MATAHARI baru saja mengintip dari balik awan tipis ketika Pak Ari Tobing, ketua UPPB Berkah Tani, berdiri di halaman Kantor Dinas Perkebunan Muba. Tangan kiri menggenggam secangkir kopi panas, tangan kanan memeluk… bak pembekuan getah karet.
“Waduh, ini baknya gede juga ya, Pak. Bisa buat nyimpen tetangga yang nyolong durian juga nggak?” seloroh Ari, sambil melempar senyum ke Bupati Toha.
Bupati Muba H M Toha Tohet, dengan wajah sumringah yang lebih sumringah daripada senyum pedagang ketupat habis Lebaran, hanya mengangkat alis. “Heh Ari… tetangga jangan dibekuin, karet aja cukup. Ingat, karet itu emas hijau kita, bukan es krim!”
Mereka tertawa. Dan di sinilah letak filosofi kehidupan petani kadang hidup harus dibekukan sebentar, biar hasilnya makin manis. Kayak getah karet yang dibekukan pakai bak baru, baru bisa dijual mahal, baru bisa bikin kantong bergetar… eh, berbunyi duitnya.
Sebelum ada bak pembekuan, Ari dan kawan-kawan sering galau. Getah karet yang keluar dari pohon kadang encer, kadang kental, dan harga jualnya ikut mood pasar. Kalau getahnya nggak bagus, harga jatuh. Kalau hati petani jatuh, rumah makan tetangga ikut sepi, begitu katanya.
“Dulu, bokar kami itu kayak sinetron sore, naik turun nggak karuan. Sekarang… dengan bak ini, bokarnya kayak naik pesawat first class, mulus semua!” celetuk Ari, sambil menepuk-nepuk bak baru.
Kepala Dinas Perkebunan, Ahmad Toyibir, menambahkan, “Bak ini bukan cuma kotak es biasa, tapi kotak ajaib. Kalau dipakai dengan benar, nilai jual karet bisa naik. Kami juga bakal kasih pelatihan biar petani nggak cuma pegang bak, tapi pegang masa depan mereka”.
Kalau diibaratkan, bak pembekuan ini kayak GPS buat petani, kalau dulu mereka tersesat di hutan harga rendah, sekarang mereka punya penunjuk jalan ke “negara harga tinggi”.
Menurutnya sebelum bak 1 kg bokar bisa dihargai Rp 8.000–10.000. Kadang malah Rp 5.000 kalau kualitas jelek dan sesudah bak adalah potensi naik 20–30%, karena bokar lebih bersih, seragam, dan menarik di pasar.
Kalau diterjemahkan ke bahasa receh dari “numpang tidur di kasur tipis” jadi duduk di sofa empuk sambil nonton drama Korea. Bedanya cuma satu, bak pembekuan!
Jadi memang kadang kita butuh pendingin dalam hidup ini, biar emosi nggak meledak, biar kerjaan rapi, biar hasil maksimal. Sama kayak karet, kadang harus dibekuin dulu biar harganya tinggi.
Oleh sebab itu, bak pembekuan karet ini lebih dari sekadar kotak dingin. Ini alat transformasi kehidupan petani, dari bingung cari harga, jadi percaya diri jual bokar berkualitas. Dari galau pasca panen, jadi senyum lebar tiap lihat uang masuk kantong.
Hidup itu kadang harus dibekuin dulu, jangan panas terus. Nanti gosong, dan kalau dapat bantuan, jangan cuma dijadikan pajangan, pakai dengan serius. Karena sukses itu bukan cuma soal kerja keras, tapi kerja cerdas.
Ari menatap bak barunya, sambil bilang, “Pak, kalau bak ini bisa nyanyi, mungkin tiap pagi kantong saya bisa joget sambil nyanyi lagu “duitku datang”
Bupati Toha cuma senyum, lalu bilang, “Pokoknya, petani senang, karet mulus, Muba sejahtera… tinggal kita tunggu kantongnya joget beneran”
Dan itulah, saudara-saudara, filosofi hidup ala petani karet Muba “Dinginkan hati, bekuin getah, biar hasil panenmu manis dan kantongmu berdendang!”.[***]