COBA seandainya kamu buruh di PT Kahatex, setiap hari digempur mesin jahit seperti gladiator zaman dulu melawan naga kain, pulang kerja, lelah, tapi hati tetap kosong karena rumah masih kontrakan sempit. “Ah, hidup ini kayak es krim di bawah matahari meleleh nggak karuan, tapi tetap manis kalau sabar,” gumammu sambil liat harga rumah di Jawa Barat yang naiknya cepet banget kayak roket SpaceX.
Eh, tiba-tiba muncul yang namanya FLPP, Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, bak superhero dengan mantel cape dari Kementerian PKP. DP cuma 1 persen, bunga 5 persen, cicilan rendah banget. Cicilannya bahkan bisa dibandingin dengan harga kopi seger di kafe hits seminggu sekali. Bayangin, kamu bisa duduk santai sambil ngopi, sambil pegang kunci rumah, dan ketawa ngakak karena “hidup itu akhirnya nggak cuma ngontrak doang!”
Di acara serah terima kunci di PT Kahatex, suasananya absurd tapi kocak, Menteri Maruarar Sirait datang sambil bilang, “Hari ini saya senang, bahagia, dan ngakak lihat buruh pegang kunci rumah”. Ada buruh yang mukanya kayak kue lapis, awalnya cemberut karena capek, tapi begitu dapat kunci langsung sumringah setinggi gedung perkantoran. Ada yang sampai nangis campur ketawa, kayak nonton drama Korea tapi versi rumah subsidi.
Kalau dianalisis secara ekonomi, FLPP ini bukan cuma kebaikan hati. Ini strategi cerdas pemerintah buat menyejahterakan MBR. Dengan program 3 Juta Rumah, rumah subsidi jadi bisa dibeli rakyat berpenghasilan rendah. Seandainya buruh punya rumah, otomatis nggak perlu bayar kontrakan mahal lagi, dan bisa belanja kebutuhan rumah tangga di pasar lokal. Ekonomi lokal berputar, sirkulasi uang lancar, dan tetangga pun ikut senyum karena dapet kiriman tahu goreng dari buruh yang akhirnya punya rumah.
Lucunya, serah terima kunci dilakukan hybrid. 80 orang hadir langsung, 1.000 lainnya virtual. Ada buruh yang pegang kunci di layar laptop sambil ngomong ke tetangga. “Eh, liat nggak? Ini rumah gue, meski cuma di layar, tapi rasanya kayak menang lotre!” Dunia digital ikut merayakan kebahagiaan buruh. Bahkan TikTok kalah trending dibanding buruh happy pegang kunci.
Tapi tentu saja, masih ada tantangan, dari 25.000 pekerja PT Kahatex, 50 persen belum punya rumah. Artinya, FLPP sakti, tapi backlog rumah MBR masih kayak tumpukan kain pabrik yang nggak kelar-kelar dijahit. Pesan moralnya absurd tapi lucu “Kalau mau punya rumah, jangan cuma nunggu kaya kalau ada peluang FLPP, sergap dengan semangat seperti burung hantu nangkep tikus tengah malam!”
Yang bikin ngakak, ada bantuan DP untuk 100 buruh terbaik, bayangkan, dari ribuan buruh, ada yang dipilih kayak kontes buruh teladan versi rumah subsidi. Ada yang sampai pura-pura joget sambil bilang “Kalau dapat DP gratis, gue mau bikin rumah model Hogwarts!” Menteri PKP ketawa, buruh ketawa, bahkan kamera pun sepertinya ikut ngakak.
Sekarang mari kita lihat dari sisi bank, Bank bjb dan Bank bjb Syariah jadi pahlawan kedua setelah FLPP. Mereka bukan sekadar bank daerah, tapi naik kelas jadi jawara penyaluran KPR FLPP. Analisa sederhananya kalau bank nasional sibuk jual produk megah mahal, bank daerah ini malah jadi superhero MBR. Bayangkan pepatah, “Tak kenal maka tak sayang, tapi kalau rumah subsidi sudah di tangan, semua buruh pasti sayang.”
Dan jangan lupakan pesan moral paling gokil: hidup itu kadang kayak dagelan. Kunci rumah bisa datang tiba-tiba, harga rumah naik gila-gilaan, tapi kalau ada strategi, sedikit humor, dan FLPP sakti, kamu bisa ketawa sambil pegang kunci rumah sendiri. Cicilan murah, DP enteng, subsidi pajak semua ini bikin hidup lebih ringan daripada sekadar ngeluh tiap bulan di kosan.
FLPP bukan sekadar program rumah subsidi, ini jurus sakti yang bikin MBR bisa tersenyum ngakak, Bank bjb jadi jawara, dan pemerintah bilang “Program 3 Juta Rumah, sukses setengah jalan tapi tetap gokil!” Humor, perumpamaan, dan pepatah diselipkan supaya hidup buruh nggak cuma berat, tapi juga lucu.
Jadi, kalau kamu buruh di Jawa Barat, jangan cuma ngelus dada liat harga rumah meroket. Ingat kata kunci sakti FLPP, KPR FLPP, rumah subsidi, Bank bjb, dan program 3 juta rumah. Ambil peluang itu, sambil ketawa ngakak karena hidup kadang absurd, tapi dengan FLPP, rumah pertama bisa jadi nyata.
Siapa tahu, suatu hari nanti cucu-cucu bakal denger cerita. “Dulu nenek/ayahku ngakak sambil pegang kunci rumah subsidi, dan itu hari paling gokil dalam hidup kami!”.[***]