Seni & Budaya

Rosa dan Randi, Milenial Ikon Batanghari Sembilan

Irama batanghari sembilan, identik dengan Sahilinan. Di beberapa daerah, irama batanghari sembilan malah disebut sahilinan. Meskipun, ada juga yang menyebutnya rejungan ataupun betembang,

Menurut seorang pemerhati musik, Silo Siswanto, irama batanghari sembilan ini sebenarnya lahir dari syair-syair yang didendangkan. “Jadi format awalnya adalah syair, sastra tutur, yang kemudian didendangkan dengan diiringi alat musik. Yang dominan adalah gitar. Dia kemudian disebut irama batanghari sembilan, karena syair-syair ini kemudian berkembang dan tumbuh di sepanjang aliran batanghari sembilan,” ujar Silo Siswanto yang juga dosen di Sendratasik Universitas PGRI Palembang.

Ada beberapa  nama yang identik dengan irama ini, diantara Sahilin, Ribuanata, lalu Vebri Alintani untuk rejung. Semua mereka itu dari kalangan usia lanjut.

Ada kekhawatiran, irama batanghari sembilan ini akan menepi terbawa arus deras Sungai Musi. Apalagi, nanti tiada lagi penerusnya. Sahilin sendiri, kini sudah berumur senja. Dari keempat anaknya, tak satu pun yang mewarisi kepiawaiannya memetik gitar tunggal tersebut.

Nasib baik, jika hal sama yang terjadi di wayang Palembang Palembang juga bisa terjadi di petikan gitar Sahilin. Kgs Wirawan Rusdi, belajar mendalang justru setelah ayahnya meninggal. Sehingga, saat ini kita masih bisa menikmati alur cerita wayang Palembang meski suaranya terkadang lirih. Sepi job, dan jarang peminat.

Kita bisa berharap, akan ada putra mahkota Sahilin bisa meneruskan gelar maestronya. Khususnya di petikan gitar buah sembilan, seperti tertulis di piagam penghargaan Menteri Pariwisata Jove Ave yang diterima Sahilin tahun  2011 lalu. Kalau tidak, kita hanya bisa menikmatinya dari dokumentasi di dunia maya. Selain tentunya dari Ribuanata, Vebri Aliantani dan yang lainnya.

Beruntung, saat ini Randi Putra Ramadhan, justru putra maestro Dulmuluk, Jonhar Saad yang mulai menampilkan kepiawaiannya bertembang di atas panggung. Yang tentinya dengan petikan sedikit lebih lincah dan syair-syair yang mengena ke telinga teman-teman seusia dan bawah usianya.

Randi bahkan tidak sendiri, dia kerap berduet dengan pasangan yang lebih muda. Rosa Indiana Jannatri Harkha.

Kini, seakan mereka berdua menjelma ikon irama milenial irana batanghari sembilan. Rosa, putri pasangan Rika Aisaby. SE dan Hamzah. SIP, MM ini mencoba melebur dalam seni budaya tradisional tersebut. Beberapa kali, runner  Up Putri Remaja  Sumsel 2020 ini tampak terlihat fasih membawakan irama Batanghari Sembilan. Tentu saja berdua Randi.

Seperti saat penutupan Webinar Plus: Artnormal, iklim kesenian menuju kenormalan baru, yang digelar Dewan Kesenian Palembang (DKP), keduanya tampil memukau. Sambutan penonton atas lagu Kaos Lampu karya Sahilin yang dibawakan berduet dengan Randi Putra Ramadan, seorang putra maestro Dulmuluk, biasanya cukup meriah.

 

Duet Milenial

Tampilnya Rosa yang kini tercatat sebagai siswa kelas II SMAN 1 Palembang berpasangan dengan Randi sebenarnya tanpa perencanaan. “Dalam sebuah acara di Guns Café beberapa waktu  lalu, saya disarankan tampil bersama kak Randi untuk membawakan irama Batanghari Sembilan,” ujar Rosa, tentang awal dirinya membawakan irama Batanghari Sembilan.

Saran itu sendiri berasal dari Ketua DKP, Ms  Iqbal Rudianto. Yang memandang, perlu ada inovasi dan kejutan. “Agar irama Batanghari Sembilan disukai milenial dan bisa masuk dalam frame remaja, maka yang menyenandungkannya, akan lebih baik dari kalangan mereka sendiri,”  ujar Didit, panggilan akrab Ms Iqbal Rudianto.

Pilihannya,  jatuh pada Rosa yang saat ini menjadi Finalis Putri Remaja Sumsel 2020 yang akan mengikuti final pemilihan Remaja Indonesia 2020 di Jakarta per November mendatang. “Sementara pasangannya, Randi, seorang  anak muda yang juga multi talenta, bisa main Dulmuluk, bisa main alat musik, dan lumayan baik penampilannya di atas panggung,” tambah Didit.

Randi sendiri, merasa cukup  pas berpasangan dengan Rosa. “Jadi, sedikit lancar saat saat memetik gitar. Dibanding main sendiri, apalagi didampinig seorang muda yang juga multi talenta,” komentar Randi.

Randi dan Rosa, juga bukan hanya di irama batang hari Sembilan tampil bareng. Saat dokumentasi Dulmuluk beberapa waktu lalu pun, Rosa dinobatkan menjadi putri raja dalam cerita Raja Menggala yang dimainkan dengan durasi hanya 15 menit. Padahal, biasanya Dul Muluk itu alurnya bisa memakan waktu 6-7 jam.

Kini, dalam berbagai acara remi  di pemerintahan Kota Palembang maupun provinsi   Sumsel, keduanya sering membuat hadirin kagum dan takjub karena  seolah menjadin ikon baru irama batanghari Sembilan.

