Sumselterkini.co.id, – Ada pepatah lama yang bilang, “Tak ada rotan, akar pun jadi” Tapi di zaman digital sekarang, pepatah itu harus di-update.Tak ada investor, mentor pun dicari. Itulah semangat yang dibawa Kemenekraf dalam program BEKUP 2025, sebuah oase di padang gersang startup Indonesia yang kadang lebih banyak slide presentasi daripada omzet.
BEKUP, singkatan dari Badan Ekraf for Startup, bukan cuma program yang enak didengar di telinga, tapi juga punya misi besar: menjadikan ekonomi kreatif sebagai mesin diesel baru ekonomi nasional kuat, bandel, tapi gak ugal-ugalan. Bukan sekadar incubator, tapi akselerator ibarat startup itu mobil, BEKUP adalah tukang bensin, tukang servis, sekaligus navigator GPS yang bilang belok kanan di peluang pasar.
Kita sudah terlalu lama melihat startup jadi kayak sinetron banyak ide, sedikit realisasi. Tapi BEKUP datang membalikkan meja. Dari data yang disampaikan Menteri Ekraf Teuku Riefky, program ini sudah bantu 42,5% founder naik pendapatan, 58% tembus pendanaan, dan 72% berhasil buka lapangan kerja baru. Itu bukan angka dari mimpi semalam, tapi hasil dari proses mentoring, inkubasi, hingga pemanggangan mental para pelaku startup.
Ibarat bikin kue, BEKUP ini bukan cuma kasih resep, tapi juga bantu ngaduk adonan, masukin oven, dan bahkan nyariin topping biar startup-nya gak gosong di tengah jalan. Contohnya? Nih ya
Atourin, digitalisasi 354 Desa Wisata. Desa jadi makin ciamik, wisatanya gak lagi ngandelin baliho Selamat Datang yang udah kusam. Surplus, kayak promo “Clearance Sale” tapi buat produk yang nyaris dibuang. Udah hematin duit, hematin bumi juga. Kalau ini startup ada di Korea, mungkin udah diajak dinner sama BTS. KlinikGo, dari layanan telehealth lokal, jadi partner regional Malaysia. Kita bisa bilang Lokal go international bukan lagi mimpi di siang bolong.
Kalau kita lihat negara tetangga, mereka udah lebih dulu gaspol, Singapura punya Startup SG, lengkap dari mentor, pendanaan, sampai market access. Negara sekecil itu, tapi semangatnya seukuran benua. Korea Selatan punya TIPS Program, ngasih dana dan akses ke teknologi global. Makanya, startup mereka bisa lari kayak idol K-pop cepat, fokus, dan ditonton banyak orang dan Estonia, negara mungil tapi sistem digitalnya canggih, bahkan buat urus nikah dan cerai bisa lewat aplikasi, startup di sana pun gak sempat ngeluh soal birokrasi.
BEKUP ini harusnya bukan jadi ajang curhat founder yang kehabisan dana, tapi arena gladi bersenjata. Founder diajarin bikin model bisnis yang gak cuma cakep di slide, tapi tahan diguyur realita. Ditekankan pentingnya track record, bukan trick record. Ada laporan keuangan?.Harusnya ada. Paham pasar? Wajib. Jangan cuma berani presentasi, tapi takut akuntansi.
Seperti kata Wakil Menteri Ekraf Irene Umar, startup itu harus “Back to Fundamentals”. Artinya, sebelum mikir bikin unicorn, pastikan dulu sapi perahnya bisa hidup sehat dan gak stres tiap awal bulan.
Program seperti BEKUP harus terus dikawal agar tidak jadi ajang motivasi massal tahunan yang berakhir dengan tepuk tangan dan kopi gratis. Harus ada tindak lanjut konkret pencatatan alumni, evaluasi tahunan, kemitraan strategis, bahkan sandbox regulasi biar startup bisa ngulik tanpa takut kena denda.
Selain itu, pemerintah juga mesti jujur jangan semua startup dianggap sukses hanya karena dapat investor. Ukur juga dampaknya ke masyarakat, tenaga kerja, dan kontribusinya ke ekonomi nasional. Jangan sampai unicorn jadi badak sumbu besar tapi nyaris punah manfaatnya.
BEKUP 2025 bisa jadi jalan tol buat masa depan ekonomi digital Indonesia, asal tidak disabotase birokrasi, kejar tayang, atau sekadar pencitraan. Program ini punya potensi besar membentuk ekosistem startup yang bukan cuma hidup dari pitch deck, tapi dari solusi nyata. Startup kita harus dibekali mental baja, model bisnis solid, dan jaringan yang kuat. Bukan lagi startup yang modalnya cuma mimpi dan minuman sachet.
Kita perlu lebih banyak Atourin, Surplus, KlinikGo, bukan sekadar startup yang lulus BEKUP lalu hilang tanpa kabar seperti mantan yang tak ingin dikenang. Kalau kita mau ekonomi kreatif jadi tulang punggung, maka startup adalah otot-ototnya. Dan BEKUP harus jadi gym pelatihan, bukan sekadar tempat selfi-selfian sambil bawa goodie bag. Mari kita jaga semangat ini. Dari BEKUP ke bekap masa depan karena bangsa yang besar adalah bangsa yang mendukung startup-nya dengan serius, bukan sekadar kata sambutan.[***]