DI sebuah desa antah berantah bernama Cahya Maju di letaknya di Kabupaten Ogan Komering Ilir [OKI] Provinsi Sumatera Selatan, yang majunya cuma di nama, karena kalau hujan dikit aja sinyal langsung lari ke alam ghaib, tinggallah seorang petani muda bernama Darto Bin Saputra Bin Ngakak.
Darto bukan sembarang petani. Dia petani influencer. Followers-nya di TikTok cukup lumayan udah 843 orang (termasuk 17 akun fake buat naikin likes). Karena ia terkenal orangnya gaul dan gak gagap teknologi meski tinggal dipelosok desa, bahkan kontennya? Bukan joget-joget, tapi panen padi sambil sulap gabah jadi quote motivasi:
“Kalau padi bisa tumbuh meski diinjak-injak, kamu juga bisa bangkit meski dihina mantan.”
Nah, suatu hari…
Darto sedang asyik menanam bibit padi sambil nyanyi lagu dangdut remix pakai speaker portable yang suaranya lebih pecah dari hubungan Lesti dan Billar, tiba-tiba muncul mobil putih plat merah.
Dari dalam turun seorang wanita…
Bukan, bukan kuntilanak. Tapi Mbak Susi, penyuluh pertanian baru, jebolan IPB, yang punya aura seperti malaikat penjaga pupuk bersubsidi. Bajunya rapi, sepatunya bersih, dan… dia bawa clipboard.
Dalam dunia pertanian, wanita yang bawa clipboard itu… seksinya bukan main.
Darto langsung goyah. Tangan kirinya masih megang cangkul, tapi tangan kanan udah getar-getar. Cintanya jatuh… bukan ke Mbak Susi doang, tapi juga ke potensi panen dan masa depan.
Lalu, tibalah masa panen…
Ladang Darto jadi lautan emas. Karung-karung gabah disusun seperti piramida Mesir, traktor “CINTAKU” dipoles sampe kinclong pakai semir sepatu cap Bang Udin. Pokoknya semua dipersiapkan buat nganter gabah… dan gebetan.
Misi Darto jelas, pertama, serahkan gabah ke dia dan kedua serahkan hati ke Mbak Susi.
Tapi hidup, seperti biasa, suka menjatuhkan kita dari mimpi indah ke realita yang pahit kayak air rendaman pete seminggu.
“Maaf, Mas… gudang penuh.” kata Satpam di Gudang milik tengkulak !
Darto bengong :“Penuh apaan? Karung saya baru nyampe, masih anget. Ini gabah premium, bukan gabah ecek-ecek!”
Satpam cuman angkat alis :“Udah banyak yang masuk, Mas. Nanti aja balik lagi. Bisa minggu depan, bisa minggu depan tahun depan.”
Darto hampir ngajak duel. Tapi dia inget dia harus jaga citra di depan Mbak Susi, yang dari kejauhan masih ngelirik sambil ngunyah kerupuk lempeng.
Masuklah si Tengkulak…
Bang Yono, manusia setengah tuyul setengah sales kredit panci. Muncul dari semak-semak kayak Pokemon. Dia bawa timbangan, truk, dan senyum penuh jebakan.
“Waduh, Mas Darto… Ditolak juga ya? Sini deh, saya beli. Harganya gak gede-gede amat, cuma beda dikit dari HPP. Cuma seribu lima ratus… dikurang seribu.”
“Lah itu mah tinggal lima ratus, Bang!”
“Ya gitu deh. Tapi saya bayar kontan. Gak pake nunggu janji-janji palsu.”
Darto geleng-geleng. Gabahnya jelas gak rela. Tapi dompetnya mulai nangis lirih, minta diisi. Darto akhirnya berdiri di tengah sawah, seperti sinetron FTV, tatap langit, dan bilang…
“Ya Tuhan, ini ladang penuh harapan… kok yang panen malah si Yono?”
Untunglah… datang kabar…
Pak Bupati Muchendi, dengan gaya heroik seperti Power Ranger versi Palembang, ngumumin:
“Kami akan aktifkan kembali gudang lama di Tebing Suluh! Ini solusi nyata, bukan janji manis!”
Desa langsung heboh. Kambing tetangga loncat saking girangnya. Emak-emak langsung bikin status:
“Alhamdulillah, gudang aktif. Darto aktif juga. Kapan nikahnya?”
Darto semangat. Dia jadi ketua tim pembersih gudang. Sapunya diputar kayak tongkat prajurit TNI, dan traktor “CINTAKU” jadi kendaraan resmi pahlawan gabah.
Hari grand opening gudang tiba…
Semua warga hadir. Ada yang pakai daster, ada yang pakai baju batik warisan nenek buyut. Mbak Susi pun hadir, kali ini dengan jilbab warna hijau pupuk NPK.
Darto mendekat, bawa setangkai padi dan setumpuk cinta.
“Mbak Susi, ini gabah saya. Tapi yang lebih penting… ini hati saya. Mau gak Mbak jadi pemilik sah traktor dan pemilik masa depan saya?”
Mbak Susi senyum manis, kayak diskon 90% di aplikasi ijo.
“Mas Darto… saya gak cuma mau jadi pemilik traktor. Saya juga mau ikut nyicil harapan masa depan, bareng panen demi panen.”
Gabah masuk gudang. Cinta masuk pelaminan. Desa bersorak, dan Bang Yono? Ya… dia jadi jualan keripik gabah keliling. Katanya sih sekarang dia tobat.
Dan traktor “CINTAKU”? Kini diparkir di halaman rumah Darto, dihias bunga, dan kadang dipakai buat foto prewedding warga.
Nah, ini renungannya untuk yang baca, panen bisa gagal karena cuaca. Tapi cinta? Bisa gagal karena sistem. Jadi, tolong ya,… kalau mau lumbung pangan kita penuh, jangan biarkan hati petani jadi kosong.[***]
[Maaf, Cerita ini fiktif hanya sebuah banyolan untuk menghibur, hanya diambil di lokasi panen raya OKI]
