Inspirasi

TAWA TAPI TAHU : “Rak Sandal Mungil, Kecil-Kecil Bau Sendal, Banyak Makna di Teras Rumah”

ist

Di DINDING kiri teras rumahku yang tidak seberapa luas, berdiri satu benda mungil yang jadi saksi bisu segala lalu lalang kehidupan rak sandal dua tingkat, panjangnya cuma 70 cm. Sekilas tampak biasa, kadang malah dikira bangku kucing ngaso atau alas galon bocor. Tapi jangan salah, di situlah letak kekuatan dan kebijaksanaan hidup sehari-hari sering bersembunyi.

Ibarat hidup, rak sandal ini selalu kebagian beban dari bawah, sendal-sendal kotor habis jalan dari pasar, sepatu anak sekolah yang sisa tanahnya bisa buat kebun bibit, bahkan kadang sendal jepit bau anyir habis dipakai ke toilet umum SPBU, semua numpang lewat di rak ini. Tapi dia tetap tegar. Nggak protes, nggak nuntut disemprot parfum, nggak pernah ngambek kayak manusia. Rak sandal itu ibarat pasangan ideal: nerima apa adanya, walau baunya tak karuan.

Kadang saya mikir, kalau rak ini bisa ngomong, mungkin dia bakal bilang,
“Aku lelah, Bos. Tapi aku sadar ini takdirku. Tempat bersandar para sendal yang lelah juga…”

Filosofi rak sandal dua tingkat, coba perhatikan, dua tingkat di rak sandal itu mengandung filosofi dalam Tingkat atas, untuk sendal tamu yang lebih bersih, sopan, dan wangi, tingkat bawah, buat sendal harian, pekerja keras, yang kadang nyolong ke lumpur atau nyeruduk genangan.

Ini mirip hidup, ada yang di atas, ada yang di bawah. Tapi semuanya tetap rak yang sama, tetap terhubung, tetap saudaraan. Kadang sendal atas pun bisa kena cipratan tanah dari bawah, kalau nasib lagi tak berpihak. Bukankah hidup pun begitu?

Pepatah bilang, “Hidup itu seperti rak sendal, makin kotor makin penuh cerita”
Atau kalau kata Mbah Bejo tetangga saya, “Sendal jepit aja punya tempat pulang, masa kamu nggak?”

Rak kecil, manfaat besar, jangan salah, meskipun kecil, rak sandal 70 cm ini punya fungsi sosial yang tinggi menjaga keteraturan di teras. Biar tamu nggak bingung sendalnya yang mana, apalagi kalau modelnya seragam swallow hitam semua, menghindari kecelakaan domestik.

Pernah ada sepupu kepleset gara-gara sendal berserakan, sejak itu rak ini jadi pahlawan keluarga, dan ajang ajar anak sopan santun. “Nak, sendalnya ditaruh di rak ya, jangan ditendang ke taman kayak gol Ronaldo”

Satu hal yang menyentuh hati, adalah rak ini tidak pernah bersih, tapi  dia tidak pernah menuntut.
Kadang dibersihin, tapi dua jam kemudian udah kena lumpur, kotoran lainnya. Tapi bukankah itu juga mengajarkan kita sesuatu? Bahwa kehidupan bukan tentang tetap bersih, tapi tetap berguna meski kotor.

Seperti pepatah baru bikinan saya sendiri “Lebih baik jadi rak sandal kotor tapi fungsional, daripada vas bunga kinclong tapi kosong”

Di era gadget canggih, smart home, dan sandal-sandal mahal yang bisa dipanaskan, kita lupa menghargai hal paling sederhana rak sandal kecil di teras rumah.

Ia diam, tapi berjasa.
Ia kotor, tapi berguna.
Ia pendek, tapi penuh makna.
Kadang kita terlalu fokus nyari makna hidup di langit ketujuh, padahal rak sendal 70 cm di teras aja udah ngajarin kita soal hidup, sabar, dan penerimaan.

Jadi lain kali kalau pulang dan buka sendal, jangan asal tendang. Taruhlah dengan cinta. Karena hidup yang rapi, dimulai dari sendal yang tertata.[***]

Terpopuler

To Top