MUBA Terkini

Satu Jembatan, Seribu Asa:”Seperti Nenek Kami, Tua, Tapi Dicintai”

ist

Sumselterkini.co.id, – Kalau jembatan di Desa Warga Mulya (B4) bisa ngomong, mungkin dia sudah teriak minta pensiun sejak lima tahun lalu. “Udah lelah, Nak,” begitu mungkin bisiknya tiap kali dilewati motor butut, anak sekolah, atau ibu-ibu bawa sayur pakai keranjang besar kayak mau ekspor ke luar negeri.

Ya, begitulah nasib si jembatan tua di Kecamatan Plakat Tinggi Kabupaten Muba ini, dulu, dia gagah. Kini? Papan-papannya rapuh kayak kenangan cinta pertama, setiap orang lewat, bukan cuma rem motor yang dicek, tapi juga doa dikuatkan, karena salah-salah, bisa terjun bebas ke sungai sambil bawa tahu isi.

Untunglah kabar baik akhirnya mampir, Pemerintah Kabupaten Muba, lewat Dinas PUPR, resmi mengumumkan perbaikan jembatan akan dimulai dalam waktu dekat!. Kepala Dinas PUPR, Pak Alva Elan yang wajahnya nggak pernah muncul di sinetron tapi kerja nyatanya mulai kelihatan mengatakan material sudah dipesan, teknis siap, tinggal eksekusi di lapangan.

“Waktu dan jembatan tidak menunggu orang,” kata Alva, (mungkin kalau dia penyair). Tapi sekarang, kami semua menunggu jembatan.

Menariknya, ini bukan proyek biasa. Jembatan akan diperbaiki bareng program Karya Bhakti TNI AD, jadi jangan kaget kalau nanti kalian lewat dan lihat prajurit TNI lagi ngebangun sambil ngeteh bareng warga, Ini kolaborasi gaya gotong royong modern tentara bawa alat, warga bawa semangat.

Tapi bukan berarti proyek ini tanpa beban. Bupati Muba, H. M. Toha, sudah ngasih “tiga wejangan sakti”. Jangan lama-lama, percepat pelaksanaan, jangan bikin ribet, minimalisir gangguan dan jangan diam-diam bae, libatkan warga. Pokoknya jangan sampai proyek ini kayak mantan: manis di awal, hilang di tengah jalan.

Ibu Sarmi (54), warga yang saban hari jual sayur ke pasar pakai sepeda, pernah bilang begini, “Aku ini, Nak, udah biasa lewat jembatan itu. Tapi tiap kali roda sepeda bunyi ‘krek’, rasanya lutut ikut bergetar.”

Itu bukan hiperbola. Itu kenyataan. Anak-anak yang berangkat sekolah harus berbaris kayak barisan upacara, karena kalau bergerombol bisa bikin papan jembatan ngambek. Ada bapak-bapak yang motor tuanya mogok pas di tengah jembatan dan akhirnya dorong sambil ngedumel kayak orang habis kena prank.

Tapi tetap saja, jembatan ini dicintai. Ia saksi perjalanan hidup, cinta, dan usaha warga. Bahkan katanya dulu ada yang nembak pacar di atas jembatan itu. Sayangnya, sekarang jembatannya hampir rubuh, dan hubungannya juga kandas. Mungkin memang perlu perbaikan dua-duanya.

Jembatan itu bukan cuma soal papan dan paku. Ia adalah simpul penghubung desa dan kota, pengantar beras dan harapan, jalur cinta dan cita-cita. Maka kalau jembatannya ambruk, jangan salahkan warga kalau semangatnya ikut rapuh.

Pemkab Muba sudah bergerak. Jangan sampai geraknya lambat, karena warga sudah terlalu sering berjalan di atas kerapuhan. Ini waktunya menyambung jembatan, dan menyambung kembali kepercayaan, seperti pepatah lama “Kalau tak bisa berenang, jangan rusak jembatan,” dan dalam konteks Warga Mulya “Kalau sudah janji perbaiki jembatan, jangan cuma bawa penggaris dan foto-foto doang”.Kami tunggu jembatan baru. Bukan sekadar kuat menahan beban motor, tapi kuat menahan beban harapan warga.

Akhirnya, jembatan tua itu tak lagi jadi cerita sedih tiap hari. Ia akan diperbaiki, bukan hanya dengan paku dan papan baru, tapi juga dengan semangat gotong royong, kolaborasi, dan perhatian nyata dari pemerintah. Ini bukan sekadar proyek pembangunan, tapi bukti bahwa suara rakyat memang bisa menggoyang meja rapat dinas.

Kehadiran TNI AD dalam program Karya Bhakti pun menunjukkan bahwa membangun negeri itu kerja tim—yang satu bawa alat, yang lain bawa harapan, dan warga? Warga tetap jadi alasan utama jembatan ini dibangun.

Kita boleh bercanda soal jembatan, soal papan bolong, dan motor mogok di tengah jalan. Tapi yang lebih penting: hari ini, warga Warga Mulya (B4) punya alasan untuk tersenyum. Karena jalan mereka akan lebih aman, anak-anak bisa sekolah tanpa akrobat, dan roda ekonomi bisa menggelinding tanpa ragu. Mari kita sambut proses perbaikan ini dengan sabar, gotong royong, dan tetap penuh semangat. Sebab di atas setiap kayu yang dipasang nanti, ada mimpi-mimpi kecil yang ingin sampai tujuan dengan selamat. [***]

Terpopuler

To Top