Obyek Wisata

Subhanu’Allah, Pengunjung Wisata Religi Al Qur’an Al Akbar Meningkat 100 %

Selain itu Museum Indonesia mencatatnya menjadi Rekor MURI

foto : one

SUMSELTERKINI.ID, Palembang – Pengunjung Museum Al Qur’an Al Akbar yang berlokasi di Jalan M Amin Fauzi, Soak Bujang, RT 03, RW 01, Kelurahan Gandus, Kecamatan Gandus, Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) meningkat 100 % saat liburan panjang anak –anak sekolah di akhir tahun ini.

Meningkatnya jumlah pengunjung juga bertepatan dengan libur Natal dan Tahun baru sehingga banyak keluarga yang mengajak anaknya untuk ber wisata religi di Museum.

Pantauan ST, Sabtu pagi (30/12/2017) di areal Museum terlihat antrian mobil dan kendaraan roda dua memenuhi areal parkir museum, bahkan sejumlah bus-bus yang berasal dari daerah di Sumsel, maupun provinsi tetangga seperti Bengkulu, Jambi dan Lampung tampak terparkir di areal Museum.

Jumlah pengunjung di ruangan museum terlihat sangat padat, untuk melihat ayat demi ayat Al Qu’ran yang besar terpajang di dinding Museum. Para pengunjung tidak saja dari kalangan pelajar, namun berumur di atas 60 tahun terlihat di sana.

Menurut Idris, Humas Museum Al Qur’an Al Akbar sejak 10 hari liburan sekolah jumlah kunjungan meningkat terus per harinya, rata-rata per hari mencapai 2.000 -5.000 pengunjung per hari. Tercatat saat ini 10 hari libur sudah mencapai 30. 000 lebih pengunjung di Museum.

“Dibanding hari biasa hanya sekitar 800 per hari, sangat luar biasa semua masyarakat baik berada di Palembang maupun daerah di Sumsel mengunjung Museum, apalagi yang berasal dari Provinsi lain sepert,i Jakarta, Jateng, Riau, Babel, Bengkulu, Jambi dan Lampung, Jogya, Aceh dan lainnya, ”ulasnya.

Untuk melihat-lihat Al Qur’an Al Akbar, katanya tidak dipungut biaya yang besar, cukup pengunjung  membayar infaq sebesar Rp5.000 per orang. Museum dibuka pukul 9.00 – 17.00 WIB. Jika hari biasa, terang dia banyak dikunjungi anak-anak PAUD dan SMP, maupun SMA dari sekolah, selain ibu-ibu Majelis dan pengajian.

Mengenal Al-Qur’an Al Akbar
Al Qur’an Al –Akbar merupakan karya seni anak bangsa ini oleh Sofwatillah Mohzaib. Pria satu ini memang dikenal punya minat yang besar terhadap seni kaligrafi.Bahkan wakil rakyat di DPR RI ini menjadi salah satu tokoh yang memiliki perhatian besar terhadap Masjid Agung Palembang. Suatu hari, Opat sapaan akrabnya, baru saja terlelap tidur setelah selesai mengukir kaligrafi ornamen bagian pintu Masjid Agung Palembang.

Dalam tidurnya ia bermimpi. Mimpi tersebut mengisyaratkan dirinya untuk membuat al Qur’an terbesar di dunia. Dengan berbagai pertimbangan, disertai niat dan tekat yang bulat, ia pun mewujudkan mimpinya itu dengan mengawalinya dari surat Al Fatiha.

Al Qur’an Al Akbar dipahat di permukaan kayu tembesu berukuran panjang 177 centimeter dengan lebar 140 centimeter dan ketebalan 2,5 centimeter. Mahakarya asli ‘Wong Kito’ itu, tidak hanya menjadi alternatif tujuan wisata warga lokal.Bahkan turis dari mancanegara, terutama dari negara-negara Arab banyak yang sengaja berkunjung untuk membuktikan sendiri karya seni yang tiada duanya.

Gagasan pembuatan Al Qur’an itu tercetus pada 2002 lalu, setelah Opat merampungkan pemasangan kaligrafi pintu dan ornamen Masjid Agung Palembang.Dari sana juga inspirasi membuat mushaf Al – Qur’an dengan ornamen khas Palembang. Satu keping mushaf Al Qur’an surat Al Fatiha ditunjukkan kepada salah seorang tokoh masyarakat Palembang Marzuki Ali saat itu menjadi Ketua DPR RI.

Tentu saja dengan harapan Marzuki Ali mengajak dermawan dan relasinya mensuport pembuatan alquran tersebut. Tepat pada 1 Muharram 1423 atau 15 Maret 2002 Al Qur’an dipamerkan di bazar pada peringatan Tahun Baru Islam. Namun resmi diluncurkan pada 14 Mei 2009 di Masjid Agung Palembang.

Sofwatillah Mohzaib menjelaskan proses pembuatannya dilakukan di kediamannya, yakni di Jalan Pangeran Sido Ing Lautan, Lorong Budiman, No 1.009, Kelurahaan 35 Ilir, Palembang.”Kenapa kayu tembesu? Karena kayu jenis ini banyak ditemukan di kawasan Sumsel. Selain itu kayu jenis ini kuat,” katanya.

Namun pembuatan Al Qur’an Al Akbar ini bukan tanpa kendala. Sebab target awal penyelesaiannya yang ditargetkan empat tahun, molor hingga tujuh tahun. Karena terkendala dana dan bahan baku tembesu.”Awalnya harga tembesu hanya berkisar Rp2 juta per kubik berlahan naik Rp 7 juta bahkan Rp 10 juta,”urainya.

Namun berkat aliran dana donatur, pembuatan Al Qur’an Al Akbar bisa dilanjutkan.Dalam pembuatan sendiri melibatkan sebanyak 35 orang. Lima orang bertugas sebagai pengukir, selebihnya sebagai pemotong dan sebagainya. Proses pembuatannya juga tidak mudah. Sebelum diukir di atas papan, ayat Al Qur’an terlebih dahulu di tulis di atas kertas karton. Lalu tulisan ini dijiplak ke dalam kertas minyak.

Setelah semua ayat tertulis, tim koreksi memeriksa tulisan tersebut. Jika sudah tulisannya sudah benar maka tim pemahat dipersilahkan untuk memahat di atas papan. Sebanyak 315 papan yang menghabiskan kayu hingga 40 kubik Al Qur’an Al Akbar bisa diselesaikan. Total dana yang dihabiskan tidak kurang dari Rp 1,2 miliar.

Saat ini Al Qur’an Al Akbar telah dikenal oleh seluruh penduduk Indonesia, bahkan dunia. Selain itu Museum Indonesia mencatatnya menjadi Rekor MURI sebagai ukiran kayu pertama dan terbesar di Indonesia serta dunia. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kala itu masih menjadi Presiden meresmikannya pada 30 Januari 2012 bersamaan denga acara Konferensi Parlemen Negara Islam Dunia (PUIC).

Delegasi 51 negara Islam sebagai saksi dan memberikan pengakuan dan pengukuhan secara lisan maupun tertulis bahwa negara mereka tidak seperti ini seluruh dunia tidak ada, karya ini ada satu di Kota Palembang, Ibukota Provinsi Sumsel dan Indonesia. Bahkan Ketua DPR Turki datang khusus secara terpisah memberikan medali kepada pemilik nya Ust H. Syofwatillah (Opat) atas karyanya.

 

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com