KALAU dengar kata investasi, pikiran kita biasanya langsung ke saham, properti, atau emas batangan, jarang ada yang mikir. “Eh, investasi paling cuan ternyata ada di PAUD.” Lho, kok bisa?
Iya, betul…, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sering dianggap sekadar tempat anak main-main sambil nunggu jam makan siang. Padahal, riset global, dari UNICEF sampai World Bank, menunjukkan bahwa setiap 1 dolar yang diinvestasikan di usia dini bisa balik berkali lipat dalam bentuk produktivitas, kesehatan, dan stabilitas ekonomi di masa depan.
Dengan kata lain, PAUD itu bukan cost center. Ia profit center jangka panjang, kalau dunia usaha suka hitung ROI (return on investment), di PAUD, ROI-nya super tinggi.
Coba bayangkan, anak-anak yang hari ini dapat akses ke Pustaka Mainan dan Pojok Baca hasil kolaborasi pemerintah dengan 76 mitra strategis, 20 tahun lagi akan jadi tenaga kerja yang lebih melek literasi, lebih kreatif, lebih produktif, lebih adaptif menghadapi disrupsi digital. Artinya? mereka akan jadi motor penggerak PDB Indonesia.
Ibaratnya, pustaka mainan itu bukan sekadar boneka kayu atau balok-balokan, tapi “saham blue chip” yang nilainya terus naik, dan pojok baca bukan cuma rak kayu berisi buku cerita, tapi obligasi jangka panjang yang bikin bangsa ini lebih stabil.
Di dunia bisnis, orang suka bangga kalau ada konsorsium besar yang patungan bikin proyek infrastruktur. Nah, di dunia pendidikan, kita baru saja menyaksikan hal serupa 76 mitra lintas sektor bergabung, dari dunia usaha, kampus, komunitas, hingga organisasi Internasional.
Ibaratnya, ini kayak IPO besar-besaran, semua pemegang saham patungan, tapi bukan untuk bikin pabrik baja, melainkan untuk bikin fondasi manusia yang lebih kuat.
Bahkan kalau biasanya investor nunggu laporan tahunan, di PAUD investasinya mungkin baru terlihat 15–20 tahun kemudian. Tapi percayalah, hasilnya jauh lebih manis daripada bunga deposito.
Kalau bikin laporan keuangan negara, biasanya yang ditulis angka APBN, utang luar negeri, atau cadangan devisa, coba pikirkan kalau kita bikin neraca dengan indikator kualitas PAUD berapa persen anak usia dini sudah dapat akses pendidikan berkualitas?, berapa yang sudah terbiasa membaca sejak kecil?.
Berapa yang tumbuh dengan karakter gotong royong?, kalau angka-angka itu bagus, yakinlah defisit anggaran di masa depan akan lebih gampang diatasi, karena kita punya generasi yang produktif, inovatif, dan sehat mental.
Ada pepatah Jawa “Nandur pari, tuwuh pari. Nandur ilalang, yo tuwuh ilalang”, apa yang kita tanam di PAUD, itulah yang akan tumbuh di masyarakat.
Ubah mindset
Selama ini, banyak perusahaan atau organisasi bantu PAUD dengan mindset charity alias amal, bagus, tapi kurang kuat, sudah saatnya kita ubah mindset jadi investment.
Kalau perusahaan rela keluar ratusan miliar buat riset produk baru, kenapa nggak rela juga untuk investasi di PAUD? Produk bisa gagal, tapi investasi di anak-anak hampir nggak mungkin rugi.
Penelitian James Heckman, peraih Nobel Ekonomi, menunjukkan bahwa setiap rupiah yang ditanam di pendidikan anak usia dini bisa memberi imbal hasil hingga 13 persen per tahun. Coba bandingkan, ada instrumen investasi apa yang sanggup kasih keuntungan stabil seperti itu selama puluhan tahun?”
Orang sering bilang, “Kalau mau sukses, investasilah di hal yang tepat.” Nah, sekarang sudah jelas, PAUD adalah investasi paling strategis.
Mau contoh gampang?, lihat negara-negara Skandinavia, mereka gila-gilaan invest di pendidikan anak usia dini, hasilnya sekarang punya SDM kelas dunia.
Nggak cuma di sana, Korea Selatan misalnya, pasca krisis ekonomi 1997, mereka sadar kuncinya ada di pendidikan dasar dan PAUD. Hasilnya? Anak-anak tumbuh jadi generasi yang disiplin, kompetitif, dan bikin negeri ginseng jadi raksasa teknologi.
Lalu ada Singapura, tetangga dekat kita, mereka nggak punya banyak sumber daya alam, tapi modal besar mereka justru ada di pendidikan sejak usia dini, sekarang, Singapura jadi pusat finansial dunia dengan SDM yang kualitasnya diakui global.
Atau tengok Finlandia, sistem pendidikan mereka selalu masuk 5 besar dunia, dan kuncinya sederhana, masa kecil anak dihargai, PAUD mereka ramah anak, penuh permainan edukatif, bukan sekadar hafalan.
Kalau kita masih mikir PAUD cuma “tempat anak main-main”, ya siap-siap aja nanti bangsa ini kalah saing. Ibarat orang yang salah taruh modal niatnya cari untung, malah buntung.
Kalau kita masih mikir PAUD cuma “tempat anak main-main”, ya siap-siap aja nanti bangsa ini kalah saing, seperti orang yang salah taruh modal niatnya cari untung, malah buntung.
Pustaka Mainan dan Pojok Baca hanyalah dua contoh kecil dari strategi besar, tapi dampaknya bisa luar biasa, dari situlah lahir generasi yang lebih siap kerja, lebih sehat, dan lebih berdaya saing global.
Jadi, kalau ada yang masih tanya“Kenapa sih repot-repot mikirin PAUD?”, jawabnya gampang karena itu investasi paling menguntungkan bagi masa depan Indonesia.
Atau biar lebih gampang dicerna, pinjam pepatah “Sapa sing nandur, bakal ngundhuh”, kalau kita nanam emas di usia dini, kelak yang kita tuai bukan cuma anak cerdas, tapi juga ekonomi bangsa yang berkilau.
Dan jangan lupa, 76 mitra yang sudah turun tangan ini bukan investor biasa, mereka sejatinya sedang jadi “venture capitalist” untuk generasi emas Indonesia 2045.
Karena, pada akhirnya, bermain memang bukan sekadar main, dan PAUD memang bukan sekadar sekolah kecil, ia adalah bursa masa depan kita. Jadi jelas, kalau negara lain sudah panen hasil karena rajin nanam di PAUD, kita jangan kebanyakan mikir, kalau ini cuma “tempat anak main-main”.
Pendidikan Anak Usia Dini adalah investasi ekonomi paling menguntungkan, bukan beban biaya. Kalau kita berani taruh modal di generasi kecil hari ini, besok yang kita panen bukan cuma anak cerdas, tapi bangsa yang makmur, kuat, dan berdaulat di mata dunia.[***]