SIAPA bilang kabupaten kecil cuma bisa jadi latar foto Instagram? Sekayu, Muba, membuktikan kalau daerah yang dulu lebih terkenal karena sawahnya seluas lapangan sepak bola plus Sungai Musi penuh patin, bisa nongol di Forum Internasional. Bahkan bukan sekadar nongol, tapi duduk manis di ASEAN Governors and Mayors Forum (AGMF) 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia, sambil bilang, “Hei, kabupaten kecil juga bisa bersinar, kok!”
Wakil Bupati Kyai Rohman dan tim delegasi Muba datang membawa “pakaian diplomasi” lengkap ide, strategi, dan tentu saja senyum manis khas orang Musi. Mereka membawa pesan utama Muba punya potensi ekonomi lokal yang bisa jadi magnet investor, asal berani tampil dan nggak cuma nunggu peluang lewat begitu saja. Mulai dari pariwisata alam yang memanjakan mata, produk pertanian dan perkebunan yang siap diekspor, hingga ekonomi kreatif UMKM lokal yang bisa bikin tetangga iri.
Tapi, mari jujur sedikit, potensi Muba ini kadang seperti ikan patin yang mancing di kolam. Kalau nggak ditangani dengan jala yang tepat alias strategi, promosi, dan manajemen, ya bisa kabur begitu saja. Tetangga sudah tahu “rahasia dapur” Muba, tapi kita sendiri kadang masih bingung cara menghidangkannya di meja internasional.
Nah, AGMF 2025 jadi ajang emas adalah Forum membahas kolaborasi, investasi lokal, dan keberlanjutan.
Di sini terlihat jelas peluang untuk Muba investor asing bisa diajak main bareng, sambil tetap menjaga akar lokal.
Contohnya, wisata Sungai Musi bisa dikemas ala “river cruise” Internasional, Festival budaya bisa disulap jadi tontonan global, dan produk unggulan seperti singkong, ikan patin, atau batik Sekayu bisa masuk pasar ASEAN kalau dikemas lebih menarik.
Lucunya, di sela forum, seorang kepala daerah tetangga menatap keripik singkong Muba sambil bertanya, “Ini bisa dibawa ke Jakarta juga?” Tim Muba cuma tersenyum sambil membayangkan satu kontainer penuh produk lokal meluncur ke pelabuhan ASEAN. Humor kecil tapi berbobot potensi ekonomi lokal tidak akan pernah habis, asal pemerintah mau membuka mata, pintu, dan otak.
Oleh sebab itu, globalisasi bukan berarti meninggalkan akar lokal, justru akar lokal yang kuat bikin pohon Muba lebih menjulang di panggung global. Pepatah lama bilang, “Air tenang menghanyutkan.” Potensi Muba memang sudah lama ada, tapi lewat forum seperti AGMF, air tenang itu mulai menghanyutkan peluang investasi dan jejaring baru.
Namun sayangnya kadang visi “Muba Mendunia” terdengar manis di atas kertas, tapi implementasinya lambat di lapangan. Program bagus tapi masyarakat lokal cuma jadi penonton. Solusinya? Pemkab Muba perlu membuat roadmap jelas target investasi, keterlibatan UMKM, indikator keberhasilan, dan promosi berkelanjutan. Jangan sampai investor datang, tapi warga lokal cuma nonton sambil ngunyah kerupuk.
Kehadiran Muba di AGMF 2025 bukan sekadar gaya-gayaan. Ini momentum untuk mengubah potensi jadi peluang, peluang jadi investasi, dan investasi jadi kesejahteraan nyata. Dari sawah ke sungai, dari keripik singkong ke pasar Internasional, dan Muba membuktikan kalau kabupaten kecil bisa jadi superstar ekonomi dengan humor, kreativitas, dan diplomasi yang cerdas, tapi tetap rendah hati.[***]