Ekonomi

Tingkatkan Ketahanan Pangan, Pemerintah Programkan Panen Padi Empat Kali

Ilustrasi/net

DENGAN dorongan alat-alat mekanik dan penyediaaan sarana produksi, program IP 400 mengajak petani menanam dan panen padi empat kali setahun. Targetnya 22–26 ton padi kering per hektare per tahun dan itu salah satu upaya meningkatkan ketahanan pangan.

Kampanye budi daya padi IP 400 kini sering terdengar dari berbagai spot di tanah air. Juru kampanye utamanya ialah Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dan tentu saja Presiden Joko Widodo.

Promosi IP 400 itu bergema seiring ajakan untuk memanfaatkan sebesar-besarnya air dari sarana bendungan dan irigasi yang belakangan banyak dibangun.

IP 400 ialah akronim dari indeks pertanaman (IP) 400, yang artinya hamparan sawah dimanfaatkan untuk empat kali penanaman dalam setahun. Pola budi daya yang maraton: padi, padi, padi, dan padi lagi. Dulu pola ini dianggap muskil. Namun, kini dengan kemajuan sarana yang ada (bendungan dan irigasi), mesin-mesin pertanian yang lebih mudah diakses, benih, pupuk, pestisida, dan bahan-bahan lain yang lebih cepat terdistribusi, pola tanam itu bisa dilakukan, setidaknya di kawasan tertentu.

Gebrakan IP 400 ini pun dilakukan di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Gerakan tanam padi IP 400 ini dimulai dari Dusun Serut, Kelurahan Palbapang, Rabu (16/2/2022). Hamparan sawah seluas beberapa puluh hektare di dusun itu siap mencoba pola tanam baru itu, akan diperluas hingga 5.000 ha di seluruh Kabupaten Bantul.

Untuk menandai gerakan itu, Eni Tauruslina Amarullah, Kepala Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Kementerian Pertanian RI, melakukan penanaman bibit pertama, dibantu dengan traktor penanam padi. Seremoni ini disaksikan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY Sugeng Purwanto, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih dan sejumlah pejabat lainnya.

Bantul dianggap sebagai daerah yang cocok untuk melakukan budi daya IP 400. Sebagian sawah di Bantul mendapat pengairan sepanjang tahun. Sawah-sawah di sana juga berada di atas hamparan yang relatif datar yang memudahkan traktor pengolah tanah, penanam bibit dan pemanen mudah dioperasikan. Bantul juga bukan daerah endemis hama dan penyakit padi. Syarat terpenuhi. Faktor yang tak kalah pentingnya ialah tersedianya benih padi genjang, umur pendek.

Pola budi daya IP 400 sebetulnya gagasan lama yang sudah banyak didiskusikan sejak 2008-2009. Namun, barulah pada era Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pola tanam padi IP 400 itu menjadi program resmi Kementerian Pertanian. Ada sejumlah momentum yang membuatnya lebih visibel untuk dilakukan, yakni kebijakan food estate, penyelesaian proyek-proyek bendungan dan irigasi, dan ditunjang oleh kredit usaha rakyat (KUR) berbunga rendah 4–6 persen per tahun.

Food estate sendiri merupakan konsep pengembangan area produksi pangan yang dilakukan secara terintegrasi yang mencakup pertanian, perkebunan, dan peternakan yang berada di suatu kawasan lahan yang cukup luas. Intervensi pemerintah dalam kebijakan food estate padi adalah penyediaan benih genjah berkualitas, distribusi pupuk subsidi, pengadaan mesin-mesin pertanian, serta tenaga-tenaga penyuluh lapangan.

Dalam budi daya IP 400 semuanya harus berjalan cepat. Pengolahan tanah, penanaman, dan panen dilakukan dengan mesin. Masing-masing petani menyediakan 5–6 persen dari luas lahannya khusus untuk persemaian. Benih padi disemai 2–4 minggu dan kemudian dipindahkan ke hamparan sawah yang tanahnya telah ditraktor hingga halu dan basah melumpur. Padi dipanen 75–90 hari kemudian.

Kini telah tersedia banyak varietas padi untuk memenuhi kebutuhan itu. Semuanya genjah. Bahkan, varietas Silugongo bisa dipanen pada umur 85–90 hari setelah semai (HSS). Artinya, jika 15–20 hari di persemaian, ia bisa dipanen sekitar 70 hari setelah tanam.

Beberapa varietas yang cocok digunakan dalam program IP 400 ini antara lain ialah varietas Inpari 12 (99 HSS), Inpari 13 (99 HSS), Dodokan (100 HSS), Inpari 11 (105 HSS), Inpari 18 (102 HSS), Inpari 19 (103 HSS), Inpari 20 (104 HSS), Inpari Sidenuk (103 HSS), Inpari Pajajaran (105 HSS), Cakrabuana (105 HSS) atau IPB-3S, dan IPB-4S (110 hari). Di kebun percobaan, pola ini dapat memberikan hasil panen di atas 35 ton gabah kering giling (GKG) per tahun. Namun, di lapangan pola IP 400, petani diharapkan bila memanen 22–26 ton GKG per hektare per tahun dengan kadar air 14 persen.

Pemerintah Kabupaten Bantul antusias melaksanakan Program IP 400. ‘’Sektor pertanian menjadi prioritas di Kabupaten Bantul. Kami terus berusaha mengembangkan program pertanian agar bisa mensejahterakan masyarakat petani. Caranya dengan memanfaatkan potensi lahan pertanian agar lebih baik dalam menghasilkan panenan. Maka, hari ini kita berkumpul di sini dalam rangka tanam perdana padi dengan IP 400 di lahan 5.000 hektare,” kata Bupati Bantul Abdul Halim Muslih.

Kepala Dinas Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY Sugeng Purwanto, saat membacakan kata sambutan atas nama Gubernur DI Sri Sultan Hamengku Buwono X, menyampaikan rasa bangga Kabupaten Bantul, dengan segala potensi dan kesiapannya, dipilih sebagai salah satu dari lima lokasi percontohan food estate.

“Tepatlah kiranya, bahwa hari ini Kabupaten Bantul dipercaya untuk program IP 400 dan dilakukan penanaman perdana. Kegiatan IP 400 ini, dalam konteks kepentingan nasional adalah mewujudkan ketahanan pangan dan kemandirian pangan. Untuk itulah kita harus mengupayakan laju produksi padi di Indonesia, khususnya di DIY, selalu lebih tinggi dari laju pertumbuhan penduduk itu sendiri,” kata Sugeng Purwanto, atas nama Ngarso Dalem Sultan HB X.

Kepala Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Kementerian Pertanian Eni Tauruslina Amarullah juga menekankan bahwa IP 400 itu ialah salah satu program kementerian dalam upaya meningkatkan produksi beras di tengah ketersediaan lahan sawah yang kiann terbatas akibat alih fungsi lahan. ‘’Kabupaten Bantul akan mampu menjadi penompang bagi Provinsi DIY dan menyumbang produksi untuk ketahanan pangan,” ujarnya.

Pemerintah, katanya, telah mempersiapkan program IP 400 ini dengan matang, termasuk menjamin ketersediaan benih dan sarana produksi pertanian lainnya. Program IP 400 itu sendiri di tahun 2022 ini diharapkan dapat menjangkau sawah seluas 200.000 hektare di seluruh penjuru tanah air. Seluruh sawah yang ada di Indonesia, menurut BPS, saat ini ada sekitar 7,5 juta. Jauh menyusut dari posisi 9 juta hektare di tahun 1980-an.
Indonesia.go.id (***)

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com