Seni & Budaya

Negeri dalam Kata

Foto : istimewa

Kata orang,

Penyebarannya mengacu deret hitung

bahkan seperti skema ponzi terlarang

Pemberitaan menguadratkan ketakutan

Yang terpapar positif mengakar kalkulasi curang

Virus raksasa bergerilya memercik di  bawah tanah dari Wuhan

 

Kita terpaksa bertopeng masker mewah selangit

Dari podium bergincu orasi memoles pilu berkait

Mereka yang negatif seperti jarum di timbunan jerami

Saudara dan sobat dianggap pengkhianat  tak boleh bersilaturahmi

 

Ramai meneruskan tradisi,

debat kusirkan karantina wilayah

Masih doninan penyuka pelanggaran pembatasan fisik

Tak mudah terima imbauan jadi individual di rumah

Salaman sedarah pun ditepis mata selidik

 

Katanya,

Untuk apa punya bibir kalau tak boleh bersin dan bercerita

Diminta ibadah di rumah, protes merasa lebih aulia

Anak-anak  dirazia ponsel,  paksa belajar di layar gawai berkuota

Hidung pintu utama bernapas, nyatanya di sanalah reseptor ternganga

 

Pedagang termangu, menjual rugi pun sepi pembeli

Buruh mau libur, majikan sulit menggaji

Bergantung paramedis, justru sebagian bernapas terakhir

Sopir tak mungkin dijauhkan dari setir

 

Penawar paten belum ada, obat negeri asal yang dibeli

Haruskah memilih tanpa alternatif

Ajal tak perlu dijemput bahkan dicari

Korona dari Wuhan telah datang tak pernah selektif.[***]

 

 

Palembang, 23 Maret 2020

Muhamad Nasir

Penulis & jurnalis

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com