Seni & Budaya

Sarip Petir, Kisah TKI Antargalaksi [BAB 8- Kampanye Lidah Kampung: Sarip & Sate Kejujujuran]

ist

PAGI-pagi benar, Sarip sudah duduk di depan kontrakan orbit sambil kipas-kipas sate. Bukan sembarang sate. Ini Sate Kejujujuran, resep warisan Kakeknya yang dulu pernah bikin lurah ngaku punya dua istri setelah makan satu tusuk.

Bruntalox datang bawa banner kampanye seadanya, dari spanduk bekas diskon Alfamart Planet.

“Sarip for Ketua Serikat Buruh Galaksi Barat. Lidah Kampung, Hati Bintang Lima!”

Sarip tersedak daging sate waktu baca tagline-nya.

“Bruntalox, ini kampanye buruh, bukan endorse restoran!”

Bruntalox nyengir, “Tapi bener, Rip. Kau itu jujur, nggak neko-neko, dan punya sambal paling nyentuh batin”

Kampanye dimulai dari Pasar Apung Antariksa, tempat para buruh, emak-emak alien, dan makhluk setengah jamur setengah kangkung belanja kebutuhan mingguan.

Sarip berdiri di atas kulkas rusak yang dijadikan panggung darurat. Di belakangnya, asap sate mengepul seperti harapan para buruh yang mulai menyala lagi.

“Saudara-saudaraku sekonstelasi! Aku bukan siapa-siapa. Cuma anak kampung yang pernah dipecat karena gorengan lebih renyah dari bosnya! Tapi aku tahu satu hal…”

Sarip mengangkat satu tusuk sate.

“…jujur itu pedas, tapi menyembuhkan!”

Seketika, satu per satu warga nyicip sate kejujujuran. Pak Arwox, pemilik warung mie antariksa, langsung ngaku pernah nyolong sinyal WiFi tetangga selama 3 tahun.

Bu Zanaktri, ibu kos orbit 5, ngaku kalau air galon isi ulangnya diambil dari kolam bekas rendaman kaki mertua.

Bahkan droid polisi orbit, setelah nyicip satu tusuk, ngaku kalau SIM intergalaksi-nya aspal (asli tapi palsu).

Lady Cukinara, diam-diam memperhatikan kampanye Sarip dari layar TV di istananya. Ia terpesona.

“Orang ini… tidak bersinar, tapi hangat”, katanya sambil menggigit biji kuaci galaksi.

Sementara itu, kubu lawan, yaitu kandidat Ketua lama Serikat Buruh bernama Om Zorkun, mulai resah.

Om Zorkun yang biasanya kampanye pakai laser show dan hologram Lady Gaga KW, kini ditinggal pendukungnya yang lebih milih duduk makan sate Sarip sambil curhat hutang koperasi.

“Ini bukan kampanye! Ini warung berjalan!” teriak Zorkun sambil melempar brosur kampanyenya ke tong sampah berbentuk Pluto mini.

Malamnya, Sarip menulis catatan kampanyenya di buku harian “Hari ini 87 makhluk jujur setelah makan sateku. Satu nangis karena ngaku bohongin suaminya soal harga tas. Tapi aku tahu… revolusi memang dimulai dari perut. Dan mungkin, tusuk sate adalah senjata politik paling elegan abad ini”.

Ia menutup buku harian, ngelus dagu sambil mikir “Besok kampanye ke Planet Tik-Tak. Tapi aku harus bikin varian baru… mungkin Sate Tanggung Jawab?”

Sarip rebahan, dengar suara bintang di kejauhan seperti kerupuk meletus di penggorengan. Matanya mulai terpejam. Tapi hatinya bangun.

Perjuangan belum selesai, karena kampanye bukan soal menang… tapi soal kenyang yang jujur. [***]/bersambung ke BAB 9: Adu Debat di Planet Tik-Tak: Sarip vs Kandidat Kode Promo

Terpopuler

To Top