PAGI di kantor camat Plaju seperti arena pasar campur sekolah masak dadakan. Ibu-ibu hamil berjejer rapi, tapi mata mereka berbinar-binar bukan karena ada hadiah doorprize, melainkan karena paket PMT Pemberian Makanan Tambahan yang baru saja disiapkan. Di antara aroma telur rebus dan kacang hijau yang direbus setengah matang, terdengar suara ibu Surya (40) yang berseru, “Alhamdulillah, ini kayak jackpot nutrisi, Bu Dewi!”
Ibu Surya sedang mengandung lima bulan. Rambutnya sedikit kusut karena begadang memikirkan resep bubur kacang hijau yang bisa dicampur susu agar lebih bergizi, tapi semangatnya tak pernah luntur. “Dulu saya mikir, susu dan biskuit itu cuma cemilan anak-anak. Eh ternyata, buat ibu hamil itu emas cair!” ujarnya sambil tersenyum lebar, gigi masih asli, tapi semangatnya sudah berkilau seperti perhiasan.
Di pojok ruangan, Dewi Sastrani Ratu Dewa, Ketua TP PKK Palembang, berdiri sambil memegang paket PMT. Tapi bukan sekadar menyerahkan paket, Dewi punya misi rahasia: mendidik ibu hamil supaya tidak sekadar makan, tapi makan dengan cerdas. Ia mulai berbicara dengan nada khasnya, “Ibu-ibu, ingat pepatah, ‘Anak sehat dari kandungan ibu cerdas,’ bukan dari mie instan atau snack warna-warni ya. PMT ini bukan hanya sekadar paket, tapi sekolah gizi gratis!”
Para ibu tertawa kecil, tapi mata mereka serius. Karena Dewi langsung menambahkan demo mini: bagaimana mengolah telur rebus jadi omelet sehat, kacang hijau direbus menjadi bubur bergizi, dan susu dicampur pisang menjadi smoothie anti stunting.
“Kalau kalian masak sendiri, bukan cuma perut yang kenyang, tapi anak di perut juga ikutan senang. Bayinya nanti bisa tumbuh cerdas, bebas dari stunting, dan jangan lupa, jangan hanya dibayangkan senang, tapi beneran senang ya, bu,” tutur Dewi sambil melemparkan senyum manis, seakan memberi pesan moral tanpa harus terdengar menggurui.
Di tengah demo, seorang ibu hamil tiba-tiba mengangkat tangan. “Bu Dewi, saya kan suka ngidam, tapi takut makan sembarangan, gimana dong?”
Dewi menepuk bahu ibu itu, sambil bilang, “Nah itu dia, bu. Ngidam boleh, tapi pilih yang sehat. Bayangkan ibu hamil itu seperti petani yang menanam benih emas. Benihnya anak kita, tanahnya tubuh ibu, pupuknya nutrisi yang tepat. Kalau tanahnya kotor atau pupuknya salah, bisa-bisa benihnya nggak tumbuh maksimal. Makanya PMT ini kita siapkan biar tanah ibu tetap subur dan benihnya tumbuh cemerlang!”
Ibu-ibu pun tercengang, ada yang menahan tawa, ada yang mengangguk sambil menimang perutnya. Di samping mereka, seorang bapak posyandu sibuk memotret momen itu. “Kalau ini viral, nanti netizen mikir Plaju ini surga nutrisi ibu hamil,” gumamnya sambil tertawa sendiri.
Tapi di balik tawa, ada sisi serius. Dewi menekankan pentingnya cek kehamilan rutin. “Jangan sampai karena takut atau malas ke puskesmas, kita kehilangan momen penting untuk tahu perkembangan janin. Ingat, mencegah stunting itu lebih murah daripada mengobati, seperti pepatah bilang, ‘Sedia payung sebelum hujan.’”
Tak lama kemudian, ibu Surya mulai praktek sendiri, membuat bubur kacang hijau dicampur susu. Aroma manis dan gurihnya memenuhi ruangan. Sambil mengaduk, ia berkata, “Ternyata memasak sehat itu gampang, Bu Dewi. Bahkan anak saya nanti pasti bisa bilang, ‘Mak, makanku enak dan bikin aku kuat!’”
Dewi tersenyum, lalu menambahkan, “Ini bukan cuma soal rasa, tapi ilmu gizi yang menempel di setiap sendok. Kalau kita tanamkan kebiasaan makan sehat sejak sekarang, bukan cuma ibu yang untung, anak juga diuntungkan, dan masyarakat pun ikut sejahtera. Karena anak sehat, masa depan kota sehat.”
Acara itu ditutup dengan foto bersama, tawa, dan canda. Tapi pesan moralnya tetap menempel PMT bukan sekadar paket pangan, tapi jalan menuju generasi bebas stunting, cerdas, dan kuat. Dalam benak ibu-ibu itu, PMT kini bukan cuma susu dan biskuit, tapi simbol perhatian, edukasi, dan cinta dari pemerintah kota.
Kesimpulannya, PMT memang menyelamatkan ibu dari lapar nutrisi, tapi lebih dari itu, ia mengedukasi, menginspirasi, dan menanamkan kesadaran pentingnya gizi seimbang. Seperti kata pepatah lama, “Anak yang sehat dimulai dari ibu yang cerdas dan gembira.” Dan di Plaju, setiap ibu hamil kini bisa tersenyum sambil mengaduk bubur kacang hijau karena mereka sedang menanam masa depan gemilang untuk anak-anak mereka.
Kalau kita tanamkan kebiasaan makan sehat sejak sekarang, bukan cuma ibu yang untung, anak juga diuntungkan, dan masyarakat pun ikut sejahtera. Karena anak sehat = masa depan kota sehat.”
Acara itu ditutup dengan foto bersama, tawa, dan canda. Tapi pesan moralnya tetap menempel PMT bukan sekadar paket pangan, tapi jalan menuju generasi bebas stunting, cerdas, dan kuat. Dalam benak ibu-ibu itu, PMT kini bukan cuma susu dan biskuit, tapi simbol perhatian, edukasi, dan cinta dari pemerintah kota.
Kesimpulannya, PMT memang menyelamatkan ibu dari lapar nutrisi, tapi lebih dari itu, ia mengedukasi, menginspirasi, dan menanamkan kesadaran pentingnya gizi seimbang. Seperti kata pepatah lama, “Anak yang sehat dimulai dari ibu yang cerdas dan gembira.” Dan di Plaju, setiap ibu hamil kini bisa tersenyum sambil mengaduk bubur kacang hijau, karena mereka sedang menanam masa depan gemilang untuk anak-anak mereka.[***]