Seni & Budaya

Seni Lukis di Palembang Terhambat oleh Pandemi

SEPEKAN Seni 2021 di hari terakhir menampilkan kreasi lukisan seniman dari Komite Seni Rupa, Dewan Kesenian Palembang (DKP), di Guns Caffe Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel). Sabtu (13/3/2021).
Talkshow menghadirkan pelukis andal dari Kota Palembang, seperti Tata Sarnata, Suparman, M. Idris dan hadir juga Heri Mulyadi. Tak hanya itu saja, turut hadir UKM Simpony Politeknik Sriwijaya (Polsri).
Pelukis, Tata Sarnata menyebutkan, seni lukis di Kota Palembang lumayan berkembang, namun memang sempat terhambat karena Covid-19. Di Palembang sudah ada sekolah seni, jadi seharusnya tidak akan terhambat.
“Covid-19 memang mempengaruhi dalam pameran hasil seni lukis,” tutur Tata.
Pelukis, Suparman menjelaskan, inti dasar melukis adalah sketsa, gambar bentuk dan Warna. Kedepannya, baru bisa masuk ke seni lukis sedangkan yang lainnya akan mengalir sendiri baik pemahaman melukis dan ide untuk melukis.
Toto sapaan akrabnya, menyebutkan, lukisan abstrak teori berupa warna yang diartikulasi emosi jiwa yang dituangkan. Sehingga orang yang melihat merasakan rasa di jiwa.
“Kerutinan dalam praktik seperti latihan sketsa harus terus diasah,” katanya.
Dalam lanjutannya, Toto menyebutkan, bahwa seni rupa masih menggeliat di Kota Palembang. Masih banyak penerus baik itu generasi-generasi baru yang akan bergelut di seni rupa.
Praktisi Seni Rupa, Heri Mulyadi mengutarakan, perbedaan pelukis secara manual atau menggunakan digital tidak masalah, asalkan teori dan makna dari isi lukisan tetap tercurahkan.
“Transformasi di seni lukisan tidak masalah karena perkembangan teknologi,” ujar Heri.
Menurutnya, semuanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, seperti kalau digital ada kesalahan bisa diulang sedangkan manual tidak bisa. Kalau untuk kepuasan hasil memang secara manual lebih baik, seperti warna nya yang memang dari jiwa pelukis.
Heri melanjutkan, yang penting harus dimiliki seorang pelukis adalah teknis, posisi dan harmoni. Seni lukis juga bisa masuk ke dalam kategori ilmiah, karena bisa menjelaskan isi dari lukis itu.
“Masalah rasa itu adalah kesekian kalinya, tapi nilainya yang terpenting,” tutup Heri.
Diakhir acara, dilakukan penyerahan hasil lukis dari UKM Simpony Polsri, yang dilukis langsung saat Workshop berlangsung. (rilis/dkp)

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com