SUMSELGLOBAL

“Anak Kecil Tapi Masalahnya Gede: Stunting di Sumsel & Mimpi Zero Masih Tertahan di Gerbang Posyandu”

ist

“SSGI 2024 mencatat prevalensi stunting di Sumsel sebesar 21,2%. Target zero masih jauh, tapi bukan berarti tak bisa,”


DI HARI yang penuh karangan bunga dan sambutan resmi, dr. Arios Saplis resmi dilantik sebagai Kepala Perwakilan BKKBN Sumatera Selatan. Lokasinya di Griya Agung Palembang yang AC-nya lebih dingin dari kulkas dua pintu. Gubernur Herman Deru, dengan gaya khasnya yang mantap dan penuh target, langsung menembakkan harapan  “Zero Stunting!”

Misi mulia, kata orang birokrat, tapi bagi masyarakat, itu kadang terdengar seperti sandiwara sinetron bagus di layar, susah diterapkan di dapur.

Data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024 yang dirilis Mei 2025 menyebutkan angka stunting di Sumsel masih 21,2%. Turun sedikit dari tahun sebelumnya, tapi masih di atas target Nasional. Ini ibarat badan yang turun 2 kilo padahal targetnya 20, boleh senang sebentar, tapi jangan langsung beli baju baru.

Masalahnya bukan cuma anak-anaknya yang pendek, tapi pengertian soal gizi itu juga belum menjulang. Di beberapa tempat, orang tua masih berpikir kalau anak doyan makan mie instan tiga kali sehari itu tandanya sehat. Padahal kalau begini terus, bisa-bisa pabrik mie yang harus kita tutup duluan demi masa depan bangsa.

Gubernur juga menekankan pentingnya penyuluh KB, tapi ya, penyuluh kita kadang seperti superhero tanpa kostum kerja sendiri, dana terbatas, semangat naik-turun kayak sinyal di daerah pegunungan. Kalau tidak diintegrasikan dengan PKK, Dinas Kesehatan, dan program lintas sektor, ya ujung-ujungnya hanya jadi pengisi laporan, bukan pengubah keadaan.

Kadang pemerintah sibuk mikirin angka, padahal yang dirasakan rakyat itu perut, edukasi soal gizi tidak bisa berhenti di PowerPoint, apalagi hanya disampaikan di acara seremonial yang MC-nya lebih banyak menyebut sponsor.

Harus turun ke bawah, dengar keluhan ibu-ibu, cari solusi yang realistis, bukan menyuruh beli salmon dan quinoa, sementara harga tempe saja sudah naik kayak saham startup.

Anak-anak kita bukan cuma statistik di Excel, mereka butuh gizi, stimulasi, dan perhatian, seorang anak yang cukup makan, cukup peluk, dan cukup dukungan akan tumbuh jadi generasi yang bukan cuma tinggi badan, tapi juga tinggi empati dan cita-cita. Kata pepatah, “Besar kapal karena kayu besar negeri karena rakyat yang sehat dan cerdas”

dr. Arios kini punya PR sebesar piring makan penuh sayur dan protein, bukan cuma menggerakkan sistem birokrasi, tapi juga menghidupkan kesadaran masyarakat, karena zero stunting bukan mimpi kosong, tapi mimpi bersama yang harus dijemput dengan gotong royong.

Kalau hanya jadi target kertas, mimpi ini akan berakhir seperti brosur sosialisasi dibagikan, dilipat, lalu masuk ke laci dapur. Tapi kalau dikerjakan serius, bukan tak mungkin Sumsel jadi contoh nasional, karena seperti kata orang tua kita dulu, “Anak sehat itu bukan karena makan banyak, tapi karena yang dimakan bermanfaat”.[***]

Terpopuler

To Top