“MAJU tidaknya sebuah kota bisa dilihat dari maju tidaknya seni di kota tersebut.” Kutipan ini didapati meluncur dari bibir sosok Ketua Dewan Kesenian Palembang (DKP) periode 2019-2024, MS Iqbal Rudianto, ST.
Saat itu, pria kelahiran Palembang 22 November 1979 ini, dinayatakan sebagai ‘jawara’ dalam suksesi DKP yang digelar di Hotel Swarnadwipa, Palembang, Selasa (5/11/2019) . Dari 52 suara pekerja seni, 33 diantaranya dikantongi alumnus Fakultas Teknis Universitas Muhamadyah Palembang ini.
Para seniman Palembang memang baru saja usai menggelar rembug seniman yang diberi titel Musyawarah V Seniman Palembang. Selain menelurkan perubahan AD/ART, menyusun program kerja dan mengeluarkan rekomendasi, Musyawarah ini juga telah menetapkan Ketua DKP baru.
Ketua terpilih inilah yang akan mewarnai perjalanan seni dan seniman di Palembang. MS Iqbal Rudianto, atau lebih dikenal dengan panggilan Didit ini, merupakan wajah baru di DKP. Meskipun di dunia seni dan hiburan, sesungguhnya dia adalah orang lama. Jadi, bisa disebut orang baru berwajah lama. Sudah belasan tahun menggeluti dunia event organizer melalui bendera UN.Production dan sejak mahasiswa hobi ngeband. Gitar dan drumb dikuasainya. Namun, dengan DKP, baru menjadi bagian sejak memasuki tahap persiapan Musyawarah V Seniman Palembang 2019.
Untuk di DKP, berarti Didit yang di dunia daring sering mempopulerkan diri dengan tagar #wedidit ini, merupakan orang yang kelima. Pemilik Guns Cafe ini, menggantikan Vebri Al Lintani yang sebelumnya terpilih dalam musyawarah seniman pada 23 Desember 2014. DKP, selama ini memang telah dipimpin oleh lima sosok yang memiliki kepedulian terhadap seni. Selain Didit dan Vebri, tiga sosok ketua DKP lainnya adalah Drs. Sofyan Rawi, R Syahril Erwin, dan Ir, Suparman Romans.
Tonggak DKP telah dibangun Sofyan Rawi yang menjadi nahkoda seniman Palembang untuk periode perdana, 1999-2014. Instruksi Mendagri tahun 1993 tentang dewan kesenian dan Surat Mendagri 1996 tenatng petunjuk pelaksanaannya menjadi dasar terlaksananya musyawarah Seniman tahun 1999. Periode berikutnya, R, Syahril Erwin alias Yayak mendapat amanah dari para seniman Palembang untuk menjadi komando. Kini, Yayak memnjadi ketua Dewan Kesenian Sumsel (DKSS). Estafet berikutnya, DKP ditangani Ir Suparman Romans untuk periode 2009-2014. Kini, Dekan FKIP Univesitas Kaer Bangsa ini menjabat Ketua KONI Palembang dan staf khusu bidang Pembinaan Generasi Muda Kota Palembang. Bebagai hasil telah dicapai para ketua DKP ini. Namun, perkembangan dunia yang dinamis dan tren yang selalu berubah membuat langkah dan pemikiran serta aksi ketua DKP tak bisa terhenti.
Vebri Al Lintani yang dikenal dengan Rejung Pesirahnya telah melakukan berbagai terobosan. Dan itu telah disampaikan dalam laporan Pertanggungjawaban (LPJ) ebanyak 14 lembar di hadapan Musyawarah V Seniman Palembang kemarin. “Berbagai program dan hasil kerja yang mungkin dianggap baik, bisa diteruskan. Kami sudah menyusun draf Perwali tentang seni dan sudah kami sampaikan ke pihak Pemkot Palembang. Tolong dibantu agar usulan kami yang saat ini sudah disampaikan ke biro hukum,” ujar Vebri dalam sambutannya saat pembukaan Musyawarah. Saat itu, selain Kepala Dinas Kebudayaan Palembang H Zanariah, SIP, Msi, juga hadir Staf Ahli Bidang Pemerintahan Sosial, dan Kemasyarakatan Herly Kurniawan, S.Sos, MAP.
