Tekno

“Mang Mat & Koperasi Canggih dari Kampung, Ketika Mimpi, Drone & Wajan Bertemu di Balai Desa”

ist

MANG Mat bukan lulusan Harvard, bahkan, ijazahnya saja sempat nyelip di balik kompor saat rumahnya di Sekip Bendung Palembang kebanjiran tahun 2010, tapi jangan salah, otaknya encer kayak minyak goreng bekas yang disaring dua kali. Ia dikenal di kampungnya, bagian pinggir, sebagai “insinyur rasa-rasa”. Apa pun yang ada kabelnya, pasti dia otak-atik. Entah itu speaker, kipas angin, bahkan magic com yang sudah pensiun dini.

Suatu malam, setelah menambal kabel TV pak RT dengan solasi bekas, Mang Mat rebahan sambil scroll-scroll situs Kementerian Koperasi, di situlah dia nemu berita soal “Data Desa Presisi” (DDP). Ia baca pelan-pelan, sambil nyruput kopi dan ngemil kerupuk yang udah melempem. Kata berita itu, teknologi canggih berbasis Artificial Intelligence (AI) bakal bantu pendataan desa biar lebih presisi. Drone, pemuda desa, dan server bersatu padu bikin data seakurat bacaan tensi emak-emak pas harga cabai naik.

“Walah, ini mah keren!, kenapa kampung kito dak bikin jugo?” serunya, sambil tepuk jidat kayak habis salah kasih garam ke kopi.

Mang Mat pun dapat ilham, bikin koperasi kampung yang melek teknologi. Namanya? KopTek Mat Mandiri  Koperasi Teknologi Mang Mat Mandiri. Slogannya “Dari Kampung, Untuk Dunia, Lewat WiFi Warung Kopi”.

Besoknya, ia kumpulkan anak-anak muda kampung, bukan cuma yang bisa ngoding, tapi juga yang jago main Mobile Legends. “Kita perlu enumerator, yang ngerti kampung, dan tahan panas,” katanya sok serius.

Ia presentasi dengan papan tulis butut dan spidol sisa pilkada. “Kita rekam rumah warga, potensi UMKM, jumlah janda produktif, sampai pohon jambu yang bisa jadi spot healing. Semua kita drone-in, kita AI-kan. Jangan mau kalah sama DIY!”.

“Kayak Google Map ya, Mat?” tanya Ucok, anak muda yang dulu sempat viral karena jualan tahu bulat pakai lagu EDM.

“Lebih dari itu, Cok!. Ini mah kayak Google Map tapi versi cinta lokal, data ini nanti bisa bantu kita dapet program, pelatihan, bahkan modal buat usaha! Dak cuma ngarep proposal diketik pake font Times New Roman do!”

Semangat Mang Mat meledak-ledak, ia lalu ajak ibu-ibu PKK buat masuk koperasi. “Dak usah mikir ribet, bu, ni bukan koperasi model lama yang iurannya kayak setoran utang,  buat nyambung data ke peluang.

Bayangke bae, usaha kemplang kito pacak masuk e-commerce, dikirim sampe luar negeri, ke Negeri Norwegia, lewat TikTok Shop?, biso, makmano pasti kemplang kito bakal terkenal,” katanya dengan Bahasa Palembang totoknya.

Ibu-ibu manggut. Ada yang langsung tanya, “Mat, kalo kita masuk koperasi, bisa kredit rice cooker gak?”

“Biso nian, bu, tapi nak lebih kerennyo kalo rice cookernya dikontrol lewat HP, cak ini misalnyo, masak nasi jam limo, HP kasih notifikasi, ‘bu, nasi sudem wangi”. tambah Mang Mat.

Mang Mat sadar, pepatah lama masih berlaku”Siapa yang menanam data, dia akan menuai bantuan”. Maka koperasinya bukan cuma tempat nyimpen duit atau nyicil blender, tapi pusat peradaban kampung digital.

Ia juga bikin pelatihan bareng pemuda desa, cara bikin katalog produk pakai AI, bikin video promosi dengan gaya cinematic, sampai cara jawab komentar nyinyir di marketplace dengan santun.

Mang Mat percaya, kalau desa dibangun dengan data presisi, pembangunan bukan cuma janji manis saat kampanye. Ia pernah bilang, “Kita ini udah capek jadi objek survei, sekarang, giliran kita yang bikin peta, bukan peta jalan tol, tapi peta harapan rakyat”.

Cerita Mang Mat memang fiksi, tapi idenya bukan angin-anginan, ia mewakili mimpi banyak orang kampung yang ingin mandiri, ingin cerdas, ingin bangkit, bahwa data bukan hanya soal angka, tapi tentang manusia, kehidupan, dan peluang. Kalau DDP sukses diterapkan dan digabungkan dengan koperasi cerdas, desa tak cuma punya lampu jalan, tapi juga punya masa depan.

Mang Mat mungkin tak kuliah. Tapi dia paham satu hal “Kampung yang punya data, tak akan jadi buih di tengah kebijakan”

Dari pojok Palembang itu, koperasi digital mungkin saja benar-benar lahir, bukan dari seminar, tapi dari wajan dan drone, dari kopi dan cita-cita.[***]

Terpopuler

To Top