Kebijakan

Cerita Serius dari Tempat Liburan

ist

PRAKTIK korupsi sering kali seperti angin tak terlihat, tapi terasa dampaknya, sulit ditunjuk siapa pelakunya. Ia berjalan pelan, menyusup dalam sistem, dan kerap bersembunyi di balik senyum, tanda tangan, atau proposal yang tampak sah. Tapi tidak semua tempat begitu. Ada juga yang memilih untuk meluruskan jalan, memperkuat niat, dan membangun tata kelola yang bersih.

Nah, syukurlah di suatu Kamis cerah (10 Juli 2025), semangat perbaikan itu tampak nyata ketika para kepala daerah dari tujuh provinsi berkumpul di Candi Bentar Hall, Putri Duyung Ancol.

Mereka bukan sedang berlibur, tapi mengikuti Rapat Koordinasi Pemberantasan Korupsi yang digelar oleh KPK sebuah langkah kecil, tapi penting, untuk masa depan yang lebih terang. Salah satunya Bupati Musi Banyuasin H. M. Toha tidak sedang bicara soal aroma, tapi soal integritas.

Bukan rakor biasa, karena ini rakor yang bisa menentukan apakah 2045 kita bakal sampai ke ‘Indonesia Emas’ atau malah nyangkut di ‘Indonesia Mas-Masan’.

Kata pimpinan KPK Johanis Tanak, “kalau sinergi KPK dan pemda ini konsisten dan berintegritas, cita-cita Indonesia bebas korupsi itu bukan mustahil”.

Bahasanya formal, Tapi kalau boleh diterjemahkan dalam bahasa rakyat, jangan cuma semprot parfum integritas pas ada KPK, tapi lupa pakai deodoran kejujuran pas kerja harian. Karena integritas, boskuh, itu bukan buat gaya-gayaan. Dia seperti deodoran kalau nggak dipakai tiap hari, lama-lama bau juga.

Dan bicara soal komitmen, Bupati Toha dan Wakil Bupati Rohman dari Muba rupanya sudah menyiapkan sabun cuci anti-korupsi. Mereka bertekad bangun sistem pemerintahan yang transparan dan akuntabel. Katanya, “transparansi adalah kunci”. Nah, itu baru keren, karena selama ini yang sering jadi kunci bukan transparansi, tapi “kunci lemari proyek”.

Rakor semacam ini penting. Tapi jangan sampai nasibnya kayak pelatihan diet yang diikuti sambil ngemil keripik. Setuju dalam forum, tapi begitu pulang malah tergoda nyicip “proyek siluman”.

Harusnya, rakor jadi semacam vitamin moral, diminum terus, meskipun kadang pahit, supaya badan (dan birokrasi) tetap sehat.

Coba kita lirik ke negara-negara lain. Di Finlandia, misalnya, pegawai negeri bisa dipecat hanya karena menerima hadiah sesederhana kopi.

Di Korea Selatan, presiden bisa dijebloskan ke penjara karena kasus korupsi. Bukan karena rakyatnya galak, tapi karena hukumnya tegak, seperti tiang bendera 17-an.

Bahkan Mahatma Gandhi  bilang “Kebahagiaan adalah ketika apa yang kamu pikirkan, katakan, dan lakukan berada dalam harmoni”, Bayangkan kalau harmoni itu bisa dipasang di kantor dinas, bukan hanya di ruang karaoke.

Bicara korupsi kadang membuat kita ingat nasi bungkus proyek fiktif, perjalanan dinas hayalan, atau kwitansi palsu yang lebih panjang dari daftar mantan. Tapi semangat antikorupsi seharusnya bisa membungkus semua itu dengan jujur, bukan dengan daun pisang pura-pura.

Toha benar ketika bilang bahwa rakor ini adalah upaya preventif, karena mencegah lebih baik daripada menyogok. Dan sinergi dengan KPK itu bukan buat gaya, tapi buat menyelamatkan negeri dari jebakan tikus yang mereka buat sendiri.

Kalau pemimpin daerah sudah duduk bareng KPK, menandatangani komitmen, lalu membangun sistem akuntabel, maka rakyat pun berhak bermimpi untuk dilayani dengan bersih. Tapi ingat, mimpi itu harus dibayar dengan kerja nyata, bukan sekadar selfie bareng spanduk integritas.

Jadi, untuk para pejabat yang baru pulang rakor, pesan kami satu jangan pulang-pulang bawa pin antikorupsi, tapi lupa bawa pulang niat jujur.

Mari kita dukung pemerintah daerah yang berani jujur, bukan cuma jago ceramah soal integritas. Karena seperti pepatah tua dari Bugis bilang “Ajarengngi ri lino, engkaukko ri langi”. (Perbaikilah hidup di dunia, agar tempatmu indah di langit)

Dan seperti kata Warren Buffett, investor legendaris “It takes 20 years to build a reputation and five minutes to ruin it. If you think about that, you’ll do things differently”.

Jadi… daripada reputasi runtuh cuma gara-gara amplop, lebih baik kita rawat negeri ini dengan bersih, tulus, dan kadang… dengan banyolan juga. Karena kalau kita bisa ketawa bareng, siapa tahu kita juga bisa jujur bareng.[***]

Terpopuler

To Top