Tekno

Mang Mat vs AI Tukang Cukur

ist

PAGI itu, warung kopi Mang Ujang heboh. Bukan karena ada yang traktir kopi susu, tapi karena berita di HP anak-anak nongkrong. “Telah hadir cukurbot 9000, robot tukang cukur otomatis berbasis AI dan sensor suara!”

“Eh Mat, kalo lo pake Cukurbot ini, pelanggan tinggal bilang ‘botak pinggir, rapi tengah’ langsung jadi!” ujar Mang Ujang sambil mengunyah gorengan.

Mang Mat menatap layar HP bututnya dengan tatapan curiga, kayak lihat tuyul ngutang.
“Lah kalo si bot itu salah denger, bisa-bisa kepala orang dibikin kayak peta sawah!”

Namun rasa penasaran mengalahkan logika. Seminggu kemudian, Mang Mat bikin gebrakan:
“Buka cabang! Salon MatNologi! Cukuran pakai AI!”

Robot itu ia pinjam dari anaknya yang kerja di kota. Mang Mat berdiri dengan bangga di depan papan tulis “Promo! Cukur otomatis! Tanpa ngomong, cukup bisik-bisik!”

Pelanggan pertama? Bang Uncu, tukang ronda. Ia duduk, dan dengan percaya diri berbisik ke robot “Cukur tipis kayak Ronaldo… tapi jangan sampe kayak rumput disemprot herbisida”

Robot mengangguk. Tapi karena sinyal WiFi-nya lemah dan AI-nya salah terjemah, potongan rambut Bang Uncu malah jadi mirip… jalur tambal sulam jalanan kabupaten.

Bang Uncu teriak, “Mat, kepala gua kayak kebun teh panen pagi,”

Mang Mat panik. Ia coba reset robot, malah terucap “reboot” dengan suara grogi.
Robot langsung mencukur semua… Alisnya Mang Mat Hilang!

Kampung pun geger. Warga antara takut, kaget, dan ngakak. Salon Mang Mat ditutup darurat. Robot dikembalikan. Tapi Mang Mat tetap senyum.“Ilmu teknologi memang hebat, tapi jangan lupakan skill tangan dan feeling manusia. Mesin boleh pintar, tapi belum tentu paham hati pelanggan.”

Mang Mat kembali ke alat cukur manualnya. Ia pegang gunting sambil bilang “Robot boleh motong rambut, tapi hanya manusia yang bisa tahu… mana potongan yang bikin mantan nyesel!”.[***]

Catatan Redaksi : Tokoh, tempat, dan cerita dalam tulisan ini sepenuhnya fiksi. Kalau pun ada nama yang mirip Mang Mat atau Bang Uncu di kampungmu, itu murni kebetulan kecuali mereka juga pernah kehilangan alis karena robot cukur. Cerita ini ditulis sebagai satire ringan soal euforia teknologi, di mana kadang yang pintar bukan alatnya, tapi yang tetap bisa tertawa meski alis hilang.

Terpopuler

To Top