PAGI-pagi, Sarip sudah bangun, padahal semalam tidur larut gara-gara ngitung bintang sambil makan sisa lodeh. Kali ini, ia nggak ngeluh. Hari ini bukan hari biasa. Hari ini demo akbar lintas planet!
Di dapur kontrakan orbitnya, Sarip lagi goreng tahu bulat. Bukan tahu bulat biasa. Ini Tahu Bulat Revolusioner, isinya sambal bawang dan sejumput semangat perjuangan buruh. Ia celup tahu ke dalam adonan sambil komat-kamit “Tahu bulat digoreng dadakan, isinya bukan udara, tapi harga diri!”.
Bruntalox, tetangga aliennya yang mukanya mirip jam dinding pecah, nimbrung sambil nenteng TOA kuno dari Bumi yang dulu dipakai ronda kampung.
“Ini dia alat orasimu, Sarip. Suaranya kadang cempreng, kadang ada azan maghribnya, tapi masih kuat buat ngagetin drone polisi”.
Sarip cium TOA itu seperti ustaz cium mic sebelum ceramah.
Di Lapangan Orbit Tengah, ribuan buruh dari berbagai planet berkumpul. Ada yang bawa poster “Stop Eksploitasi Emosi Rasa!”, ada yang cosplay jadi Tempe, dan satu grup marching band dari Planet Keplerk ngiringi lagu perjuangan Buruh Tani versi dubstep.
Sarip naik ke panggung kayu (yang mulai miring karena satu bautnya longgar). “Saudara-saudara interplanet! Apakah kita ini buruh, atau cuma bumbu tabur di makanan kapitalis galaksi?!”
Penonton bersorak.
“Mereka kasih kita makanan yang katanya ‘rasa cinta buatan pabrik’. Tapi kita tahu, cinta itu bukan dari printer 3D. Cinta itu dari dapur emak kita!”.
Drone kamera dari TV Galactic langsung siaran langsung. Di pojok, produser TV terlihat muntah glitter karena rating naik tapi sponsor kabur.
Sarip lanjut sambil angkat tahu bulat
“Ini, saudara-saudara… Tahu Bulat Revolusioner! Gorengannya memang kering, tapi semangatnya basah kuyup oleh air mata perjuangan!”.
Tiba-tiba, drone polisi orbit nyelonong masuk. Tapi sebelum sempat bubarkan demo, satu tahu bulat dilempar Bruntalox, tepat ke lensa drone.
Drone itu meledak… bukan karena rusak. Tapi karena ngiler, lalu memilih pensiun dini dan jualan siomay.
Demo makin panas. Para buruh robot memutuskan mogok serempak. Salah satu robot, ZR-01, berdiri sambil nangis oli.
“Aku dulu diciptakan untuk mengiris wortel optik. Tapi sekarang aku ingin hidup. Aku ingin makan sambal asli!”
Meme “Robot Menangis Karena Sambal” langsung trending di 72 galaksi.
Lady Cukinara nonton lewat TV dan berkaca-kaca.
“Aku baru sadar… makanan bukan soal rasa. Tapi siapa yang masak, dan kenapa dia masak”
Di malam harinya, Sarip baru aja mau tidur sambil dengerin kaset Emaknya ngaji surat Yasin, tiba-tiba ada ketukan di pintu.
Seorang perwakilan dari Serikat Buruh Galaksi Bagian Barat datang bawa sepiring risol dan selembar surat.
“Sarip, kami ingin kamu jadi calon ketua kami. Kamu punya sesuatu yang pemimpin kami sebelumnya nggak punya…”
Sarip mengernyit, “Apa itu?”
“Recehannya. Dan… lidah kampung”
Sarip garuk-garuk kepala. “Aku cuma orang biasa. Tapi kalau tahu bulat bisa bikin drone lompat pagar, mungkin suara rakyat emang lebih berbahaya dari senjata laser”.
Sarip berdiri di balkon orbit, liat bintang-bintang seperti biji wijen di langit.
“Perjuangan belum selesai. Besok aku kampanye. Tapi subuh-subuh… kita bikin bubur kacang hijau dulu. Soalnya perjuangan tanpa sarapan, itu namanya diet bukan revolusi”.[***]/bersambung 8
