Sumselterkini.co.id, Bandung – Perkembangan kendaraan listrik global saat ini mengikuti perkembangan dan transformasi digital yang terjadi di semua sektor, termasuk di dalamnya sektor transportasi. Saat ini, kita mengenal smart transportation atau transportasi cerdas yang menggabungkan beberapa bidang ilmu, seperti IoT, Ai, Big Data, dan lainnya.
“Fokus riset kendaraan listrik di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) saat ini adalah penguasaan teknologi kunci dan pengembangan kendaraan otonom, sistem otonom untuk kendaraan listrik berbasis baterai, termasuk di dalam ruang lingkup adalah penguasaan teknologi kunci kendaraan listrik,” ungkap Kepala Organisasi Riset Elektronika dan Informatika (OREI) BRIN, Budi Prawara, pada Talk to Scientists, secara daring, Senin (26/9).
Dia juga menyampaikan bahwa riset kendaraan listrik di BRIN saat ini dilakukan di berbagai Organisasi Riset, tidak hanya di OREI, tapi juga di beberapa OR lain, seperti OR Energi dan Manufaktur, OR Nanoteknologi dan Material, serta dukungan dari OR Penerbangan dan Antariksa, dan ilmu-ilmu sosial.
Beberapa contoh riset dan inovasi pada motor listrik yang merupakan komponen penggerak dari kendaraan listrik, pengganti mesin atau motor bakar pada kendaraan konvensional. Demikian juga dengan riset pada sistem charging dan baterai yang digunakan untuk mengisi daya dan sumber energi dari kendaraan listrik.
“Untuk kendaraan otonom ada beberapa kegiatan riset seperti sistem deteksi objek berbasis kamera, LIDAR dan RADAR. Sistem telekomunikasi kendaraan otonom, sistem navigasi, dan sistem kendali yang mengintegrasikan sistem deteksi objek dan sistem mekanik atau penggerak,” jelasnya.
Perkembangan kendaraan listrik global, ungkap Budi, menunjukan tren yang semakin positif. Global EV Outlook 2022 melansir bahwa pada tahun 2021 terjadi peningkatan utilitasi atau populasi sebesar 4 kali lipat dibanding tahun 2019.
“Hal ini didasari karena efisiensi kendaraan listrik jauh lebih baik dibandingkan kendaraan konvensional, serta semakin meningkatnya kesadaran untuk mengurangi polusi dengan kendaraan zero emission. Di Indonesia, upaya percepatan program kendaraan listrik yang tentunya dengan dukungan riset dan inovasi melalui penguasaan teknologi kunci kendaraan listrik diharapkan dapat berkontribusi pada peningkatan kandungan komponen dan produk lokal,” tuturnya.
Lebih lanjut ia menyampaikan, kebutuhan akan sistem pengisian daya atau SPKLU yang tersebar di wilayah Indonesia merupakan suatu peluang untuk dapat mengimplementasikan hasil riset charging station, baik slow charging maupun fast charging. Demikian juga dengan peluang untuk elektrifikasi kendaraan-kendaraan kecil untuk sistem logistik dan kendaraan listrik untuk membantu penyandang disabilitas baik untuk transportasi maupun untuk membantu mereka dalam berniaga.
“Dengan berbagai peluang di atas, semoga dapat terjalin kolaborasi yang baik diantara periset BRIN dan universitas, serta tentunya kolaborasi dengan mitra industri dan stakeholders. Tentunya perlu juga dukungan dari pemerintah dengan kebijakan untuk dapat mengedepankan pemanfaatan teknologi dalam negeri dan juga ekosistem kendaraan listrik yang berkelanjutan,” pungkas Budi.
Riset dan Inovasi Kendaraan Listrik
Pada Tahun 1899, ilmuwan Nikola Tesla menawarkan sebuah gagasan tentang transmisi energi secara nirkabel. Ia menciptakan sebuah menara setinggi 57 meter yang bisa menyalakan banyak bohlam hingga rentang jarak 40 KM tanpa menggunakan kabel.
“Ia bermimpi untuk membuat sistem wireless dunia dimana tower-tower tersebut tersebar dan mampu mentransfer energi secara gratis bagi umat manusia,” ungkap Kepala Pusat Riset Teknologi Transportasi BRIN, Aam Muharam.
Seratus tahun kemudian, gagasan Tesla mengenai transmisi daya secara nirkabel Wireless Power Transfer (WPT) semakin berkembang, seiring dengan meningkatnya penelitian-penelitian mengenai WPT.
BRIN pernah bekerja sama dengan Kyushu University pada tahun 2020. Kolaborasi ini menciptakan sistem pengisian daya berbasis Capacitive Power Transfer (CPT) dengan tingkat efisiensi mencapai 87 persen dengan jarak sekitar 20 cm. “Meskipun sebenarnya riset di fast charging sudah berlangsung sejak 2005-2006,” kata Aam.
Riset di bidang WPT ini kian menguat seiring dengan komitmen dunia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sesuai Paris Climate Agreement. Begitu juga berbagai peraturan pemerintah seperti Perpres Nomor 55 Tahun 2019 mengenai percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai, hingga Inpres 7 Tahun 2022 tentang penggunaan kendaraan listrik sebagai kendaraan dinas.
Lebih jauh, Aam mengatakan, tren pengisian daya secara nirkabel terbagi pada 4 lokasi, yaitu rumah, tempat parkir umum, sepanjang area parkir di jalanan, hingga sistem pengisian daya yang berlangsung saat kendaraan melaju di jalanan.
“BRIN mengembangkan CPT yang terdiri dari transmitter, coupling interface, dan rectifier,” terangnya.
Aam mengaku, riset pada bidang WPT memiliki banyak tantangan untuk diselesaikan, mulai dari infrastruktur yang harus disiapkan dan terintegrasi, hingga dukungan regulasi dan kebijakan pemerintah. Salah satunya mengenai efek radiasi medan listrik yang dihasilkan apakah aman bagi pengguna, dan bagaimana memastikan keamanan tersebut.
“Kami sangat terbuka untuk kolaborasi riset,” tuturnya.[***]