GUBERNUR Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) H. Herman Deru mengapresiasi karya anak bangsa yang tergabung dalam Komunitas Musi Aerobotic Sumsel (KEMAS) Palembang yang telah menghasilkan karya terbaiknya berupa Drone Unmanned Surface Vehicle (USV) yang dioperasikan pada permukaan air tanpa awak.
KEMAS yang beranggotakan Nanang Jatmiko sebagai Ketua Komunitas, Muslim sebagai perakit dan Ebit sebagai ahli pemetaan dan analisa data. Ketiganya berkesempatan audensi dengan Gubernur Sumsel H.Herman Deru bertempat di ruang tamu Gubernur, Rabu (13/1/21).
Gubernur Herman Deru dikesempatan itu menyambut baik dan memberikan apresiasinya untuk ketiga orang tersebut yang telah mampu menciptakan inovasi dengan memanfaatkan peralatan sederhana. Namun temuan teknologi itu sangat dibutuhkan dalam mengatasi masalah yang terjadi di tengah masyarakat.
“Ternyata komunitas ini punya peralatan canggih. Harapan saya alat ini bisa digunakan untuk misi SAR. BPBD saya minta melakukan komunikasi dengan BASARNAS, siapa tahu masih butuh bantuan terkait pencarian puing pesawat Sriwijaya Air yang jatuh,” ucapanya.
Dikatakan HD, temuan tersebut akan dilakukan uji coba beberapa tahap. Setelah dinyatakan layak akan dikembangkan dan diperbanyak sehingga dapat digunakan dalam misi kemanusiaan di Sumsel.
Bahkan dia meminta Komunitas ini untuk dapat menciptakan teknologi pertanian yang dapat memberikan manfaat secara langsung bagi petani. Karena Sumsel yang memiliki komoditi andalan seperti beras, jagung dan kopi.
“Saya ingin buat juga alat pertanian yang dapat memudahkan petani karena potensi terbesar kita sektor pertanian. Saya juga sudah tantang para siswa dan masyarakat untuk membuat alat guna membantu produktifitas petani mulai dari tahap tanam hingga pemanenan,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua KEMAS, Nanang Jatmiko mengatakan, alat tersebut telah dirakit sejak 2018 lalu. Dan telah melalui empat kali uji coba untuk menemukan benda dan mengukur kedalaman sungai di Palembang.
“Hasilnya kita bisa mengetahui kedalaman sungai dan benda yang ada di dalam sungai tersebut. Kita mau ikut bantu pencarian black box Sriwjaya Air sekaligus untuk menguji kemampuan alat ini, namun kotak hitam itu sudah ditemukan,” ucapnya.
Nanang mengaku, alat yang dibuat dengan modal patungan tersebut menelan dana berkisar antara Rp50-70 juta. Namun, Nanang memastikan alat yang digunakan dalam drone air tersebut memiliki kualitas yang baik dan mampu mendeteksi benda di air hingga kedalaman 300 meter.
“Motivasi kita membuat alat ini hanya untuk misi kemanusiaan. Kita bisa bantu masyarakat atau membantu proses pencarian kapal tenggelam dan lain sebagainya,” imbuhnya.[***]