Features

“Punya Asa di Kampung Nelayan, Auditor Pun Rela Gosong”

ist

ADA satu pepatah lama yang sering dikutip nelayan tua di tepi laut, yakni “Kalau perahu bocor, jangan salahkan ombak”, tapi di tangan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), pepatah itu naik level jadi semacam slogan baru “Kalau proyek bocor, auditor turun sebelum banjir”.

Begitulah kira-kira semangat yang sedang dibawa KKP lewat program Kampung Nelayan Merah Putih (KNMP), bukan cuma soal membangun rumah untuk nelayan, tapi juga soal membangun kepercayaan bahwa uang rakyat tidak akan tenggelam di lautan birokrasi.

Biasanya, pejabat kalau ngomong soal proyek lebih banyak di ruang rapat ber-AC, dengan air mineral botol kecil, bukan air asin. Tapi auditor dari Inspektorat Jenderal KKP justru turun ke lapangan, ngecek langsung sebelum pembangunan dimulai.

Mereka menyebutnya Mutual Check Awal (MC-0), kedengarannya teknis, tapi kalau diartikan bebas, itu artinya “ngecek dulu sebelum nyesel”.

Coba pikirkan, sebelum semen dituang dan batu dipasang, tim Itjen udah jongkok di tanah, bawa meteran, tanya “Ini gambar di kertas sama tanahnya cocok nggak, nih?”.

Kayak emak-emak yang ngecek belanjaan di pasar, nggak mau tertipu sama janji manis. Inspektur Jenderal Ade Tajudin Sutiawarman bilang, pengawasan dilakukan sejak awal biar nggak ada masalah di akhir, bahkan untuk setiap pembayaran, mereka review minimal dua kali, kalau ini bukan ketelitian, mungkin ini obsesi.

Jujur aja, kerja auditor di proyek pesisir itu nggak glamor, mereka panas-panasan, kulit gosong, kadang sinyal hilang, tapi toh mereka tetap turun, kalau dibilang rela gosong, itu bukan hiperbola. Karena memang gosong beneran.

Ada yang bercanda, katanya “kalau auditor kulitnya masih mulus, berarti belum ke lapangan, tapi begitulah kenyataannya”. KKP memang lagi serius banget soal pengawasan, nggak mau ada lagi cerita klasik, misalnya proyek mangkrak, dana serapannya aneh, atau bangunan baru tapi retak duluan.

Oleh karena itu, Program Kampung Nelayan Merah Putih ini bukan proyek biasa, ini simbol, karena bukti kalau pemerintah bisa hadir di kampung nelayan dengan cara yang benar, tapi simbol nggak cukup kalau cuma jadi spanduk dan seremoni.

Maka itu,  KKP bikin sistem pengawasan yang berlapis, seperti  ada BPKP, ada aparat penegak hukum, bahkan melibatkan pemantauan jarak jauh.

Kayak film aksi, semua peran lengkap, ada detektif (auditor), hakim (BPKP), dan polisi (penegak hukum) dan  tinggal popcorn-nya aja yang belum.

Menteri Sakti Wahyu Trenggono dalam siaran pers resmi dilaman KKP hari ini, udah wanti-wanti, semua tahapan proyek harus transparan dan akuntabel. Kalimatnya sederhana, tapi artinya berat, karena di negeri ini, menjaga akuntabilitas kadang lebih susah daripada menambal jaring robek di tengah badai.

Kalau kita pikir-pikir, auditor itu sebenarnya mirip nelayan juga, hanya saja bedanya, nelayan itu melempar jaring untuk mencari ikan, sedangkan auditor melempar pertanyaan untuk mencari kebenaran dan keduanya sebenarnya sama-sama butuh kesabaran, dan sama-sama sering pulang gosong.

Kadang lucu juga ya… kalau dengar cerita di lapangan, karena ada kontraktor yang gemetar waktu liat mobil Itjen datang, katanya “waduh, ini pasti ada yang mau dicek!”. Ya jelas memang dicek, bro….bukan mau ngasih undangan nikahan, he..he..

Tapi di situlah sisi lucunya birokrasi Indonesia, antara serius dan dagelan, antara target serapan dan realitas lapangan, namun satu hal pasti, yakni kalau semua pihak sama-sama jujur, tak perlu takut auditor datang, walau kulit makin gelap dan sepatu belepotan lumpur.

Pepatah bilang, “Kalau mau menangkap ikan besar, jangan takut basah”, mungkin itu yang sedang dilakukan KKP sekarang, mereka nggak mau hanya duduk di belakang meja dan berharap proyek beres sendiri. Mereka mau basah, gosong, bahkan capek, asal rakyat di pesisir benar-benar merasakan hasilnya.

Oleh sebab itu, dalam dunia yang penuh laporan palsu dan kwitansi misterius, langkah kayak gini perlu kita rayakan, meski dengan tawa dan keringat, karena humor dan integritas, kalau disatukan, bisa jadi kombinasi paling ampuh untuk melawan kebusukan.

Kita sering dengar kisah nelayan yang pulang dengan wajah legam tapi senyum lebar. nah, auditor KKP sekarang kayak gitu juga. Pulang gosong, tapi bawa hasil, bukan ikan, melainkan kepastian bahwa uang rakyat masih selamat.

Kalau semua lembaga punya semangat serupa, mungkin kita tak perlu lagi berita “proyek mangkrak”, tapi bisa bikin rubrik baru “Proyek Beres, Auditor Bahagia”, he..he ya.. Nggak!

Jadi kalau nanti kamu lihat orang di pelabuhan pakai rompi, topi lebar, muka gosong, dan senyum bangga, jangan salah sangka, itu bukan nelayan pulang melaut, namun  bisa jadi itu auditor KKP yang baru menuntaskan audit,  dan menegaskan satu hal penting “Gosong itu nggak apa-apa, asal negara nggak hangus”..ha..ha.[***]

Terpopuler

To Top