DI DUNIA pergaulan ada bodyguard yang jagain artis supaya nggak diserbu fans histeris, maka di dunia kelistrikan pun sekarang ada “bodyguard” baru yang nongkrong gagah di Desa Siju, Kecamatan Rambutan, Banyuasin. Namanya AVR 10 MVA. Jangan salah, ini bukan singkatan dari Ayo Vaksin Rame-rame, tapi Automatic Voltage Regulator. Tugasnya mulia menjaga agar aliran listrik tetap segar, tidak loyo, tidak mendadak jatuh cinta lalu turun voltase jadi 160 volt. Dengan hadirnya si penjaga tegangan ini, masyarakat Banyuasin bisa bernafas lega, lampu tidak lagi kedap-kedip seperti mata mantan yang masih baper.
AVR 10 MVA ini diresmikan langsung oleh Gubernur Sumatera Selatan, H. Herman Deru, bersama PLN UID S2JB. Jangan anggap remeh, sebab alat ini ibarat “jamu kuat” bagi infrastruktur energi Sumatera Selatan. Kalau dulu listrik di Tulung Selapan dan sekitarnya ibarat orang lari sprint tapi pakai sandal jepit, sekarang sudah bisa lari pakai sepatu olahraga bermerek. Stabil, mantap, dan siap ngebut.
Mari kita jujur, sebelum ada si AVR ini, banyak warga yang hidup dengan listrik seadanya. Lampu neon cuma berpendar kayak lilin ulang tahun yang ditiup setengah hati. Televisi ngambek, kulkas nggak dingin, kipas angin berputar lelet kayak kucing malas bangun siang. Hidup jadi penuh drama listrik. Pepatah lama bilang, api kecil bisa jadi teman, api besar bisa jadi lawan. Nah, di Banyuasin, voltase kecil malah jadi beban, voltase besar yang tak stabil juga bikin masalah.
Kini, berkat AVR 10 MVA, voltase naik dari rata-rata 160 volt ke 220 volt. Ini ibarat dari kopi sachet tanpa gula naik kelas jadi cappuccino dengan latte art. Hidup langsung lebih nikmat, ekonomi pun berpotensi lebih menggeliat.
Jangan lupa, kita sedang hidup di era digitalisasi dan smart city, Banyuasin pun tak mau ketinggalan, listrik yang stabil jadi modal besar. Bayangkan kalau pemerintah daerah mau bikin layanan online, tapi servernya mati lampu karena tegangan letoy? Atau anak-anak sekolah daring, tiba-tiba laptop mati karena listrik ngambek. Bisa berantakan semua.
AVR 10 MVA ini ibarat satpam yang berdiri tegap di pintu masuk Banyuasin, ia memastikan semua urusan listrik berjalan rapi, sehingga mimpi tentang smart city, ekonomi digital, dan industri kreatif bukan lagi omong kosong. Dari UMKM yang jualan keripik online, petani yang ingin pakai mesin pengering padi, sampai warung kopi kekinian yang pakai Wi-Fi 24 jam, semua butuh listrik stabil.
Ada pepatah Jawa bilang, urip iku urup, hidup itu menyala, Nah, kalau listriknya redup, bagaimana mau menyala? Infrastruktur energi Sumatera Selatan, lewat hadirnya AVR 10 MVA, sedang memberi contoh bahwa kemajuan daerah tidak hanya diukur dari jalan tol atau jembatan megah. Listrik yang stabil juga jembatan, hanya saja jembatan menuju masa depan yang lebih terang.
Kalau dulu masyarakat Banyuasin terbiasa berkata, “lampu mati lagi,” kini mereka bisa berkata, “Alhamdulillah, listrik stabil, usaha jalan lancar.” Pepatah lain bilang, air tenang menghanyutkan. Maka listrik stabil bisa menggerakkan. Diam-diam, listrik yang andal bisa jadi faktor kunci turunnya inflasi, majunya industri, dan berkembangnya investasi di Banyuasin.
Mari kita sedikit melamun ke depan, dengan listrik stabil, peluang industri baru di Banyuasin terbuka lebar. Pabrik pengolahan hasil pertanian bisa tumbuh, cold storage ikan bisa beroperasi tanpa takut ikan membusuk, dan siapa tahu kelak ada industri digital kreatif lahir di desa yang dulu listriknya remang. Seperti kata General Manager PLN UID S2JB, Adhi Herlambang, kalau listrik lancar, insya Allah ekonomi pun ikut lancar.
Tidak berlebihan kalau disebut AVR 10 MVA ini bisa jadi titik balik. Kalau Banyuasin dulunya hanya dikenal karena kebunnya luas, jalannya panjang, dan masyarakatnya ulet, kini bisa dikenal juga sebagai daerah dengan listrik andal. Itu modal penting untuk bikin investor kepincut.
Kita boleh bercanda soal listrik, tapi jangan lupa ada pesan moral di sini. Fasilitas ini dibangun dengan biaya, tenaga, dan doa banyak pihak. Kalau tidak dijaga, bisa rusak, dan kalau rusak, kita semua yang rugi. Seperti kata Gubernur Herman Deru, masyarakat harus ikut merawat. Sama halnya dengan pepatah rumah tangga bahagia bukan hanya karena suami rajin bekerja, tapi juga istri pandai menjaga. Begitu pula dengan fasilitas umum pemerintah membangun, masyarakat menjaga.
AVR 10 MVA di Banyuasin bukan sekadar mesin kotak besi dengan kabel menjuntai. Ia adalah simbol harapan, penjaga stabilitas, dan pengingat bahwa pembangunan tidak selalu soal beton, tapi juga tentang cahaya. Listrik stabil Banyuasin adalah hak warga, tapi menjaga agar fasilitas tetap awet adalah kewajiban bersama.
Seandainya di malam hari kedepannya di Banyuasin, jalan desa terang benderang, anak-anak belajar dengan lampu yang tidak redup, usaha kecil menengah tumbuh tanpa hambatan, dan masyarakat hidup tanpa drama listrik. Pepatah bilang, sedia payung sebelum hujan. Dengan adanya AVR 10 MVA, Banyuasin sudah sedia payung agar badai listrik tidak bikin basah kuyup.
Jadi, mari kita rawat si bodyguard listrik ini, supaya Banyuasin benar-benar bersinar. Karena sejatinya, daerah yang terang bukan hanya karena lampu jalan menyala, tapi juga karena masyarakatnya punya harapan baru.[***]