Sumselterkini.co.id,- Pariwisata, siapa sangka, kini jadi mesin ekonomi yang ‘nggak ada matinya’. Kalau ada yang masih ngeyel bilang sektor ini cuma buat ‘jalan-jalan doang’, coba deh lihat catatan tahun 2024. Indonesia mencatatkan 13,9 juta wisatawan mancanegara, dan lebih dari 1 miliar perjalanan wisatawan nusantara. Bayangin, 25 juta lapangan kerja tercipta hanya dari sektor yang satu ini. Ini baru namanya “ekonomi sambil liburan”, bro!
Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana, bukan hanya sekadar ngomong di depan mikrofon. Dalam Opening Ceremony of UN Tourism Regional Conference on Tourism Policy in Circular Economy (ya, judulnya aja udah bikin pusing, tapi percayalah, topiknya nggak kalah menarik), beliau menegaskan kalau pariwisata itu bukan cuma urusan pemandangan indah dan selfie di Bali. “Pariwisata bukan hanya sumber devisa, tapi juga kekuatan budaya, sosial, dan solidaritas global,” ujarnya dengan penuh semangat.
Dan yang bikin semakin keren, program-program yang digulirkan Kementerian Pariwisata nggak cuma fokus ke ‘banyaknya’ turis, tapi juga kualitasnya. Jadi, nggak hanya bikin foto keren buat Instagram, tapi juga meninggalkan dampak positif bagi masyarakat lokal dan lingkungan. Ini baru namanya ‘wisata cerdas’!
Salah satu program yang menarik perhatian adalah Gerakan Wisata Bersih, yang nggak hanya ngajak wisatawan buat menjaga kebersihan, tapi juga melibatkan pemerintah, masyarakat, dan pengusaha lokal dalam satu sinergi untuk menjaga keindahan destinasi wisata. Seru, kan? Sekalian liburan, sekalian berpartisipasi dalam gerakan global buat menyelamatkan bumi.
Nggak ketinggalan, ada juga Tourism 5.0, yang menantang dunia digital untuk membawa pariwisata Indonesia ke level selanjutnya. Kalau dulu kita cuma foto pakai kamera jadul, sekarang waktunya pakai kecerdasan buatan (AI) buat merancang destinasi yang lebih menarik dan terarah. Bayangin aja, wisatawan bisa merencanakan perjalanan lewat aplikasi yang nggak cuma kasih tahu tempat, tapi juga kasih tahu cuaca, makanan khas, bahkan bisa kasih saran kegiatan sesuai mood ‘lagi pengen liburan santai? Ada destinasi chill di Bali, lho!’
Namun, yang paling kece itu adalah program Desa Wisata. Bayangin, ada lebih dari 6.000 desa wisata yang berpotensi jadi ruang penerapan ekonomi sirkular. Desa-desa ini bukan cuma jadi tempat ngumpul turis, tapi juga jadi pusat pemberdayaan masyarakat. Mulai dari sampah yang bisa didaur ulang, hingga memanfaatkan sumber daya lokal dengan bijak, semuanya bisa jadi contoh betapa pariwisata itu punya dampak besar bukan hanya buat perekonomian, tapi juga buat lingkungan dan sosial.
Widiyanti dengan cerdas menyatakan, “Mari kita optimalkan potensi sektor pariwisata sebagai pilar pertumbuhan ekonomi Indonesia yang inklusif,” dan kalau dicermati, ini bukan cuma omongan kosong. Pariwisata itu bisa jadi motor penggerak ekonomi yang inklusif, dari desa-desa di pelosok hingga kota-kota besar. Bisa dibilang, pariwisata Indonesia ini nggak cuma ‘ngajakin turis datang’, tapi juga ngajakin masyarakat lokal untuk tumbuh bersama.
Dari Desa Wisata yang jadi ikon ekonomi sirkular, sampai pengembangan event-event bertaraf internasional yang bikin perekonomian lokal kebanjiran keuntungan, Indonesia memang punya banyak cerita seru di sektor pariwisata. Jadi, buat kamu yang mikir pariwisata cuma sekadar liburan, siap-siap deh, sektor ini bukan cuma soal jalan-jalan, tapi soal masa depan ekonomi yang lebih cerah.[***]