Uncategorized

Patut Dicontoh Tuh, Yayasan Dhuafa Mulia Teladani Keluarga Ibrahim AS

kisah nabi ibrahim as

Kajian dengan Tema ‘ Meneladani Keluarga Ibrahim AS patut di contoh seluruh umat muslim di Palembang, pasalnya Yayasan Dhuafa Mulia bersama Ketua Pembina Yayasan Dhuafa Mulia, Ustadz Ahmad Ghozali Assegaf LC MA di Masjid AL-RA’IYAH komplek DPRD Provinsi Sumsel, mengajak ratusan santri dari seluruh penjuru Sumsel.

SUMSELTERKINI.ID, Palembang – Kajian dengan Tema ‘ Meneladani Keluarga Ibrahim AS patut di contoh seluruh umat muslim di Palembang, pasalnya Yayasan Dhuafa Mulia bersama Ketua Pembina Yayasan Dhuafa Mulia, Ustadz Ahmad Ghozali Assegaf LC MA di Masjid AL-RA’IYAH komplek DPRD Provinsi Sumsel, mengajak ratusan santri dari seluruh penjuru Sumsel.

Kajian dibuka dengan penyampaian materi dari Ketua Pembina Yayasan Dhuafa Mulia, Ustadz Ahmad Ghozali Assegaf LC MA. Menurutnya, suatu hari Nabi Ibrahim diuji keimanannya pada Allah untuk mengukur seberapa besar kecintaannya terhadap Sang Khalik.

Lewat mimpi Nabi Ibrahim diperintah Allah untuk menyembelih Ismail, putra tercinta yang sangat dinantikan kehadirannya selama bertahun-tahun. Beliau kaget, keraguan dan kebimbangan menyelimuti hatinya benarkah ini sebuah perintah dari Allah atau jangan-jangan ini hanya tipudaya setan. Hingga akhirnya beliau mendapat mimpi dan perintah yang sama hingga terulang tiga kali dan Nabi Ibrahim pun menetapkan tekad dan menguatkan hati lalu meyakini kalau ini adalah benar-benar perintah Allah yang harus dilaksanakan.

Nabi Ibrahim pun pergi menemui putranya dan menyampaikan apa yang diperintahkan oleh Allah melalui mimpinya. Semula beliau khawatir akan jawaban anaknya, tapi Ismail menjawab: “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Betapa terharunya beliau mendengar jawaban dari anaknya yang shaleh sehingga makin menambah rasa sayangnya sekaligus menambah kesedihannya karena teringat bahwa beliau akan kehilangan anak yang dikasihinya.

Akhirnya ayah dan anak ini pun membulatkan tekad dengan penuh keimanan dan ketaatan untuk segera melaksanakan perintah Allah tersebut, parang yang sangat tajam pun disiapkan dan mereka berangkat menuju suatu tempat untuk melaksanakan perintah tersebut. Dan akhirnya saat-saat terberat bagi Nabi Ibrahim pun tiba, dengan mengumpulkan segenap keyakinan dan dengan penuh kepasrahan Nabi Ibrahim tetap menjalankan perintah Allah tanpa keraguan meskipun setan terus menggodanya. Beliau pun mengayunkan parang ke leher Ismail dan mulai menyembelihnya.

“Namun parang yang tajam seakan-akan menjadi tumpul dan tidak mampu melukai leher Ismai, tak ada setetes darahpun keluar dari leher Ismail, Nabi Ibrahim pun mengulangi dan tetap saja Ismail tidak terluka sedikitpun. Hingga akhirnya Allah mengganti dengan seekor hewan sembelihan yang besar (sejenis kambing atau domba),” kata Ustadz Ahmad Ghozali Assegaf LC MA bersemangat.

Dari kajian hebat itu sambung Ustadz Ahmad Ghozali Assegaf, ada beberapa hal yang bisa dambil dari keimanan dan ketaatan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.

“Maka dari itu mari kita tanyakan pada diri kita masing-masing, seberapa besar keimanan kita pada sang pembuat hidup saat benar-benar diuji dengan sebuah ujian yang diberikan oleh-Nya. Terkadang kita lupa, saat kita senang, dan akan menemuiNya saat kita merasa susah. Padahal iman seharusnya ada saat kita senang maupun susah. Secinta apapun Ibrahim pada Ismail, Ibrahim tetap mencintai Allah sehingga apapun yang Allah perintahkan tetap ia jalankan, walaupun harus mengorbankan sesuatu yang sangat ia cintai,” ujarnya.

Belum lagi contoh kesabaran yang ditunjukkan. Sebagaimana diketahui Nabi Ibrahim tetap bersabar saat bertahun-tahun tidak mendapatkan keturunan. Setelah ia mendapatkannya, Allah memerintahkannya untuk menyembelih hal yang paling ia cintai.
“Dengan penuh kesabaran dan penuh keyakinan, ia pun menjalankan perintah. Bagaimana dengan kita? Jika kita diuji dengan sedikit sakit, seberapa banyakkah dari kita yang tidak mengeluh,” tanyanya.

Selain beriman, taat dan sabar, Nabi Ibrahim pun memiliki keikhlasan yang luar biasa. Ikhlas menjalankan perintah Allah sekalipun itu berat.

“Itulah yang bisa kita teladani dari Nabi Ibrahim AS. Jujur, berapa banyak diantara kita yang sholatnya masih sering bolong? berapa banyak diantara kita yang ikhlas bersedekah saat kita sendiri sedang kekurangan? Ikhlas memang sangat susah. Hanya Allah lah yang tahu tulusnya kita. Maka jika meneladani sifat yang satu ini, maka InsyaAllah Allah akan memberi kita nikmat yang luar biasa,” ungkapnya.

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com