Uncategorized

Mundur Bukan Karena Malu

Foto : istimewa

 

“(Aku mundur alon alon mergo sadar aku sopo) Aku mundur pelan-pelan karna sadar aku siapa

(Mung digoleki pas atimu perih) Cuma kau cari saat hatimu pedih

(Aku mundur alon alon mergo sadar aku sopo) Aku mundur pelan-pelan karna sadar aku siapa

(Mung dibutuhno pas atimu loro) Cuma kau butuhkan saat hatimu sakit”

 

Potongan bait di atas adalah sepenggal bait lagu “Mundur Alon-Alon” yang dinyanyikan  penyanyi dangdut Nella Kharisma. Seseorang yang tidak sanggup lagi mempertahankan cintanya, lebih baik ia mundur. Ia sadar dengan keadaan dirinya. Untuk apa mempertahankan yang tidak bisa ia pertahankan.

Dalam kehidupan yang kita jalani, tak selamanya sesuatu itu kekal milik kita. Semuanya hanyalah titipan. Demikian halnya dengan jabatan dalam suatu pekerjaan. Jabatan adalah sebuah amanah yang dititipkan kepada seseorang untuk dijalankan sebaik-baiknya. Orang tersebut dianggap mampu untuk mengemban amanah tersebut. Jabatan tersebut akan ada masanya. Berakhir dengan sendirinya atau sebelum masanya sudah berhenti di tengan jalan. Orang yang mempunyai jabatan tersebut saat dia tidak sanggup lagi menjalankannya, selayaknya dia mundur dengan sendirinya. Akan tetapi, tidak semua orang yang ikhlas untuk mundur dari sebuah jabatan. Terkadang walaupun sudah tidak layak, orang tersebut akan tetap ngotot untuk mempertahankan jabatan tersebut.

Mundur dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah berkurang (mutu, kecakapan, dan sebagainya). Artinya, seseorang yang tidak cakap lagi dalam mengemban sebuah jabatan, sejatinya harus mundur dari jabatan tersebut. Mundur pun bukan hanya karena tidak cakap lagi, melainkan karena ada beberapa sebab akibatnya. Di antaranya, orang tersebut ketahuan (harus dibuktikan terlebih dahulu oleh hukum yang berlaku) menjalankan amanahnya dengan cara-cara curang atau tidak melalui prosedur resmi. Jabatan sering disalahgunakan demi kepentingan pribadi. Ambisi dan tamak mengambil keuntungan pribadi yang sering dilakukan seorang pejabat, termasuk pejabat strategis.

Di luar negeri mundur dari jabatan sudah tidak menjadi asing lagi. Banyak di antara pejabat tersebut mundur hanya karena masalah sepele. Misalnya, Michael Bates salah satu menteri utama di Inggris mundur dari jabatan hanya karena terlambat dalam sebuh rapat Kemudian, salah seoang menteri di Negara Jerman bernama Annette Schavan, melakukan pengunduran diri dengan alasan diduga melakukan plagiarisme “ringan” dalam upaya mendapatkan gelar pendidikannya. Lantaran merasa malu dengan plagiarisme ringan itu Schavan memilih mundur dari jabatan. Di Jepang, Negara terkenal dengan ajaran Bushido, sebuah landasan etika penduduk Jepang yang menjadi akar keumuman itu. Awalnya, Bushido merupakan kode etik bagi para Samurai yang terdiri dari nilai-nilai seperti integritas, keberanian, hormat, kejujuran, menjaga kehormatan hingga menghargai tradisi. Nilai-nilai dalam konsep Bushido masih dipraktikkan oleh pemimpin dan penduduk Jepang. Salah satu nilai dalam Bushido adalah Meiyo, yaitu nilai menjaga nama baik atau menjaga harga diri dengan memiliki perilaku yang terhormat. Pemimpin Jepang banyak yang lebih memilih mundur terhormat. (Boye Lafayette De Mente dalam bukunya Japan’s Cultural Code Words: 233 Key Terms That Explain the Attitudes and Behavior of the Japanese, 2004:49). Seperti, Perdana Menteri Jepang Yukio Hatoyama mengundurkan diri lantaran gagal memenuhi janjinya saat kampanye pemilu untuk memindahkan sebuah pangkalan militer Amerika Serikat keluar dari wilayah Okinawa pada  tahun 2010. Kasus lainnya, mantan Menteri Ekonomi Jepang Akira Amari, mengundurkan diri karena tuduhan korupsi kepadanya. Walaupun, setelah ditelusuri lebih dalam, mantan menteri ini ternyata tidak melakukan apa yang sudah dituduhkan.

Lain lagi di Negeri ini. Sebuah kasus yang lagi menjadi pembicaran hangat tentang Staf khusus Milenial Peesiden. Setelah banyak mendapat desakan dari warga net (netizen) Belva Devara akhirnya memutuskan mundur dari jabatannya sebagai staf khusus milenial Presiden. Belva mundur karena adanya tudingan potensi konflik kepentingan atas keikutsertaan startup pendidikan yang didirikannya, Ruangguru, dalam program Kartu Prakerja. Belva Devara sendiri sudah menyangkal adanya konflik kepentingan dan menyatakan tidak terlibat dalam proses pembicaraan dan pengambilan keputusan Ruangguru sebagai mitra Kartu Prakerja.

Di Republik ini, mundur dari jabatan bukan hal yang biasa. Andaikan pejabat tersebut mundur lebih karena desakan dari masyarakat termasuk masyarakat netizen. Setelah sebuah kasus terbongkar dan menjadi viral, barulah seorang pejabat tersebut mengundurkan diri. Dan lebih fenomenal lagi, walaupun sudah didesak untuk mundur, seorang pejabat tidak juga mau melepaskan jabatan tersebut.

Mundur dari jabatan bukanlah sebuah aib. Malah lebih terhormat saat pejabat dengan jiwa besar dan ksatria mengakui kealpaan atau kekhilafan Sekali lagi, jabatan adalah sebuah titipan yang sewaktu-waktu akan diambil oleh yang menitipkannya. Mundur bukan karena malu.[***]

 

Penulis:

Dr. Darwin Effendi, M.Pd.

Dosen Universitas PGRI Palembang

 

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com