Pemprov Sumsel

Dari Apel ke Aksi, Biar Seragam Jalan, Semangat Jangan Diam

ist

SETIAP bulan, para ASN di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan berkumpul di halaman Kantor Gubernur. Bajunya rapi, barisnya teratur, semangatnya… yah, tergantung semalam begadang ngerjain laporan atau nonton sinetron.

Kemarin, Sekda Sumsel H. Edward Candra memimpin apel gabungan sambil ngebutkan peringatan keras tapi elegan “Budaya kerja autopilot harus kita akhiri!”

Jlebb…..kalimat itu nendang kayak sambel bawang tengah malam sederhana, tapi bikin melek.

Pak Sekda kayaknya udah eneg lihat pola kerja yang “ngantor tapi gak nyantol”. Jabatan ado, anggaran ado, tapi hasil dan dampaknya masih samar-samar kayak kabut di Bukit Siguntang”. “Kapan terakhir kali ngerasa bangga sama hasil kerja sendiri?”

Hal itu, bukan soal hadir apel atau enggak, karena soal kerja yang udah terlalu nyaman di zona formalitas. Kita kerja seperti naik mobil matic kaki tinggal injak gas, tapi gak sadar mobilnya muter-muter di bundaran kantor OPD.

Padahal, APBD 2025 udah jalan, tapi serapan anggaran baru 27,32%. Ibarat punya kompor tapi air tak pernah mendidih,  cuma numpang lewat tanpa kehangatan di masyarakat.

Dalam amanatnya, Pak Edward minta semua ASN mulai melepaskan kebiasaan “tunggu perintah, baru gerak”, beliau bilang “Kami butuh ASN yang punyo ide”.

Tapi jujur bae, inovasi itu dak segampang bilang “ayo berinovasi!”.
Inovasi butuh SDM yang memang kreatif dan mau belajar, pemimpin yang ngasih ruang gerak, bukan ruang rapat doang, sistem yang gak ngebunuh semangat lewat birokrasi berlapis kayak lapis legit

Contoh dari daerah lain Surabaya  dengan e-Musrenbang dan kampung mandiri, warga diajak ikut nyusun program, bukan cuma nerima hasil, Estonia  hampir semua layanan pemerintah bisa online. Gak pake tanda tangan basah, Seoul, Korea Selatan  gunakan aplikasi mVoting agar warga bisa sumbang suara ke kebijakan lokal.

Nah, Sumsel biso kok!, tapi butuh “mode kerja” baru dari autopilot ke autopassion, Simon Sinek, pakar kepemimpinan asal Inggris-Amerika yang buku-bukunya jadi rujukan pemimpin dunia, dalam bukunya Start With Why (2009), Sinek menjelaskan “Working hard for something we don’t care about is called stress.Working hard for something we love is called passion” – Simon Sinek, Start With Why: How Great Leaders Inspire Everyone to Take Action (2009)

ASN yang kerja hanya karena rutinitas, absen, dan takut ditegur, lama-lama akan lelah. Tapi ASN yang kerja karena cinta, karena rasa memiliki terhadap kemajuan daerahnya  akan bertahan bahkan ketika fasilitas pas-pasan dan tekanan besar.

“Kito harus balik tanyo “Ngapo aku kerja di sini?”, kalau jawabannya cuma karena butuh gaji, ya sudah… siap-siap stress, tapi kalau karena yakin bisa bawa manfaat itulah passion.

Pak Sekda juga menyinggung etika dan sikap ASN yang mulai dilaporkan arogan, jangan sampe ASN kite lebih galak dari Pak RT pas nagih iuran.

Apel itu penting. Tapi yang lebih penting adalah apa yang terjadi setelah apel selesai, apakah semangatnya dibawa ke ruang kerja?, apakah koordinasi jadi lebih padu?, dan apakah ide baru bermunculan, atau justru hilang karena rapat yang kelamaan?. Kalau jawabannya “enggak”, maka maaf… itu bukan apel kinerja, tapi apel pamer seragam.

Setidaknya perlu bikin panggung ide ASN muda tiap bulan, bukan cuma panggung baris-berbaris, publikasikan capaian tiap OPD secara visual dan interaktif (bisa lewat IG, web, atau infografis di kantor lurah). Terapkan sistem reward yang real, bukan cuma piagam, tapi juga peluang promosi dan studi banding. Dan, plis… kasih ruang kerja kreatif. Ruang meeting jangan cuma buat rapat, tapi juga buat kolaborasi lintas bidang

Kita ubah apel bulanan dari acara simbolik jadi titik lompatan reformasi. ASN Sumsel bukan kekurangan tenaga. Kadang hanya kurang denger musik semangat. “Jangan tunggu apel bulan depan untuk berubah. Mulai dari meja kerja kita hari ini”

Kalau bisa, jangan cuma kerja, tapi kerja karena cinta.
Biar cape-nya enak, hasilnya mantap, dan rakyatnya senang. Kutipan lokal “Hidup itu seperti masak pindang—perlu sabar, perlu rasa, dan jangan lupa bawang putih” – Mamak kito, dari dapur ke depan kantor camat.[***]

Terpopuler

To Top