Sosial

“Kursi Roda Baru Pak Salim, Asa Itu Akhirnya Bergerak?”

ist

DI SEBUAH  lorong yang lebarnya cuma cukup buat satu motor dan satu mantan lewat tanpa saling tegur, rombongan PKK mendadak muncul. Warga kaget, karena terakhir kali lorong itu seramai ini adalah saat ada kucing kawin jam tiga pagi.

Yang lebih mengejutkan, mereka datang bawa sesuatu yang mengkilap, yaitu kursi roda baru untuk Pak Salim.
Kinclongnya bukan main. Kalau disorot matahari, pantulannya bisa bikin burung gereja minggat karena silau.

Pak Salim, yang selama ini duduk di kursi tua yang bunyinya kreket-kreket tiap digeser, langsung terharu. Kursinya yang lama bahkan sudah diberi nama “Si Rapuh Berbunyi”. Kalau digoyang sedikit, bunyinya seperti efek suara film horror murah.

Begitu kursi baru diturunkan, warga langsung bergerombol.
Ada yang nyeletuk….

“Wah Pak, ini kalau dikasih stiker api-api, mirip mobil balap ni”…keren!

Yang lain menimpali,
“Jangan, nanti dipalak anak tongkrongan”

Suasana langsung berubah jadi open mic dadakan.
PKK ketawa sopan, Dinsos senyum profesional, warga ngakak nggak pakai rem.

Begitu duduk, Pak Salim langsung melakukan “test drive” kecil.
Rodanya licin betul, baru goyang sedikit, langsung ngacir seperti habis di-WD Dana Kaget.
Anaknya sampai panik, “Pak, pelan! ini bukan drag race!”

Warga pun spontan tepuk tangan seperti lihat “bayi baru bisa jalan”.
Ada yang ngerekam buat konten.
Ada yang komentar. “Kursi ini kalau masuk TikTok, trending ni”

Setelah sesi kursi roda, PKK kasih sembako, seorang ibu langsung tanya. “Minyaknyo merek apo? aku alergi minyak mahal”

Yang lain nyeletuk, “Aku dak alergi, cuma dompet aku yang alergi belanjo banyak-banyak”

Semuanya ketawa lagi, lorong itu mendadak lebih meriah dari pesta 17 Agustus.

Nah… di tengah keriuhan ini, ada satu hal yang tidak boleh luput bantuan ini penting, tapi jangan cuma berhenti di momen foto.

Kursi roda itu bagus.
Sembako juga membantu.
Tapi hidup itu lebih panjang dari caption Instagram.

PKK bilang bakal ada pelatihan untuk penyandang disabilitas.
Wah.., ini baru menu utama.
Kalau cuma kursi dan sembako, itu cemilan.
Pelatihan itu makan beratnya.

Tapi warga sedikit trauma dengan kata “pelatihan”.
Kadang pelatihannya ada, pesertanya bingung.
Kadang pesertanya banyak, pelatihannya hilang.
Kadang dua-duanya hadir, hasilnya nihil seperti niat diet.

Jadi warga cuma bisa berharap.”Semoga pelatihannya nyata, bukan mitos kayak voucher gratis ongkir yang selalu syarat & ketentuan”

Jadi, sebenarnya, warga cuma ingin satu hal sederhana  babak selanjutnya…

Kalau kursi roda bisa dibawa pulang, semoga harapan juga bisa.
Jangan cuma datang saat kamera on, lalu menghilang saat kamera off.
Bantuan sosial itu bukan konten…itu komitmen.

Tapi santai..aja, bukan kayak netizen yang bilang halus tapi hati-hati menusuk sampai usus.

Oleh karena itu, dari kejadian itu, kita harus belajar satu hal kadang harapan tidak datang dalam bentuk pidato panjang tapi dalam empat roda yang mengkilap.

Namun roda hanya bisa berputar kalau ada yang terus mendorong.

Pemerintah mendorong.
PKK menggerakkan.
Masyarakat mendukung.
Tetangga ikut bantu.

Kalau semua ikut dorong, hidup bukan cuma bergerak
tapi melaju, bahkan lebih kencang..

Hari itu Lorong Bersama hidup.
Ada tawa, ada juga haru,  ada kursi roda baru yang siap menemani perjalanan Pak Salim kemana pun ia mau…

Dan semoga, setelah ini, bantuan tidak hanya hadir ketika ada rombongan, tapi hadir karena ada kebutuhan.

Jangan sampai kursi rodanya yang terus bergerak, sementara programnya mandek seperti motor matic kehabisan oli.

Sebab, pada akhirnya asa itu memang bisa bergerak, asal yang mendorong tidak berhenti di tengah jalan.[***]

Terpopuler

To Top