DI Palembang, geliat ekonomi itu ternyata nggak cuma datang dari kios di pasar 16 Ilir atau warung kopi pinggir Kambang Iwak, dari balik jeruji besi, para warga binaan juga sibuk produksi bukan produksi masalah, tapi produksi barang dagangan, ada yang nyablon kaos, menjahit mukenah, bikin pempek, bahkan batik motifnya nggak kalah kinclong dari butik di mal.
Siapa sangka, tempat yang dulu identik dengan suara “kunci grendel”, kini malah kedengeran suara mesin jahit dan pengaduk adonan, kalau bukan ekonomi versi “tobat”, entah apa lagi namanya.
Kepala Lapas Kelas I Palembang, M. Pithra Jaya Saragih, belum lama ini, bilang mereka pengen karya warga binaan bisa tampil di ruang publik. Bukan cuma di katalog internal, tapi nongol di tempat ramai kayak Kambang Iwak. Biar masyarakat lihat langsung, bahwa dari balik seragam oranye pun, tangan-tangan ini bisa menghasilkan karya bernilai jual.
Tak mau kalah, Lapas Perempuan Palembang juga siap buka lapak online lewat e-commerce. Iya, benar, dari balik jeruji pun mereka udah go digital!. Produknya macam-macam, dari batik, songket, tas rajut, mukenah, sampai roti dan pempek. Kalau biasanya marketplace jualan barang baru, yang ini jualan semangat baru.
Wali Kota Ratu Dewa langsung ngacung jempol. Katanya, ini bukti bahwa ekonomi kerakyatan itu nggak kenal status sosial, apalagi masa lalu. Pemerintah Kota siap bantu promosiin lewat Dinas Koperasi dan UMKM. Dari videotron sampai pameran daerah, semua bisa jadi panggung buat karya warga binaan.
Lucunya, ekonomi Palembang sekarang bisa dibilang makin komplit. Dari mal sampai lapas, semua ikut ngibarkan bendera UMKM. Kalau dipikir-pikir, ini namanya kolaborasi lintas pagar secara harfiah dan maknawi.
Dari balik tembok tinggi itu, ternyata banyak pelajaran rendah hati. Bahwa setiap orang berhak punya kesempatan kedua, bahkan dalam hal ekonomi. Kadang rezeki memang datang lewat pintu sempit, tapi asal niatnya lebar, pasti ada jalan.
Karena, kata pepatah, “Setinggi-tinggi bangau terbang, akhirnya mendarat juga di lumpur”.
Begitu pula hidup, seberapa pun jatuhnya kita, selalu ada tempat untuk berdiri lagi… bahkan dari balik jeruji.[***]