BIASANYA orang liburan itu mikirnya ke luar negeri ke Singapura buat jajan, ke Jepang buat lihat sakura, atau ke Eropa buat foto di depan Menara Eiffel, kali ini pemerintah kasih kode keras. “Bro, jalan-jalan di negeri sendiri dulu dong!”. Nah, kode keras itu dikemas manis lewat BBWI Travel Fair di Pakuwon Mall Jogja, 19-21 September 2025. Event ini bukan sekadar pameran, tapi kayak obral akbar paket wisata nusantara yang katanya bikin dompet nggak langsung megap-megap.
Peribahasa bilang, “Hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri, lebih baik di negeri sendiri”, disini cocok banget, Indonesia itu ibarat warung prasmanan, menu banyak, pilihan bejibun, harga bersahabat, masak iya, punya sawah sendiri, tapi malah beli beras tetangga?.
Coba pikirkan aja, di Travel Fair ini ada 14 sellers dari Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur, mereka jualan paket wisata dengan promo spesial, dari trip ke pantai, city tour, sampai kulineran. Jadi, wisatawan nusantara (wisnus) punya banyak opsi, bukan cuma rebahan di rumah sambil scroll TikTok.
Deputi Bidang Pemasaran Kemenpar, Ni Made Ayu Marthini, sampai bilang kalau acara ini strategi bareng buat narik minat wisnus. Harapannya, bukan cuma liburan biasa, tapi jadi kebiasaan “Kalau libur, ya jalan-jalan di Indonesia”.
Ibarat kata, jangan jadi jomblo akut yang cuma bisa ngelihat orang lain bahagia, tapi nggak ikut bahagia. Destinasi kita tuh udah nunggu, tinggal kitanya mau datang atau pura-pura sibuk.
Liburan itu penting, bukan sekadar gaya-gayaan, hidup yang isinya kerja, rapat, macet, sama cicilan, kalau nggak ada jeda liburan bisa bikin kepala cenat-cenut. Nah, BBWI Travel Fair hadir pas banget jelang Natal dan Tahun Baru 2025. Momentumnya mantap, karena biasanya orang pada rebutan tiket keluar negeri. Kali ini, coba deh tengok Bali, Lombok, Labuan Bajo, atau bahkan sekadar staycation di Jogja.
Ingat pepatah Jawa “Nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake”, artinya?, kita bisa jadi pemenang tanpa harus ngalahin orang lain. Sama dengan liburan lokal, bisa happy, bisa healing, tanpa harus saingan pamer paspor penuh cap imigrasi.
Yang menarik, acara ini hasil kolaborasi Kemenpar bareng Dinas Pariwisata DKI Jakarta dan Yogyakarta. Kolaborasi ini mirip kayak nongkrong di warung kopi, ada yang bawa kopi, ada yang bawa gorengan, ada yang bawa cerita. Akhirnya semua ketawa bareng. Nah, industri pariwisata juga gitu, nggak bisa jalan sendiri, harus gandengan tangan biar ekosistemnya hidup.
Kalau cuma Kemenpar yang teriak Ayo wisata!, tapi daerahnya cuek, ya sama aja kayak band main tanpa drummer, hambar. Tapi kalau bareng, suaranya bisa bikin panggung meriah.
Dari semua cerita ini, ada pesan moral sederhana: sebelum jatuh cinta ke destinasi luar negeri, jatuh cintalah dulu pada tanah air sendiri. Toh Indonesia punya segalanya, pantai, gunung, budaya, kuliner, sampai keramahan orangnya.
Kalau kita sendiri nggak bangga, gimana orang luar mau kagum? BBWI itu bukan cuma slogan, tapi ajakan untuk sadar wisata lokal sama dengan kontribusi nyata. Uang kita muter di dalam negeri, UMKM hidup, ekonomi kreatif jalan, dan destinasi tetap lestari.
Jadi, BBWI Travel Fair ini ibarat ajakan cuci mata tanpa bikin kantong bolong. Ada promo, ada hiburan, ada peluang untuk lihat Indonesia dengan kacamata baru. Daripada sibuk scroll promo tiket ke luar negeri, mending datang ke Travel Fair dan pilih destinasi lokal.
Ingat pepatah,”Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau”, tapi siapa tahu, rumput halaman kita lebih empuk buat rebahan. Liburan ke Indonesia itu nggak kalah keren, bahkan bisa jadi rasa juara dunia. Mari, daripada cuma bangga update paspor baru, lebih keren kalau update story “Bangga Berwisata di Indonesia”.[****]