Dinamika
Gaung pelaksanaan Musyawarah V Seniman Palembang telah bergulir sejak pertengahan tahun. Vebri Al Lintani sebagai Ketua DKP telah membentuk Panitia Musyawarah V Seniman Palembang. Proses pendaftaran kandidat telah dibuka dengan sekretariat di Sekretariat KONI Palembang.
Beberapa seniman yang tergabung dalam Aliansi Seniman Palembang kemudian menggagas dilaksanakanya PraMuda. Tergabung dalam aliansi ini, Dr. Erwan Suryanegara, Kamsul Harla, Qusoi, Jaid Saidi, Yan Romain, dan Syamsul Fajri. “Kepengurusan DKP sudah berakhir sesuai SK Walikota Palemban. Jadi mereka tidak bisa melaksanakan Musda. Kami menggagas diadakannya pramusda yang melibatakan semua pihak terkait. Sehingga diharapkan musyawarah seniman bisa terlaksana sesuai aturan dan mekanismenya,’ ujar doktor yang sering membawakan puisi berbahasa Komering ini.
Mereka pun kemudian bersilaturahmi dengan Walikota dan kemudian menyampaikan surat mosi tidak percaya kepada Walikota. Melalui Dinas Kebudayaan, kemudian digagaslah pelaksanaan pra musda yang melibatkan semua pihak. DKP, aliansi seniman, dan Dinas Kebudayaan .
Pramusda ini, kemudian mendapat tentangan dari Aliansi Pemuda Peduli Palembang (AP3). Koordinatornya, Robi Indarta mengancam akan membubarkan Pramusda karena tidak diatur dalam AD/ART. “Hal itu dianggap ilegal serta dapat memecah belah kalagan seninam di kota Palembang. Jumat (27/09/2019), seperti dikutip dari Mattanews.com tertanggal yang sama.
Karenanya, seperti dikutip dalam berita itu, Rubi Indarta pun yang juga pengurus DKP Palembang ini, juga mempertanyakan masuknya Dinas Kebudayaan dalam urusan suksesi DKP. “DKP itu adalah organisasi mandiri dan bukan dibawah institusi pemerintah,” tegas sekretaris KNPI Palembang itu.
Gagasan Pramusda yang digagas Aliansi Seniman pun, tidak tereraliasi. Tetapi, bentuk petemuan antara pihak berkepentingan tetap terlaksana. Dalam beberapa kali pertemuan yang dimediasi pihak Dinas Kebudayaan, akhirnya terbentklah panitia bersama. Meleburlah aliansi dan DKP bersama Dinas Kebudaya anan dalam kepaniataan Musyawarah V Seniman Palembang. Duduk di SC, Suparman Romans (yang mantan Ketua DKP dan sekarang Staf Khusus Walikota Palembang), Erwan Suryanegara, Kamsul Harla (kemudian mengundurkan diri), Yan Romain (tokoh teater), dan Elly Rudi (tokoh tari). Sudarto Morelo dari DKP yang sebelumnya sebagai Ketua Pelaksana, menjadi Koordinator Seksi Persidangan, dan Yose Rizal dari Aliansi Seniman Palembang sebagai Koordinator Humas/Publikasi.
Suasana awal-awal penyatuan itu, sempat panas. Bahkan sampai ada gebrak-gebrak meja dan saling tunjuk. Namun, semuanya bisa diselesaikan dengan kepala dingin.
Suksesi di DKP memang unik. Karena peserta Musda itu adalah pekerja seni yang diwakili melalui enam komite seni. Yakni, Teater, Tari, Rupa, Musik, Sastra, dan Film. Begitupun calon Ketua DKP, tidak mesti seniman. Karenanya, guliran panas mulai terasa sejak penetapan kriteria dan penetapan pemilik suara dan calon ketua.
Penetapan yang dilakukan melalui proses penjaringan dan verifikasi oleh SC/OC, berjalan dengan berbagai protes. Beberapa seniman seperti Syaiful Bahri alias Dapuk (teater) atau Erwin (seni rupa) mengalir sampai ke pelaksanaan Musyawarah. Begitupun penulisan undangan dengan sebutan peserta, yang kemudian di Musyawarah ternyata hanya sebagai peninjau juga menjadi pertentangan.
