. Tim undangan dari Inggris Oxford United, datang. Walaupun di Inggris mereka belum Premier League, tapi jangan remehkan. Di kampung halamannya, mereka bisa bikin tim desa gemeteran cuma gara-gara formasi. Ada juga Port FC dari Thailand, klub kaya rasa tom yum yang sering main di kompetisi Asia.
Kalau Piala Presiden tahun-tahun lalu cuma diisi tim-tim lokal, tahun ini seperti warung padang yang mulai sedia menu Korea dan sushi. Ada bumbu internasionalnya. Nah ini baru menarik.
Menurut Kurniawan Dwi Yulianto yang mungkin udah kenyang naik pesawat dari era Garuda di Dada sampai Garuda Kelelep di Tikungan. “Tim-tim kita butuh lawan yang beda, biar tahu rasa. Kalau lawannya itu-itu mulu, ya ibarat pacaran sama temen sebangku, ya nggak naik kelas-kelas”.
Dua stadion jadi tempat berlangsungnya hajat ini. SUGBK buat pembukaan, kayak kunci motor yang dibawa bapak-bapak ke pasar penting tapi cuma sebentar. Selebihnya di Si Jalak Harupat, Bandung, sebuah stadion yang kalau hujan bisa jadi kolam ikan cupang, tapi tetap punya atmosfer luar biasa buat bola.
Warga pun antusias, mas Adrian Ramadan, salah satu pengunjung CFD, ngaku senang bisa ketemu para legenda. “Saya berencana nonton langsung, biar anak-anak saya tahu bahwa bola itu bukan cuma dari YouTube, tapi dari stadion!”, katanya dengan gaya serius tapi sambil makan cilok.
Piala Presiden ini ibarat pepatah Jawa yen arep menang, kudu latihan, ora mung angan-angan. Artinya, kalau mau juara musim depan, ya jangan cuma latihan main gacha di HP. Turnamen ini jadi tempat klub ngetes pemain baru, nyusun strategi, dan mungkin juga ngetes jersey baru yang kadang warnanya lebih cocok buat daster.
Kalau Spanyol punya Copa del Rey, Inggris punya Community Shield, maka Indonesia punya Piala Presiden turnamen pramusim yang makin ke sini makin mirip festival rakyat rasa internasional. Bukan cuma nendang bola, tapi juga nendang semangat nasionalisme dan kesenangan. Kawan-kawan sebangsa dan setanah rumput stadion, mari ramaikan Piala Presiden 2025, jangan biarkan bangku stadion cuma diduduki kamera CCTV. Ajak keluarga, gebetan, mantan yang belum move on, atau bahkan tetangga yang suka nyuruh anaknya main bola di garasi.
Karena sepak bola bukan cuma soal gol, tapi soal ketawa bareng di tribun, soal kaus basah kena hujan tapi tetap bersorak, dan soal harapan yang tiap musim tak pernah padam, meski klub jagoanmu sudah 10 tahun puasa gelar. Jangan biarkan kursi stadion diduduki angin semata. Mari duduki dengan semangat, sorakan, dan aroma minyak angin, karena mendukung bola nasional lebih berkah daripada nonton highlight doang sambil ngupil.[***]