Sumsel

Payung..

Foto :one

 

“Waduh, payungku kegedean, apalagi anginnya bertiup cukup kencang, sulit untuk menutupnya,” teriak Inara bocah 4 tahun tengah berusaha melipat payung miliknya usai membeli jajanan di Warung tak jauh dari kediamannya di Blok C Perum Pesona Harapan Jaya Tahap I, Jalan KH Azhari RT 50 Kelurahan Kalidoni, Kecamatan Kalidoni Palembang, beberapa pekan lalu.

 

CUACA terlihat mendung disertai hujan rintik-rintik, anginpun terlihat berembus kencang menggoyang rating pohon karet, gelam dan akasia yang berada diseberang Jalan Utama Tahap I, membuat daunnya runtuh dan bertebaran di Jalan. Meski demikian warga di Perumahan itu sangat tertolong dengan rindangnya pohon yang membuat panas matahari tak begitu terasa menembus rumah.

Diva dan Inara, dua bocah yang dikenal akrab itu terlihat bergandeng, Inara memegang dengan kuat payung besar sebagai alat penutup agar kepala, dan pakaiannya tak kehujanan.

Sembari ngobrol “ngalor ngidul” mereka berjalan menggunakan payung tersebut menuju warung jajanan di Blok B, mereka terlihat lucu karena payung yang mereka gunakan sebagai pelindung kepala dan tubuhnya ditiup angin hingga telepas dari genggaman Inara melayang ditiup angin.

“Nah, Diva payungnya terbang.. !! ,” teriak dengan suara yang lantang, Diva melongok, keduanya matanya memandangi arah payung yang terbang ditiup angin.

Mereka berdua mengejar payung tersebut yang jatuh diselokan air dan tetap mereka berdua gunakan untuk melindung tubuh dan kepala dari titisan air hujan. Aku pun sempat tertawa memandang mereka dari teras rumah, akal mereka memang panjang, dan cerdas, takut payung besar yang mereka bawa tersebut terbang lagi, kedua tangan dua bocah itu memegang gagang payung dengan sekuat-kuatnya sembari berjalan menuju warung.

Bahu membahu bergotong -royong sudah terlihat dari kecil, tapi gak kebayang juga gimana mereka dewasa, apakah solidaritas mereka sebagai teman akrab tersebut dapat terbina ? hanya Allah SWT yang tahu.  Dan  akhirnya Diva terlihat masuk ke rumah membawa jajanannya, sementara Inara masih  sibuk dan berfikir untuk menutup kanvas payung tersebut di tengah jalan depan rumahnya di Blok C, lalu tak lama kemudian menghilang.

Payung memang sebagai benda/alat digunakan untuk melindungi tubuh dan kepala dari air hujan, bahkan sebaliknya payung juga digunakan orang untuk melindungi kulit tubuh dan kepala dari sengatan matahari. Benda itu memang dari dahulunya, dan  sekarang tetap digunakan untuk melindungi tubuh.

Jangankan kita yang dewasa, Diva dan Inara, dua bocah yang masih “ingusan”  itu pun mengerti fungsi dari dari payung. Dalam bahasa Inggris, Payung diartikan Umbrella dan dan bahasa latinnya Umbra artinya bayang-bayang. Mengutip dari wikipedia payung ditemukan 4 ribu tahun lalu.

Payung kuno kononnya didesain untuk digunakan oleh orang untuk melindungi dari sengatan matahari, dan akhirnya Tionghoa berhasil membuat payung untuk melindungi dari hujan. Sebelumnya payung hanya digunakan sebagai aksesoris untuk wanita saja.Pada abad ke-16 di Negara-negara Eropa Utara, akhirnya payung menjadi populer digunakan saat hujan dan panas.

Seorang petualang dan Penulis Persia Jonas Hanway [1712-1786] dengan percaya dirinya menggunakan payung didepan publik. Sejak itu payung bukan saja sebagai alat aksesoris kaum Hawa tetapi digunakan juga oleh kaum Adam. Saking populer digunakan pria. Di Inggris, para pria  menyebutnya payung sebagai “teman jalan”.

Menurut wikipedia lagi, Di Eropa, payung generasi pertama dibuat dari kayu dan tulang paus dan ditutup kain kanvas dan diberi minyak, agar lebih menarik dipandang kanvas itu digambar dengan seni beragam warna-warni, dan gagangnya yang melengkung dibuat dari kayu yang kuat, seperti kayu eboni dan lainnya.

Pada 1852, akhirnya Samuel Fox menemukan rangka besi sebagai menyangga kain payung. Sejak saat itu, selanjutnya teknik desain payung lebih terfokus pada cara bagaimana menemukan teknologi menutup atau melipat payung itu agar lebih praktis saat dibawa.

Hingga sekarang pun masyarakat di dunia bukan saja menggunakan payung sebagai alat pelindung tubuh dari hujan dan panas. Namun payung digunakan manfaatnya untuk hal yang lain, salah satunya sebagai alat untuk menari. Di Indonesia salah satunya, tari payung. dikenalkan di masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat pada tahun 1960 -an. Tarian biasanya dipertunjukan pada even besar kesenian dan menyambut tamu undanga, dan lainnya.

Tarian khas Minangkabau ini pertama kali ditata dalam bentuk tari teater oleh Muhammad Rasyid Manggis (1904-1984) pada tahun 1920-an. Kemudian penataan tari dilanjutkan oleh Sitti Gam yang juga teman seangkatan Rasyid Manggis saat di Normal School Bukittinggi.[rimbakita.com]. Tarian payung menggunakan perlengkapan payung dan menggambarkan cinta serta kasih sayang.

Yang menariknya lagi hingga sekarang, banyak perusahaan juga menjadikan payung sebagai sarana  promosinya dengan diberi logo perusahaan di atas kanvas payung  untuk souvenir para pelanggannya.

 

Filosofi payung

Melansir dari laman pesantren nuris yang ditulis Rintan Setyo Minarti, ternyata payung juga ada filosofinya/makna yang terkandung dalam benda sederhana namun sangat istimewa tersebut.

Menurutnya begitu hebatnya payung memiliki peran penting untuk manusia ketika aktivitas tiba. payung memiliki makna tersirat yang jarang sekali kita renungkan.

Pertama, dari payung kita belajar apa arti berjuang untuk orang sekitar, meski harus menerjang guyuran hujan yang begitu menantang, payung tetap membawa kita pada tujuan.

Kedua, waspada ada pepatah mengatakan “Sedia payung sebelum hujan” dari pepatah ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa payung mengajarkan kita untuk selalu siap siaga jika ada rintangan tiba.

Ketiga, sifat sabar dan tegar kita dapat mengamalkan kedua sifat ini dari payung. Mengapa begitu? Karena payung selalu sabar dan tegar ketika pemakainya membawa kemana-mana dan menaruhnya begitu saja tanpa memikirkan apa yang dideritanya.

Keempat, dari payung kita belajar ikhlas, selalu menemani manusia ketika dibutuhkan. Payung juga ikhlas menjadi benteng ketika kita berjalan. Payung juga ikhlas menjadi tulang punggung kita ketika mencari nafkah seperti pekerjaan ojek payung.

Sahabat santri itu tadi beberapa makna yang dapat kita ambil dari payung, dari payung kita mendapat banyak pembelajaran yang terkadang kita lupakan. Semoga kita dapat menjadikan payung sebagai motivasi dalam menjalani kehidupan ini.[***]

 

#red

 

 

 

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com