Begitupun para calon ketua, yang berdasarkan verifikasi panitia ditetapkan ada delapan orang, lima orang diantaranya, dua hari menjelang pelaksanakaan musyawarah melayangkan mosi tidak percaya terhadap Panitia kepada Walikota yang ditembuskan ke beberapa pejabat/instansi terkait. Mereka menilai, penetapan dan kriteria seniman pemilik suara tidak jelas dan transparan Ini bisa diredam panitia, dan hingga hari H, Musyawarah berjalan kondusif. Lima calon yang menyampaikan mosi tidak perscaya tersebut adalah Edwin (Edwin Fast), Erwan, SAg, Irwanto, M Fitri Yansyah (Empit), dan Suterisno, SE (Yoseph).
Melalui mediasi yang dihadiri Suparman Romans dan Erwan Suryanegara, tuntutan para calon itu dipenuhi semua. Pertama, kriteria pemilik suara diprin dan ditampilkan saat musyawarah. Kedua, biodata seniman pemilik suara dibacakan. Dan ketiga, pemilik suara menandatangani pakta integritas seperti halnya para calon. Dari ketiga tuntutan itu, semuanya dipenuhi. Namun, satu diantaranya sempat mendapat protes dari peserta pemilik hak suara. Kalimat di pakta integritas itu, yang dikonsep oleh para calon dinilai tidak etis. Tertulis……..pada poin ketiga, apabila terbukti melakukan money politic bersedia mendapat hukuman dari maha kuasa berupa musibah sepanjang hidup. “Ini kan sangat tidak etis, dan seakan menuduh peserta pemilik suara terindikasi melakukan money politics,” ujar Kamsul Harla, seorang peserta dari komite musik
Paling tidak, sepanjang pelaksanaan musyawarah seniman Palembang, menurut berbagai pihak musyawarah kali ini dianggap paling demokratis. Meskipun di berbagai sisi mungkin masih ada kekurangan dan kelemahan.
Dalam pelaksanaan musyawarah, mulai dari susunan SC/OC, pimpinan sidang tetap pun, paling tidak sudah menggambar perwakilan berbagai pihak. Sudarto Morela sebagai ketua sidang personal dari DKP, Erwan Suryanegara ditunjuk menjadi wakil ketua sosok dari Aliansi Seniman Palembang, dan Rubi Indarta yang menjadi sekretaris adalah koordinator Aliansi Pemuda Peduli Palembang (AP3). Sudarto Morelo, pengurus inti DKP periode 2014-2019, Erwan Suryanegara salah satu tokoh dari Aliansi Seniman Palembang yang menghendaki agar dilaksanakan Pramusda, lalu Rubi Indarta koordinator AP3 yang sempat mengancam akan membubarkan Pramusda.
Persoalan kriteria seniman pemilik suara memang bergulir sampai persidangan musyawarah. Meski sedikit panas dan sempat adu argumentasi, peserta mencapai kata sepakat. Peninjau, Andreas T Wong, Robi Indarta, dan Erwin yang pertama sekali mengangkat persoalan tersebut. Peseta menyepakati tuntutan tersebit, dan peserta musyawarah yang sebelumnya 45 orang, bertambah menjadi 56 orang.
Saat pemilihan ketua, peserta yang hadir tercatat sebanyak 52 orang. Dari 52 suara itu, 33 diantaranya memilih Ms Iqbal Rudianto alias Didit dan 19 lainnya memilih M Fitriansyah. Sementara enam calon lainnya, Ardy Fitriansyah (Anang), Edwin (Edwin Fast), Erwan, SAg, Irwanto, Drs Ishak Idrus, dan Suterisno, SE (Yoseph), tak kebagian suara.
