PAGI itu, udara Palembang masih semriwing, tapi suasana di Ruang Rapat II Setda Kota Palembang sudah kayak dapur mau lebaran, ramai, heboh, dan penuh tawa.
Ketua TP PKK Kota Palembang, Dewi Sastrani, duduk manis sambil menyesap kopi. Di depannya, tim dari PT Mahakarya Soundtrack Indonesia datang dengan senyum sumringah bawa kabar baik, yaitu bakal ada acara “Arisan Sahabat Mama Lemon Roadshow” yang bikin heboh..
“Wah, arisan juga roadshow sekarang”, celetuk Bu Dewi sambil tertawa, “biasanya arisan keliling rumah, ini keliling kota”.
Seketika ruangan jadi cair, semua tertawa, tapi tawa itu bukan sekadar basa-basi, karena yang mereka bahas emang seru kegiatan arisan yang nggak cuma kumpul dan gosip, tapi juga penuh edukasi, hiburan, dan aksi nyata.
“Jadi begini, Bu,” kata Eno, Project Manager yang jadi juru bicara. “Mama Lemon mau nyapa ibu-ibu Palembang lewat roadshow, biar mereka bisa ngerasain langsung sensasi bersihin 100 jenis lemak bandel!”.
“Lemak bandel?” Bu Dewi spontan nyahut. “Waduh, itu bukan cuma di piring, di badan saya juga banyak!”
Sekantor pecah tawa.
Eno nyengir, “Nah, Bu… makanya ini bukan cuma soal nyuci piring, tapi juga nyuci pikiran. Mama Lemon pengen ngajak ibu-ibu buat santai, happy, tapi tetap produktif”.
Bu Dewi manggut-manggut. “Wah, cocok tuh, pasalnya kadang lemak di hati lebih susah dibersihin daripada di panci. Apalagi kalau gosip arisan udah nyangkut!”. hahaha..
Roadshow ini sebenarnya bukan kaleng-kaleng, sebab bakal digelar di lima titik yaitu dari Graha Sukaria sampai The Canopy. Bahkan setiap lokasi ada sekitar sepuluh kelompok arisan dan PKK yang ikut, bukan cuma arisan duit, tapi juga arisan tawa.
Ada lomba Kreasi Mama, Mama Mabar Nikmat, sampai sesi legendaris Cuci Piring Dance!
Coba bayangin aja, ibu-ibu dengan celemek warna-warni, goyang kanan-kiri sambil pegang spons, kayak TikTok live, namun versi halal dan penuh busa.
“Kalau begini,” kata Bu Dewi, “ibu-ibu nggak bakal stres lagi, cuci piring pun bisa jadi senam!”.
Dan memang benar, di balik tawa itu ada filosofinya, begini katanya kadang yang kita anggap beban, bisa jadi hiburan, asal dibawa dengan hati bersih dan sabun yang wangi.
Eno kemudian menjelaskan, kegiatan ini juga bakal ada sesi Mama Talk tentang pentingnya dukungan antar sahabat untuk para ibu modern.
“Karena jadi mama zaman sekarang tuh multitasking banget, Bu,” kata Eno. “Ngatur anak, ngatur dapur, ngatur emosi suami. Makanya Mama Lemon hadir bukan cuma buat ngilangin minyak, tapi juga ngasih semangat”
Bu Dewi ngakak sampai tepuk meja. “Wah, kalau bisa ngatur emosi suami, saya order satu kontainer Mama Lemon, Mas!”.
Ruangan meledak lagi dengan tawa. Tapi di balik dagelan itu, ada makna dalem.
Ibu-ibu itu bukan sekadar sosok di dapur, mereka manajer kehidupan. Kalau dapur berantakan, biasanya bukan karena males, tapi karena lagi banyak pikiran. Maka bersih-bersih itu kadang jadi terapi kayak meditasi versi wajan gosong.
“Orang tua dulu bilang,” kata Bu Dewi sambil menatap ke jendela, “kalau dapur nggak berasap, rumah bisa hambar. Tapi kalau dapur kotor terus, rezeki pun bisa kabur”.
Pepatah yang sederhana tapi nusuk, karena di setiap busa sabun, ada doa kecil, semoga hidup juga bisa bersih dari noda iri, dengki, dan malas.
Dan di situlah Arisan Sahabat Mama Lemon, jadi lebih dari sekadar acara. Ini simbol kecil tentang gotong royong versi emak-emak. Tentang bagaimana mereka saling dukung, bukan saling sikut. Tentang bagaimana cuci piring bisa jadi momen refleksi, bukan cuma rutinitas.
Oleh sebab itu, setiap ibu punya lemak bandel masing-masing. Ada yang bentuknya tumpukan cucian, ada yang berupa masalah rumah tangga, bahkan ada yang berupa mantan yang masih suka nyapa di WA tengah malam.
Tapi kata Bu Dewi, semua bisa dibersihin asal sabarnya setebal busa dan hatinya sebersih piring setelah dicuci.
“Kadang hidup juga kayak wajan bekas goreng ikan,” ujarnya.
“Kotor, bau, dan susah dibersihin. Tapi kalau digosok pelan-pelan, lama-lama kinclong juga. Asal jangan disiram air panas waktu masih nyala, bisa meledak!”
Semua ngakak, tapi diam-diam, banyak yang manggut setuju, karena memang hidup begitu pula, kalau lagi panas, jangan disiram emosi. Tunggu adem dulu, baru dibersihin.
Jadi, dari rapat di Ruang Rapat II itu, satu hal jelas, yaitu Mama Lemon bukan cuma soal sabun, ia simbol dari semangat hidup bersih bukan cuma dapur, tapi juga pikiran.
PKK Palembang nggak sekadar komunitas ibu-ibu rajin, tapi juga benteng ketahanan mental keluarga.
Karena kalau ibu-ibu bahagia, dunia terasa wangi, kalau ibu-ibu stres, semua bisa berantakan, termasuk remote TV dan hati bapak-bapak.
Dan setidaknya, mulai sekarang, jangan anggap remeh cuci piring.
Itu bukan cuma kerjaan rumah, tapi ritual membersihkan semesta kecil bernama keluarga.
Seperti kata pepatah emak-emak Palembang, “Kalau piring kinclong, rezeki datang melenggong”, dan di Palembang, semua sepakat cuci piring bisa jadi bahan ketawa, asal hatinya bersih, bukan cuma sponsnya.[***]