Selama ini, beberapa nama cukup dikenal membawakan irama Batanghari Sembilan. Selain Sahilin sebagai maestro, ada juga Ribuanata. Dengan kehadiran Rosa dan Randi, maka sorotan dan pembicaraan irama Batanghari Sembilan pun menjadi lebih ramai.

Biasanya, keduanya membawakan lagu Kaos Lampu. “Tapi dengan syair yang digubah sendiri. Iramanya tetap irama lagu itu,” tambah Randi.

Kini, remaja milenial yang bercita-cita menjadi  dokter ini terus aktif menempa dan mengasah diri. “Sebagai anak muda saya ingin melestarikan dan memperkenalkan kesenian asli daerah, seperti  irama batanghari sembilan dan Dulmuluk kepada anak muda zaman now,” ujarnya ringan.

Alhamdulillah, menurutnya, pihak sekolah juga mendukung dengan tidak melarangnya untuk aktif di luar sekolah selama tidak mengganggu jam belajar. ‘Selama ini saya alhamdulillah bisa membagi waktu antara belajar dan beraktivitas kesenian. Dan dukung saya ya, agar bisa berhasil di ajang Final Putri Remaja Indonesia 2020 yang digelar November mendatang di Jakarta. Juga, doakan saya, bisa meraih cita-cita mnjadi dokter,” harapnya.

Saat ini, masih ada harapan yang selalu dinantinya. Yakni, bisa sepanggung dengan maestro irama batanghari sembilan, maestro Dulmuluk, dan maestro tari di Palembang/Sumsel.  Sehingga bisa memperkuat dirinya untuk semakin yakin bisa mengangkat dan melestarikan seni dan budaya daerah. Sehingga, kau milenial pun bisa turut kenal dan menyukai seni-budaya tradisional.

Belajar dari Youtube

Ketika dia ditawari membawakan lagu Batanghari sembilan, Rosa pun belajar dari Youtube. Dia masih asing sama sekali dengan lagu-lagu tersebut. Dia mulai mengunduh lagu tersebut. Dan belajar serta berlatih sendiri. “Alhamdulillah,  ternyata tidak susah. Mungkin kalau kita mengerti musik, memahaminya menjadi lebih mudah,” ujar adik kandung M Robby Firly Harkha ini.

Rosa yang merupakan putri bungsu dari dua bersaudara, memang selama ini dikenal sebagai remaja yang memiliki bakat dan talenta yang cukup  bisa dibanggakan. Selain menyanyi, ternyata dia berrpestasi sebagai modeling, penari balet, dan presenter .

Khusus urusan menyanyi, dia ditempa di Ahmad Dani School yang dulu sempat membuk cabang di Palembang. Lalu dilanjutkan di Bina Vokalia. Tak terhenti  di situ, dia pun  bergabung di sekolah olah suara Purwa Caraka, Palembang.

Tahun 2017 lalu, saat ujian kenaikan tingkat yang pengujinya langsung dari London, Rosa mendapat perak. Tahun 2018 mendapat perunggu, dan tahun 2019 lalu, mendapat emas. “Dengan tingkatan senior yang diraihnya, dia pun semakin pecaya diri melatih balet bagi  siswa balet di sekolahnya yang dulu menjadi tenmpat menempa ilmu.

Dari kecil, sejak 2 tahun, Rosa yang  menamatkan SD Palmkids ini ternyata sudah berlatih balet. Dan hingga kini, sudah menjadi guru balet. “Dia belajar di Julian Balet School, satu-satunya sekolah balet di Palembang yang berlamat di Jalan Mayor Ruslan,” ujar sang mama yang selalu mendampingi putrinya.

Sementara untuk modeling, sejak  SD juga sudah aktif ikut modeling. Dan tidak sedikit prestasi diraihnya. Kini, Rosa yang dulu menamatkan SMP unggulan  54 Maskarebet ini bergabung di  Stage Manajemen.

Karena prestasinya di modeling inilah kemudian,  sejak umur 10 tahun, Rosa menjadi presenter acara TVRI bertajuk Anak Indonesia. Dalam acara berdurasi  satu jam dan disiarkan secara nasional tersebut,  Rosa tampil sendiri. Paket acara ini adalah produksi TVRI Sumsel yang disiarkan nasional. Dan  acara ini dilaksanakan setiap tiga bulan.  Lalu, sejak menamatkan SD, dia pun dipercaya menjadi presenter cilik  acara Dunia Anak yang disiarkan seminggu sekali di TVRI Sumsel. Dan kini, sejak remaja, sebelum masa pandemi lalu sempat membawakan acara Ayo Berdendang di TVRI Sumsel.

Duet Rosa dan Randi terus menggema. Pandemi sepertinya tak mampu membendung suara dan dentingan gitar mereka. Terbatas tampil di panggung, jalur dunia maya seakan memberi jalan luas untuk mereka mengembara di dunia daring. Dan, siapa pun, di manampaun, kapan pun, dan bagaimanapun situasinya, irama batanghari sembilan akan selalu menggoda kaum milenial. Karena yang menggodanya juga milenial, bukan tidak mungkin, irama batanghari sembilan bisa melebur dalam semangat muda kaum remaja. Meskipun, syair dan irama betemabngan mameng teradang dominnan sedih dan melankolis. Tetapi, bukan berarti haram kalau diperbanyak syair penambah semangat dengan irama menghentak pembakar andrenalin. Hayo. Irama batanghari sembilan, harus terus mendendang selama Musi masih pasang surut.

Palembang, 7 September 2020

Muhamad Nasir

Pengurus DKP dan Kandidat Doktor UNJ

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com