Wajah Baru
Para calon ketua, secara umum memiliki visi dan misi yang sama. Intinya ingin membangun iklim berkesenian yang kondusif. Namun dengan sentuhan yan gmasing-masing berbeda. Suterisno, misalnya mengutamakan membangun martabat. M Fitriansyah, yang basicnya pemusik, membuka pintu seluas-luasnya bagi pengembangan kreativitas. Ardy Fitriansyah (Anang), yang juga wartawan dan pemilik media, punya konsep kerja bareng para seniman. Edwin (Edwin Fast), yang pelaku teater dan wartawan, membawa pengalaman berkesenian di DKP dalam periode-periode sebelumnya. Erwan, SAg, yang pemusik dan juga ASN, menjadikan DKP sebagai sarana mengembangkan kreativitas dan pengabdian. Irwanto, seorang aktivis seni punya pemikiran untuk bersinergi dengan berbagai lembaga serta mengangkat budaya lokal. Ishak Idrus, yang juga pengurus DKSS punya konsep memajukan kesenian Palembang dengan melihat kelebihan dan keunikan masing-masing bidang seni. Sementara MS Iqbal, mengaku memang belum berpengalaman di organisasi seniman. Namun, dengan pemikiran yang tak ingin tergantung pada anggaran, mengajak para seniman bersama-sama membangun iklim berkesenian yang kondusif.
“Mari kita bersama-sama membangun seni di Palembang, Bukan hanya untuk kebanggaan diri sendiri, bukan hanya untuk kebanggaan seni, tetapi untuk kebanggan seni, seniman, dan kota Palembang,” katanya dalam penyampaian visi dan misi.
“Kita harus berpikir bahwa dunia seni itu bagi pemerintah selalu terkait anggaran. Mari kita jadkan dunia seni itu bukan menjadi beban negara. Nanti kalau kita sudah bisa mandiri, itu akan memiliki nilai jual,” seperti disampaikan usai terpilih sebagai Ketua DKP.
Ketua Specialty Coffe Association of Indonesia (SCAI) Sumsel ini akan membangun konsep gotong royong, berbagi tugas, regulasi, dan eksekusi. Programnya akan membangun iklim yang bisa membuat seninam itu bisa berkembang secara alami dan tumbuh dengan sendirinya.
Wakil Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) bidang Usaha MICE ini akan membangun iklim kesenian yang tak tercerabut dari akarnya. Masing-masing bidang seni itu, punya taste yang berbeda. Tinggal bagaimana meramunya, dari berbagai bahan itu bisa menjadi sajian yang membawa rasa baru.
Karenanya, Ketua DPD Asosiasi Perusahaan Pameran Indonesia (APPI) ini yakin, seniman dan seni Palembang akan bisa lebih maju. Dengan moto Berenergi, yakni bersatu, terencana, dan bersinergi, akan bergerak bersama DKP. Para seniman diajak bersatu dan bergotong royong untuk mencapai harapan bersama. Agar maksimal, semua langkah disusun terkonsep dan terencana. Sehingga jelas tujuan dan target serta hasilnya. Nantinya, hasilnya terukur dan bisa dievaluasi. Tanpa melupakan sinergisitas. Bersinergi bisa menambah kekuatan dan berbagi kemampuan maupun pemikiran.
Pengalaman Didit sebagai pemilik Event Organiser UN (Untuk Negeri) Production, yang telah digelutinya sejak 14 tahun lalu memang tidak serta-merta bisa dijadikan tolok ukur membangun dunia berkesenian. Dan, Didit pun mengakui pola-pola di organisasi seperti DKP pun, merupakan pengalaman baru. “Penuh dinamika dan perlu strategi. Biasanya, di organisasi lainnya, prosesnya tidak serumit ini. Perlu seni tersendiri,” tambah Ketua Partai Garuda Palembang ini.
Dengan terpilihnya Ketua DKP yang baru, banyak harapan yang bisa kita gantungkan. Harapan sebagai warga Palembang maupun sebagai pelaku seni. Saat ini, masih berupa asa yang manis. Esok lah, jawaban dari semua itu. Melalui proses yang demokratis dan dari seleksi pada sosok calon-calon terbaik, semoga calon terpilih bisa memberikan yang terbaik.
Pimpinan sidang, Rubi Indarta, saat closing statemen usai pemilihan, diantara menyatakan permohonan maaf kalau sebagai pengurus DKP dan pimpinan sidang, tidak bisa memuaskan semua pihak. Tetapi, dirinya bersama pimpinan sidang lainnyatelah berusaha memberikan yang terbaik. Semoga, Ketua dan pengurus DKP, nantinya bisa memberikan hal yang sama. Bravo. Salam budaya.
Penulis :
Muhamad Nasir
Dosen Universitas PGRI Palembang dan Kandidat Doktor Bahasa